Mohon tunggu...
Gede Surya Marteda
Gede Surya Marteda Mohon Tunggu... Freelancer -

Mencari jati diri di belantara Hutan Jati. Berusaha semampunya untuk menjadi pribadi yang humoris.

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Sudjiwo Tedjo: Ngawur Karena Benar

12 Januari 2015   15:25 Diperbarui: 17 Juni 2015   13:19 202
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1421025826817473794

[caption id="attachment_345902" align="aligncenter" width="454" caption="sumber: https://myobsessed.files.wordpress.com/2012/03/ngawur-karena-benar_b.jpg"][/caption]

Perjalanan ini menguras peluh dan air mata, karena...

Bukan karena medannya bukit yang berbatu-batu dengan lumut yang membuatnya licin. Atau laut yang ganas dengan karang yang tajam yang menunggu di pesisir. Bukan, bukan hal seperti itu yang membikin perjalanan membaca Ngawur Karena Benar karya seniman eksentrik Sujiwo Tejo seakan seperti petualangan yang menegangkan.

Perjalanan ini menguras peluh dan air mata, karena tawa.

Dan, lebih karena setiap buah pikiran wong edan satu ini, lewat kata demi kata dari mulut-mulut lakon wayang yang telah menjadi sahabatnya sejak kecil, memaksa kita untuk menyusuri jalan lurus setapak tanpa aspal ini bukan dengan kaki, tapi kepala. Ngawur!

Buku ini memaksa kita untuk memetik makna yang terkandung dalam setiap kalimatnya, alih-alih dengan jari-jari kita yang lincah, namun harus dikempit dengan ketiak. Pakem-pakem berpikir yang ada diobrak-abrik seakan tidak berharga. Kesemrawutan berasa seperti agama yang menuntun pembaca pada sebuah kebenaran.

Kita ngawur karena benar!

Buku ini adalah buku keempat yang dibuat oleh musisi merangkap ahli teater merangkap politikus cabutan merangkap prajurit gadungan ini. Ngawur karena Benar merupakan kumpulan tulisannya yang telah dipublikasikan di pelbagai media massa di Indonesia, walau begitu, isinya tetap ngawur!

"Tulisan yang mengalir dan terasa kengawurannya dengan nyata. Mengacak-ngacak pikiran ke arah yang benar." – Tina Talisa


Saat membaca buku ini, otak saya tidak mendapat santapan yang siap saji. Malah, hidangan yang tersaji adalah obrolan acak-adut para punokawan: Gareng, Petruk, dan Bagong yang dengan luwes mengomentari kejadian-kejadian di negeri tercinta ini dengan metafora-metafora yang membingungkan. Alhasil, yang saya nikmati adalah permainan makna yang misterius tapi indah.

Sedikit-sedikit mengutip cerita pewayangan yang tidak sinkron dikombinasikan dengan realita politik Indonesia yang tidak kalah tidak sinkronnya serta dibalut filosofi Jawa yang sederhana namun secara mistis sangat lekat dan dekat, memang ciri khas penembang Kidung Kekasih ini.

"Normalnya, melihat kengawuran itu menyebalkan. Namun, saat yang disebut normal itu justru merusak akal sehat, lalu kita mau apa? Di sinilah mengapa seorang Sujiwo Tejo ada. Ia berani ngawur, menabrak batas normal yang sering penuh kepalsuan." – Rossiana Silalahi


Jika kalian seperti saya yang menyukai kelugasan dalam penyampaian ide, tidak diragukan kalian akan mencak-mencak saat pertama membaca buku ini.

Inginnya membaca buku anak-anak malah dikasih soal matematika, sekesal itulah, umpama.

Yah, memang harus maklum karena mas Sujiwo ini memang berlatar belakang eksakta. Anehnya, itu yang membuat saya kagum. Logikanya chaotic namun tertata, paradoksikal. Begitu membingungkan namun sekaligus menyenangkan. Menakjubkan.

Selamat Membaca!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun