Mohon tunggu...
Gede Surya Marteda
Gede Surya Marteda Mohon Tunggu... Freelancer -

Mencari jati diri di belantara Hutan Jati. Berusaha semampunya untuk menjadi pribadi yang humoris.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Masih Bertanya-tanya tentang Bumi Datar? Ini Jawabnya

21 Juli 2016   21:39 Diperbarui: 4 April 2017   18:22 2909
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pembiasan (www.emaze.com)

Kata Wallace, "Bila kita melihat piringan di tengah sedikit lebih tinggi, maka bumi itu bulat." Maka dimulailah observasi pada ketiga tanda pada kapal tersebut. Ternyata, tanda yang berada di tengah sedikit lebih tinggi dari tanda yang ada pada kedua kapal lainnya.

Kenapa pada eksperimen Bedford yang dilakukan Robotham kita masih bisa melihat kapal walaupun sudah 6mil jauhnya? Hal ini diakibatkan oleh refraksi atau pembiasan cahaya yang terjadi akibat adanya perbedaan masa jenis udara di dekat permukaan air dengan udara diatasnya. Cahaya yang ditangkap oleh mata kita dibelokan karena melalui medium dengan kerapatan yang berbeda. Dalam sains ini disebut "Terestrial Concavtion". Fenomena fatamorgana juga disebabkan oleh alasan yang sama.

3. Kenapa mengambil rute memutar dalam penerbangan padahal bisa mengambil rute lurus lebih dekat?

Pertanyaan ini terjawab ketika pertanyaan lainnya terjawab, "Apakah benar garis itu lurus?"

John Chesire, Salah satu Perwira Tinggi AU Amerika yang memiliki pengalaman terbang hampir 40 tahun, menjawab pertanyaan serupa di situs Quora.com kurang lebih seperti ini:

"Apa yang terlihat di peta datar sebagai garis lurus bukanlah jarak terdekat antara dua titik. Ini karena bumi itu bulat, bukan datar. Jadi, jarak terpendek antara dua titik pada benda bulat lebih menyerupai busur dibanding garis lurus dan arah lurus. Busur ini dikenal dengan great circle route. Menariknya, bila kita mencoba untuk menempuh jarak yang lebih pendek, kita harus terus menerus melakukan koreksi arah pesawat"

Kalau benar seperti apa yang diklaim flatter bahwa penerbangan jadi masuk akal bila bumi datar karena bisa ditarik garis lurus, dan dengan asumsi bahwa pilot menerbangkan dengan lurus-lurus saja, maka seharusnya Pilot tidak perlu melakukan koreksi arah, tapi kenyataannya selama 40 tahun, John Chesire terus menerus melakukan koreksi arah pesawat.

Jadi, sebenarnya ini masalah kelemahan manusia dalam menilai objek 3D di sekitarnya. Mata manusia hanya bisa menangkap representasi 2D dari objek 3D pada lini waktu. Garis lurus sendiri adalah produk 2D, ketika berhadapan dengan objek 3D kita berhadapan juga dengan perspektif. Misalkan bila kita bisa memberi garis melintang pada sebuah gunung, bila kita lihat tegak lurus dari atas maka kita akan lihat berupa garis lurus. Padahal bila kita lihat dari samping, garis tersebut mengikuti kontur gunung. Inilah fenomena yang menjelaskan peristiwa pada industri penerbangan tadi.

Beberapa pertanyaan lagi mungkin memerlukan pengetahuan dibidang lain yang belum terlalu saya pahami. Jadi segitu dulu yah jawabannya. Kalau ada yang bisa menjawab untuk pertanyaan:

1. Kenapa menggunakan siklus Saros untuk menghitung gerhana dibanding perhitungan matematis?

2. Apakah Operation High Jump benar adanya?

sangat ditunggu artikelnya. Salam hangat!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun