“Aku sedih karena aku tidak melakukan apa-apa dalam hidupku. Aku bukan apa-apa. Aku tidak menghasilkan apapun. Aku merasa tidak berguna. Aku merasa aku tidak seharusnya ada di sana.”
Eddie, hal. 198
Buku ini dibuka dengan bab berjudul Tamat.
Bukan, bukan salah cetak, namun memang demikian alur cerita buku ini dimana dikisahkan tentang Eddie seorang lansia yang meninggal dalam sebuah kecelakaan di taman hiburan tempatnya bekerja. Di taman hiburan itulah Eddie menjalani kehidupannya sejak masih anak-anak, dewasa, hingga akhirnya meninggal di sana.
Di saat-saat terakhir hidupnya, kita dapat mengetahui bagaimana Eddie merasa hidupnya kosong, tak berarti, dan penuh penyesalan karena harus tertahan di taman hiburan tersebut. Bahkan setelah meninggal, Eddie ternyata harus berada kembali di taman hiburan yang dibencinya itu. Lalu dari sinilah cerita buku ini bergulir.
“Keadilan tidak mengatur persoalan hidup dan mati. Kalau keadilan yang mengatur, tidak akan ada orang baik mati muda.”
Si Orang Biru, hal. 53
Begitu meninggal, Eddie merasa seperti terlahir kembali. Ia merasa seperti saat sebelum perang dimana kakinya masih normal dan dia bisa berlari dengan bebas.
Ternyata, kebebasan itu hanya sementara dan dia harus kembali ke taman hiburan dimana dia bertemu dengan Si Orang Biru. Si Orang Biru itu menceritakan bahwa Eddie berada di alam baka tingkat satu dan dialah orang pertama dari lima orang yang akan Eddie temui di sana.
Si Orang Biru itu kemudian menceritakan masa lalunya dan sebuah peristiwa yang terjadi akibat kelalaian Eddie kecil yang akhirnya membuatnya bisa hadir di alam baka untuk menemui Eddie dan memberinya sedikit pencerahan tentang hidupnya.
“Pengorbanan adalah bagian dari kehidupan. Harusnya begitu.Bukan sesuatu untuk disesali. Tapi sesuatu untuk didambakan.”
Kapten, hal. 97
Orang kedua yang ditemui Eddie adalah Kapten, orang yang memimpin pasukan Eddie di masa perang di Filipina. Di masa perang itulah Eddie mengalami penyanderaan bersama seluruh anggota pasukannya. Pada peristiwa itu, Eddie mengalami luka tembak di lutut yang membuatnya harus menghabiskan sisa hidupnya di kemudian hari dengan kaki cacat dan pada akhirnya terkena rematik.
Sang Kapten yang sangat Eddie hormati itu membuka sebuah rahasia yang sempat membuatnya marah, namun akhirnya ketika mengetahui kebenaran selanjutnya Eddie hanya bisa memakluminya karena telah berprasangka yang buruk terhadap atasannya tersebut.
“Menyimpan rasa marah adalah racun. Menggerogoti dari dalam. Kita mengira kebencian merupakan senjara untuk menyerang orang yang menyakiti kita. Tapi kebencian adalah pedang bermata dua. Dan luka yang kita buat dengan pedang itu, ktia lakukan terhadap diri kita sendiri.” Ruby, hal. 145
Orang ketiga yang ditemui Eddie adalah seorang wanita pemilik nama asli Ruby Pier yang namanya dipakai sebagai nama taman hiburan sebagai bentuk pemujaan sang suami kepadanya. Dari Ruby, Eddie mengetahui peristiwa sebenarnya yang terjadi pada hari kematian ayahnya yang selama ini menjadi ‘musuh’ Eddie.
Ya, sebagai anak laki-laki, Eddie mendapat banyak tekanan dari ayahnya untuk menjadi kuat salah satunya dengan hukuman fisik. Tidak ada komunikasi verbal di antara mereka karena ayahnyalah yang berkuasa di rumah dan jalan satu-satunya bagi Eddie memuaskan ayahnya adalah dengan memenangkan setiap perkelahian dan membantu sang ayah untuk memperbaiki wahana rusak di taman hiburan.
Sebuah peristiwa seusai perang membuat Eddie dan ayahnya tidak pernah lagi berbicara sampai hari kematian ayahnya tiba. Hal ini tentu saja membuat Eddie menyimpan dendam dan selalu menyalahkan ayahnya tentang kehidupannya yang terjebak di taman hiburan pasca kematian sang ayah.
Namun sebuah kenyataan yang diperlihatkan Ruby membuat Eddie menyadari bahwa ayahnya hanyalah manusia biasa yang menyadari kesalahannya di saat-saat terakhir hidupnya.
“Cinta yang hilang tetap cinta, Eddie. Hanya bentuknya saja yang berbeda. Kenangan menjadi pasanganmu. Kau memeliharanya. Kau mendekapnya. Kau berdansa dengannya.” Marguerite, hal 179
Orang keempat yang Eddie temui tidak lain adalah istrinya, Marguerite, cinta pertama masa mudanya sekaligus cinta sejatinya seumur hidupnya.
Sepanjang pernikahannya dengan Marguerite, Eddie menemukan kebahagiaannya, memiliki keluarga sendiri seusai perang. Namun begitu kehidupan pernikahannya juga mengalami pasang surut, terutama saat harus menghadapi kenyataan bahwa mereka berdua tidak bisa memiliki anak.
Bahkan ketika ada satu kesempatan mereka harus melepaskannya karena sebuah peristiwa yang tak terduga dan mengakhiri impian mereka. Kepergian Marguerite karena sakit membuat Eddie sangat kehilangan. Bahkan dia kemudian menutup pintu hatinya dan tetap setia kepada istrinya tersebut.
Orang terakhir yang ditemui Eddie adalah Tala, seorang gadis kecil berusia lima tahun. Keberadaan Tala yang sama sekali tidak dikenalnya ini lagi-lagi memberikan pencerahan kepada Eddie yang selama ini merasa dihantui oleh masa lalu yang samar-samar dan tidak diketahui kebenarannya sampai gadis kecil itu muncul di hadapan Eddie.
Eddie merasa sangat bersalah kepada Tala, namun gadis kecil itu seakan memberikan pencerahan kembali kepadanya dengan memberitahunya apa yang terjadi di akhir hidupnya, sebuah pertanyaan yang selalu Eddie lontarkan kepada orang-orang yang ditemuinya di alam baka.
Setiap kehidupan mempegaruhi kehidupan berikutnya, dan kehidupan berikutnya itu mempengaruhi kehidupan berikutnya lagi, dan bahwa dunia ini penuh dengan kisah-kisah kehidupan, dan semua kisah kehidupan itu adalah satu. hal. 202
Gaya penceritaan buku ini menggunakan alur maju-mundur namun tidak membingungkan karena pada setiap kejadian di dalamnya ditandai dengan judul dan penggunaan jenis huruf yang berbeda. Pada hari ulang tahun Eddie pada setiap tahunnya ternyata terjadi berbagai peristiwa yang terkait satu sama lain yang membuat pria itu sempat membenci hari istimewanya tersebut. Bahkan hari kematian Eddie pun datang di hari ulang tahunnya. Hal ini pantas menjadi refleksi bagi kehidupan kita sendiri, dimana pada saat kita merayakan ulang tahun, pada saat itu juga masa hidup kita berkurang setahun da semakin dekat dengan kematian.
Banyak sekali pelajaran yang bisa didapatkan dari buku setebal 208 halaman ini, terutama tentang betapa kehidupan kita saling terkait satu saja lain. Sekecil apapun tindakan kita baik yang kita sadari ataupun tidak pasti akan membawa dampak ke sekitar kita. Ada baiknya kita mulai bersyukur atas kehidupan yang kita jalani karena segala peristiwa yang terjadi, baik atau buruk pasti terjadi karena alasan tersendiri. Mungkin alasan itu bukan untuk kita, namun bisa jadi alasan itu untuk orang lain yang mungkin saja tidak pernah kita kenal seumur hidup.
Buku yang menginspirasi banyak orang ini sudah dibuat versi film televisinya oleh stasiun TV ABC pada tahun 2004, dengan sutradara Lloyd Kramer dan dibintangi oleh Jon Voight sebagai Eddie. Film ini diklaim menjadi film televisi paling banyak ditonton oleh sekitar 18,6 juta penonton.
Dipublikasikan di Inkubuku.wordpress.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H