Mohon tunggu...
Gede Surya Marteda
Gede Surya Marteda Mohon Tunggu... Freelancer -

Mencari jati diri di belantara Hutan Jati. Berusaha semampunya untuk menjadi pribadi yang humoris.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Belanja Pakai Kantong Plastik? Pikir Lagi!

13 Januari 2016   08:09 Diperbarui: 24 Februari 2016   18:53 660
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Suatu pagi, Saya belanja di convenience store dekat kantor. Sedikit yang saya beli, hanya sebotol minuman ringan dan beberapa bungkus cemilan. Sampai di kasir, Saya langsung mengeluarkan selembar uang dua puluh ribuan, cukup pikir Saya. Setelah memberikan struk dan kembalian, agak ragu si Kasir menanyakan, "Mau pakai plastik?". Sedikit kaget, saya balas, "Nggak, nggak usah pakai plastik," seperti yang biasa Saya lakukan. Langsung saja minuman dan cemilan itu Saya pegang dan kembali ke kantor.

Kejadian itu mengganggu pikiran saya. Loh kok tumben nanyain, biasanya langsung dikasih plastik, pikir Saya. Maklum, di toko ini tidak ada kebijakan “memberikan kantong plastik hanya bila diminta” seperti yang diterapkan di salah satu CS yang berlambang K dalam lingkaran merah itu. Boleh dibilang bahkan baru sedikit yang menerapkan SOP seperti itu. Tempat belanja lainnya masih menjadikan kantong keresek plastik sebagai bagian dari services.

Penasaran, besoknya Saya datang dan belanja lagi di toko itu. Ambil beberapa barang - sebotol minuman, lima bungkus mie instant, dan sebotol sabun mandi - bawa ke kasir, bayar. Saya lagi-lagi dapat pertanyaan yang sama, "Mau pakai plastik?" Sekarang kasirnya terlihat lebih santai. Saya tolak kantong plastiknya, saya masukan ke tas pakai-ulang (kali kedua saya ingat bawa barang satu ini), tapi saya tidak langsung keluar. Saya pura-pura lihat beberapa barang lagi sambil memperhatikan apa yang kasir itu lakukan pada pelanggan lain. Ternyata, dia kembali ke kelakuan biasanya: dengan ringan memasukan barang belanjaan ke kantong plastik yang sudah tersedia di bawah meja kasir itu. Tanpa tanya, tanpa ragu.

Oh cuman ke saya saja, saya dapat jawabannya.

Ternyata, karena sering kali menolak menggunakan kantong plastik, saya jadi diberi perlakuan "spesial”. Lalu, saya lanjut berpikir, satu orang saja seperti saya sudah bisa buat perlakuan pedagang ke konsumen berbeda, bagaimana kalau lebih banyak lagi yang berinisiatif untuk menolak kantong plastik? Kita sebagai konsumen punya kekuatan untuk menggerakan perilaku pasar! Keren.

Itu pula yang ingin coba dimulai dengan adanya kampanye #Pay4Plastic atau Kantong Plastik Berbayar yang diluncurkan tanggal 27 Desember 2015 lalu di CFD Dago, Bandung. Kampanye ini merupakan kerjasama Circle K dengan Greeneration dan Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik yang sejatinya telah digaungkan sejak tahun 2010 kemarin.

Lewat gerakan ini konsumen diajak untuk berpikir ulang ketika dihadapkan dengan kantong plastik, seberapa butuh mereka, dan apa dampaknya ketika mereka harus menggunakan, walaupun hanya, selembar kantong plastik. Salah satu cara memicunya adalah dengan mengenakan kompensasi untuk setiap penggunaan kantong plastik setelah berbelanja. Jumlah kompensasinya sebesar Rp 500 per kantong plastik yang digunakan dan insentif sebesar Rp 200 untuk yang menolak menggunakan kantong plastik. Harapannya, cara ini dapat membuat pembeli memilih alternatif lain kemasan selain plastik.

Kampanye Plastik Berbayar ini direncanakan akan mulai diterapkan di 17 kota besar tepat pada peringatan Hari Peduli Sampah Nasional pada tanggal 21 Februari 2016. Kota-kota yang menjadi sasaran penerapan antara lain: Jakarta, Bandung, Bekasi, Depok, Bogor, Tangerang, Solo, Semarang, Surabaya, Denpasar, Palembang, Medan, Balikpapan, Banjarmasin, Makassar, Ambon dan Papua. 

Mengutip dari Republika.co.id, Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3 Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Tuti Hendrawati Mintarsih, ikut mendukung kampanye ini. 

"Kita akan mulai di ritel modern dulu secara bertahap, kalau kita belanja jadi nanti mereka tidak menyediakan kantong plastik secara bebas. Kita kurangi penggunaan kantong plastik dengan memaksa mereka (pembeli) membayar," kata Bu Tuti.

Bahkan, Walikota Bandung, Ridwan Kamil, jauh lebih keras dalam hal pengurangan kantong plastik di Kota Bandung. "Tadinya malah saya kepikiran yang lebih tegas, yaitu sama sekali melarang kantong plastik. Namun, #pay4plastic ini bisa menjadi solusi jangka pendek, tetapi untuk solusi jangka menengah di Bandung akan dikaji untuk pelarangan kantong plastik," ujar Kang Emil (greeners.co).

Sangar memang. Mengingat, Bandung adalah kota pertama yang memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik, yaitu Perda Kota Bandung Nomor 17 Tahun 2012.

"Kenapa sih begitu amat buat ngurangin kantong plastik?" Pertanyaan ini sering kali muncul sebagai reaksi dari kebijakan ini. Dikutip dari Oceancrusader.org, sekitar 500 miliar plastik sekali pakai setiap tahun digunakan di seluruh dunia. Sampai kamu membaca kalimat ini, kira-kira sudah ada tambahan 44 juta plastik sekali pakai yang beredar di seluruh dunia (1 menitnya bertambah sekitar 22 Juta kantung plastik). Tidaklah aneh kalau kita sedikit risih mengurangi penggunaan kantung plastik di kehidupan kita, kita beranjak memasuki "teritori" yang sangat asing, dunia yang minim plastik.

Namun, dari ratusan miliar sampah yang beredar setiap tahun itu, sekitar 5.475.000 diantaranya masuk ke samudra. Menurut penelitian terbaru, diperkirakan sekitar 5,25 Triliun plastik dan pecahannya yang mengambang-ngambang di lautan (National Geographic). Konsekuensinya? ditemukan sekitar 100.000 biota laut mati akibat terbelit plastik laut tiap tahunnya, 1 juta burung laut mati akibat salah kira plastik sebagai makanannya, hampir 2/3 dari spesies ikan konsumsi manusia tercemar mikroplastik, dan masih banyak lagi. Sekedar tambahan, Indonesia adalah negara kedua terbanyak penyumbang mimpi buruk di lautan itu.

Kementerian Lingkungan Hidup menghitung, selama 10 tahun terakhir penggunaan kantong plastik meningkat terus. Dalam satu dekade, sekitar 9,8 miliar lembar kantong plastik digunakan oleh masyarakat Indonesia setiap tahunnya. Dari jumlah itu, hampir 95 persen kantong plastik menjadi sampah. Sedangkan tanah butuh waktu sekitar 100-200 tahun untuk mengurai sampah plastik.

Jadi, masuk akal kalau semua mulai bergerak untuk mengurangi permasalahan sampah kantung plastik ini. 

Lalu, apa yang bisa kita lakukan?

Seperti cerita diatas tentang kasir di CS dekat kantor saya, kita bisa menginisiasi perubahan itu dengan berani bilang No More Plastic Bag, Thanks!; ajak lingkungan sekitar kalian untuk ikutan: teman, anak, istri/suami, saudara, kolega, siapapun untuk mengurangi penggunaan kantong plastik; Siapkan tas pakai-ulang bila berbelanja ataupun terpaksa menggunakan kantong plastik gunakan sampai tidak bisa digunakan kembali. Simpel dan bisa kalian lakukan mulai dari sekarang.

Siap-siaplah kalian para kasir!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun