Mohon tunggu...
Gede Surya Marteda
Gede Surya Marteda Mohon Tunggu... Freelancer -

Mencari jati diri di belantara Hutan Jati. Berusaha semampunya untuk menjadi pribadi yang humoris.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

[Resensi] Hidup Sederhana Ala Nenek dari Saga

15 Juli 2016   11:30 Diperbarui: 15 Juli 2016   11:35 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nenek dari Yoshichi Shimada (sumber: google.com)

Pernahkah kalian bayangkan orang yang bahagia dengan kemiskinannya? Atau orang yang hidup begitu sederhana tetapi begitu tulus dalam memberi kepada orang lain? Inilah kisah seorang bocah korban perang yang diasuh oleh neneknya yang tinggal di sebuah desa di Jepang yang bernama Saga.

Kisah yang dituturkan dalam buku karangan Yoshichi Shimada ini benar-benar menyentuh hati pembacanya sampai lapisan yang paling dalam.  Buku ini menceritakan tentang Akihiro yang kehilangan ayahnya setelah Hiroshima dibom dan terpaksa berpisah dari Ibunya untuk tinggal bersama neneknya di Saga.

Konflik yang dibangun dari hubungan Akihiro dan Ibunya juga sangat menarik. Keingintahuan Akihiro kecil terhadap asal-usulnya setelah mengetahui dirinya dilahirkan jauh setelah Ayahnya masuk rumah sakit, kecintaannya yang sangat besar kepada Ibunya, hidup mereka yang cukup memprihatinkan, dan keteguhan hati ibunya ketika akhirnya harus melepas Akihiro untuk tinggal bersama neneknya di Saga. Semua konflik-konflik itu dirangkai begitu apik pada awal buku sehingga membuat saya sendiri berekspektasi lebih pada keseluruhan ceritanya.

Meskipun saat Akihiro hidup bersama Ibunya sudah cukup memprihatinkan, namun kehidupan di Saga satu peringkat lebih miskin. Tetapi, nenek selalu punya ratusan akal untuk meneruskan kehidupan dan membesarkan cucunya. Dengan ide cemerlang sang nenek, kehidupan selalu mereka jalani penuh tawa. Sulit memang, tapi menarik dan mengasyikkan. 

Begitulah karakter Nenek yang sangat kuat, sederhana, bersahaja, dan tulus. Prinsip-prinsip hidupnya dapat dibilang sangat berlawanan dengan prinsip hidup orang-orang Jepang yang hidup di masa kini yang sangat mengutamakan kerja untuk mencari materi sampai-sampai mengorbankan waktu dan kehidupannya. Itulah yang menjadi keresahan dari Yoshichi dan dituangkan dalam kehidupan keseharian Nenek yang sangat sederhana namun bahagia.

Kehidupan Akihiro di Saga juga diwarnai oleh petualangannya sendiri. Mulai dari menjadi atlet lari, bertukar kotak makan siang dengan guru, kebanggaanya mendapatkan hadiah Sepatu Spike baru dari neneknya dan keriundaanya yang sangat dalam terhadap Ibunya. Pelajaran hidup yang diberikan oleh neneknya lewat kesederhanaan dan pengendalian diri membentuk akihiro menjadi pemuda yang tangguh dan bersahaja.  

Klimaks cerita adalah saat tibanya hari ketika Akihiro harus mengambil keputusan. Dia harus memilih antara nenek dan Saga yang dia cintai atau mengejar mimpi-mimpinya. Resolusi yang disuguhkan pada akhir buku ini mengharu biru. Pertama kalinya ditunjukan bahwa Nenek Hebat dari Saga juga adalah seorang Ibu. Yoshichi mengakhiri kisah kehidupan Akihiro dengan sangat baik dan indah.

Menurut saya pribadi, novel ini sangat cocok untuk anda yang ingin mempelajari keserdahanaan hidup. Dialog yang disuguhkan dalam buku ini pun sangat mudah untuk dimengerti. Beberapa dialog bahkan sangat indah. Dan, seperti yang dikatakan oleh Yoshichi pada akhir buku, “Nenek, terima kasih.”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun