[caption id="attachment_346602" align="aligncenter" width="300" caption="sumber: netmedia.co.id"][/caption]
Teringat di sebuah Workshop yang membahas tentang arah dan masa depan media, Wishnutama, CEO NET. TV, pernah bilang seperti ini, "... contoh program Tetangga Masa Gitu yang menggambarkan realita keluarga yang umum terjadi di masyarakat." Lantas saya berpikir: realita keluarga mana yang sebenarnya direpresentasikan oleh sitkom ini?
Tetangga Masa Gitu (TMG) bercerita tentang dua pasangan suami istri (pasutri) yang kebetulan bertetangga. Angel (Sophia Muller) dan Adi (Dwi Sasongko) adalah pasangan yang sudah berkeluarga lebih dari 10 tahun dan telah merasakan asam garam berumah tangga sehingga lebih realistis dalam menjalani hidup. Bastian (Deva Mahenra) dan Bintang (Chelsea Islan) sebaliknya, pasangan yang masih berumur jagung ini selalu diliputi suasana bulan madu (setidaknya pada season 1).
Adi berprofesi sebagai seorang pelukis dan guru seni rupa yang penghasilannya jauh lebih rendah dari istrinya. Sosok Adi digambarkan dengan sikapnya yang semau gue, rambutnya yang semrawut, tutur bicara yang menyerempet filosofis namun akhirnya berakhir dengan tingkahnya yang bodoh. Dwi Sasono sukses merepresentasikan sosok Adi yang memang menjadi stereotip seniman masa sekarang.
Sementara itu, Angel digambarkan sebagai istri yang lebih mapan dengan profesinya sebagai pengacara. Uniknya, walau memiliki gaji berlipat-lipat dari suaminya, Angel terbilang sangat pelit dalam hal ekonomi. Maka tak jarang, Angel seringkali meminjam apapun dari tetangganya, pasangan kedua Bastian dan Bintang. Pemilihan Sophia Muller untuk memerankan Angel menambah glamoritas yang ada pada sosok Angel. Sophia mampu menghidupkan karakter Angel yang cukup kompleks: Wanita yang menjadi tulang punggung keluarga.
Bastian selalu terlihat konyol dibanding istrinya, Bintang, yang sangat cerdas dan bahkan disebut Wikipedia berjalan saking pintarnya. Tak mengerti hal-hal teknis dan termasuk lamban menanggapi sesuatu membuat Bastian menjadi bulan-bulanan Adi yang sebenarnya satu karakter dengannya. Namun, Bastian selalu sukses menjaga keharmonisan hubungan rumah tangganya dengan Bintang dan senantiasa membuat hati istrinya luluh.
Karakter kedua pasangan itu boleh dibilang menggambarkan sebuah kontras: yang satu realistis, lainnya idealis romantis. Interaksi yang terjadi sering kali berat sebelah. Sikap idealis pasangan Bintang dan Bastian sering dimanfaatkan oleh Adi dan Angel untuk mengeruk keuntungan. Walaupun pernah sesekali, kebaikan dan kepolosan kedua pasangan ini malah menyadarkan Angel dan Adi bahwa mereka beruntung memiliki tetangga yang telah mereka anggap keluarga. Secara umum, hubungan kedua tetangga ini sangatlah harmonis. Bahkan terlalu harmonis sehingga menjadikan cerita dalam Tetangga Masa Gitu seakan fantastis dan terlepas dari logika umum.
Kita ambil contoh Suami-Suami Takut Istri, salah satu sitkom yang terkenal di tahun 2007, yang menggunakan logika yang hanya bisa terjadi di semesta mereka sendiri: satu kampung para suami takut dengan para istri. Namun disini tujuannya jelas: untuk mensuanakan atau setting "tawa". Pemutarbalikan logika yang terjadi di sitkom ini menjadi sebuah keharusan, istilahnya: kalo tidak ada, tidak lucu. Hal ini yang tidak terlihat di TMG. Bila saja, Angel terus-terusan mencibir Adi karena tidak punya penghasilan tetap, tetap saja bisa jadi lucu.
Problematika Indonesia, Rasa Amerika
Bila kita lihat pemilihan cast yang menggunakan dua wanita blasteran (Sophia dan Chelsea), properti set, kostum yang digunakan sehari-hari kita dapat membaca bahwa TMG menyasar kepada pola hidup masyarakat menengah ke atas Jakarta. Penggambaran keluarga Adi dan Angel yang telah 10 tahun menikah namun belum mempunyai momongan juga dialog Bintang dan Bastian yang sering disisipkan line dalam bahasa Inggris menjadi pertanda modernitas yang merasuk dalam kehidupan sehari-hari.
Modern dan liberal, mungkin itulah yang dicirikan dari sosok Angel dan Bintang yang malah bisa dibilang menjadi kepala keluarga menggantikan peran kedua tokoh pria dalam sitkom ini. Angel itu seorang wanita karir yang dengan legowonya mendukung passion Adi sebagai seorang pelukis, yang notabene tidak memberikan dukungan finansial yang mapan dalam keluarga. Bintang, entah karena pilihan pribadinya atau bukan, melakoni posisi istri yang sekaligus ibu rumah tangga, yang bila dibandingkan dengan Bastian, jauh lebih dapat diandalkan.
Bastian dan Adi di sisi lain, seolah memainkan peranan sebagai "badut", pencair suasana, dan pemacu konflik yang sering kali diselesaikan oleh protagonis wanita yang diperlihatkan lebih rasional dan dapat diandalkan.Mungkin inilah unsur komedinya.
Melihat setting seperti itu: properti, penokohan, dan alur cerita terlihat betul aksen American Sitcomnya. Salah satunya adalah semua cast yang secara fisik menarik (kebiasaan sitkom luar negeri adalah mengobral bintang yang good looking). Bandingkan dengan sitkom-sitkom Indonesia terdahulu seperti Bajaj Bajuri atau Office Boy(OB) yang malah menampilkan sosok-sosok yang ndeso.
Namun, dengan begitu pula malah memberi jarak pada penonton. Situasi yang terjadi dalam sitkom Tetangga Masa Gitu terasa sangat asing. Boleh saja kita bilang terpengaruh dari segmen yang ingin disasar yaitu kelas menengah ke atas atau borjuis, tapi istri borjuis Indonesia mana yang membiarkan suaminya leyeh-leyeh sedangkan mereka yang harus pontang-panting menghidupi keluarga?
Jadi sebenarnya TMG itu apa? saya pribadi melihat TMG ini lebih seperti karya-karya awal Teguh Karya seperti Cinta Pertama (1973) atau Badai Pasti Berlalu (1977) yang memang dibuat untuk "mempersiapkan" penonton. Atau malah, TMG diproyeksikan untuk menjadi Seinfeld baru,yang merevolusi cara pandang dunia hiburan Indonesia terhadap sitkom itu sendiri sekaligus merubah tatanan sosial di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H