Mohon tunggu...
Gedang Kepok
Gedang Kepok Mohon Tunggu... -

Gedang Kepok adalah nama pena untuk penulis Kompasiana ini. Karena satu dan lain hal, identitas asli Gedang Kepok belum bisa diungkapkan di profil penulis. Gedang Kepok tertarik dengan banyak hal, mulai dari politik, budaya, dan humaniora. Semua tulisan akan diabdikan untuk kebebasan berpikir, kemanusiaan, dan demokrasi! Salam Kompasiana! God bless Indonesia!

Selanjutnya

Tutup

Politik

SBY Ibarat Telor Rebus di Tengah Bubur Panas

2 Februari 2017   17:35 Diperbarui: 2 Februari 2017   17:47 1295
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dengan semakin dekatnya Pilkada DKI yang melibatkan anak sulungnya, SBY semakin keras berteriak menyuarakan keprihatinan pada hal-hal yang seharusnya tidak perlu diprihatinkan. Mantan presiden ini merasa dipojokkan dan menempatkan diri seolah-olah jadi korban ketidakadilan. Padahal riak gelombang yang menghujat SBY adalah response dari kata-kata beliau di konferensi pers dan di twitter yang mencerminkan keterlibatannya untuk memenangkan anaknya dengan menyingkirkan Ahok, atau setidak-tidaknya mengancamnya untuk terus didemo sampai lebaran kuda. 

Selain itu, tampaknya SBY mulai khawatir bahawa benih angin yang ditanamnya segera akan panen dengan badai. Anas, Nazarudin, dan Angie yang dipenjara bekali-kali menyuarakan keterlibatan anak SBY kedua dalam pusaran korupsi oleh dedengkot  Partai Demokrat. Satu per satu mantan menterinya diciduk KPK. Ibarat telor rebus, saat ini SBY berada ditengah-tengah bubur panas. Sewaktu-waktu, telur itu akan disendok dan dimangsa oleh keadilan dan hukum karma.

Di tengah hiruk pikuk Pilkada dan tangan-tangan kotor yang meminjam FPI dan MUI untuk memenjarakan Ahok, SBY sudah blunder besar. Rakyat jadi tahu bagaimana ia bermain dan berusaha cuci tangan sehingga seolah-olah keluar sebagai orang santun, bersih, dan terhormat. Namun ancamannya untuk mendemo Ahok sampai lebaran kuda, membukakan mata banyak orang, siapa SBY sesungguhnya. Anaknya yang didorong keluar dari tentara, ternyata performanya belum seperti yang diharapkannya. Muncul di publik dengan canggung dan berbicara dengan gaya Vicky yang sok American. Ditambah lagi pasangannya yang terbebani dengan beberapa kasus korupsi--yang menguatkan image bahwa demokrat seakan berslogan "Katakan TIDAK padahal KORUPSI."

Meski image itu bisa benar atau bisa salah, namun yang ditangkap publik adalah image korupsi. Karena itu, Agus dan Sylvi sudah tidak ada harapan di Pilkada DKI dan SBY semakin galau dengan kenyataan pahit ini. Jurus terzholimi, yang sering digunakan PKS dan tersangka korupsi digunakan berkali-kali. Namun kali ini, mata publik sudah lebih awas dan jurus itu sudah tidak mempan lagi.

Antasari adalah fenomena lain lagi. Kali ini ancaman ke Cikeas datang dari orang yang pernah dibui dan mengklaim di zaman SBY dirinya dikriminalisasi. Galau dan khawatir datang bertubi-tubi dan SBY merasa dirinya disadap dan dizholimi. Agus & Sylvi sudah tidak ada harapan lagi sementara Ibas semakin harus menjaga diri  agar tidak tertangkap radar KPK atas kasus-kasus yang telah memenjarakan rekan-rekan separtainya.

Apakah karma pelan-pelan mendekati telor-telor Cikeas yang ada di tengah bubur panas? Publik akan menjadi saksi dan waktu akan membuka semua misteri.

Salam Kompasiana! Merdeka!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun