Mohon tunggu...
Gede WedaPrema
Gede WedaPrema Mohon Tunggu... Desainer - mahasiswa

mahasiswa stahn mpu kuturan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Workshop Sastra Bali Klasik: Ajang Pengembangan Diri

5 Juli 2021   22:32 Diperbarui: 9 Juli 2021   06:13 271
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

SINGARAJA- Pelaksanaan workshop Sastra Bali Klasik hari ketiga yang dilaksanakan oleh Puri Kauhan Ubud, dilaksanakan pada Minggu, 6 Juni 2021. Workshop ini dimulai pada pukul 09.00 WITA dan dihadiri oleh berbagai kalangan yang tentunya memiliki minat di bidang Sastra Bali Klasik. 

Melalui zoom dan live YouTube, dijelaskan secara rinci terkait materi yang disampaikan pembicara yang berkecimpung dan mahir di bidangnya, yakni Dr. Dra AA Sagung Mas Ruscitadewi dan Putu Eka Guna Yasa, S.S, M.Hum.

Secara lengkap, hari ketiga ini membahas terkait bagaimana cara membawakan sebuah Satua Bali dan Ngawi Kekawin Dengan baik. "ngawi satua harus memerhatikan wirasa, wirama, dan wiraga. Dan fungsi dari mesatua bali adalah untuk menceritakan moral kepada anak-anak, dan member hiburan pada anak-anak" Tutur Mas Ruscitadewi.

Konten-konten yang dibahas sangatlah menarik perhatian khalayak, oleh karena itu ditekankan kembali bahwa dalam menulis Satua Bali sebenarnya mudah jika kita memiliki kemauan untuk berkarya. "Dalam berkarya jangan pernah takut merubah judul, alur, nama tokoh. Baca dan cari referensi yang banyak, lalu modifikasilah." Tukasnya.

Selain itu dalam materi Ngawi Kakawin yang dibawakan oleh Putu Eka Guna Yasa, menampilkan bahwa kakawin merupakan puisi yang bentuknya mengadopsi pola persajakan karya sastra india dan berbahasa jawa kuno (kawi). Dalam membuat kakawin harus diperhatikan beberapa aspek supaya tidak terjadi ketimpangan dalam pembuatannya.

"Kiat-kiat membuat kakawin harus memerhatikan bentukk, bahasa, aksara, tata bahasa, gaya bahasa, rasa bahasa, alur, manggala, isi, epilog, amanat. Dan penting untuk mengkaji terkait bentuknya seperti guru dan lagu." Ujar Eka

Ia pun menuturkan pula bahwa aspek yang perlu dimiliki oleh penulis kekawin yakni memiliki ide, lalu melakukan yatra atau perjalanan dan pengalaman, lalu mempunyai widya atau pengetahuan, dan dari sanalah bisa menghasilkan karya sastra. Semua ini dilakukan tak lain untuk menjaga kelestarian budaya Bali dalam lingkup Sastra Bali Klasik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun