“Pengorbanan adalah bagian dari kehidupan. Harusnya begitu.Bukan sesuatu untuk disesali. Tapi sesuatu untuk didambakan.”
Kapten, hal. 97
Orang kedua yang ditemui Eddie adalah Kapten, orang yang memimpin pasukan Eddie di masa perang di Filipina. Di masa perang itulah Eddie mengalami penyanderaan bersama seluruh anggota pasukannya. Pada peristiwa itu, Eddie mengalami luka tembak di lutut yang membuatnya harus menghabiskan sisa hidupnya di kemudian hari dengan kaki cacat dan pada akhirnya terkena rematik.
Sang Kapten yang sangat Eddie hormati itu membuka sebuah rahasia yang sempat membuatnya marah, namun akhirnya ketika mengetahui kebenaran selanjutnya Eddie hanya bisa memakluminya karena telah berprasangka yang buruk terhadap atasannya tersebut.
“Menyimpan rasa marah adalah racun. Menggerogoti dari dalam. Kita mengira kebencian merupakan senjara untuk menyerang orang yang menyakiti kita. Tapi kebencian adalah pedang bermata dua. Dan luka yang kita buat dengan pedang itu, ktia lakukan terhadap diri kita sendiri.” Ruby, hal. 145
Orang ketiga yang ditemui Eddie adalah seorang wanita pemilik nama asli Ruby Pier yang namanya dipakai sebagai nama taman hiburan sebagai bentuk pemujaan sang suami kepadanya. Dari Ruby, Eddie mengetahui peristiwa sebenarnya yang terjadi pada hari kematian ayahnya yang selama ini menjadi ‘musuh’ Eddie.
Ya, sebagai anak laki-laki, Eddie mendapat banyak tekanan dari ayahnya untuk menjadi kuat salah satunya dengan hukuman fisik. Tidak ada komunikasi verbal di antara mereka karena ayahnyalah yang berkuasa di rumah dan jalan satu-satunya bagi Eddie memuaskan ayahnya adalah dengan memenangkan setiap perkelahian dan membantu sang ayah untuk memperbaiki wahana rusak di taman hiburan.
Sebuah peristiwa seusai perang membuat Eddie dan ayahnya tidak pernah lagi berbicara sampai hari kematian ayahnya tiba. Hal ini tentu saja membuat Eddie menyimpan dendam dan selalu menyalahkan ayahnya tentang kehidupannya yang terjebak di taman hiburan pasca kematian sang ayah.
Namun sebuah kenyataan yang diperlihatkan Ruby membuat Eddie menyadari bahwa ayahnya hanyalah manusia biasa yang menyadari kesalahannya di saat-saat terakhir hidupnya.
“Cinta yang hilang tetap cinta, Eddie. Hanya bentuknya saja yang berbeda. Kenangan menjadi pasanganmu. Kau memeliharanya. Kau mendekapnya. Kau berdansa dengannya.” Marguerite, hal 179
Orang keempat yang Eddie temui tidak lain adalah istrinya, Marguerite, cinta pertama masa mudanya sekaligus cinta sejatinya seumur hidupnya.