Sebagian besar masyarakat masih menganggap difabel sebagai kelompok yang memiliki keterbatasan dalam berbagai aspek. Tidak sedikit masyarakat memandang sebelah mata kemampuan yang dimiliki oleh para difabel.
Padahal realitasnya difabel sama halnya dengan masyarakat pada umumnya termasuk dalam hal potensi diri. Hanya saja ruang untuk para difabel dapat berproses dan mengembangkan potensi diri yang mereka miliki terbatas.
Hal ini berbeda dibandingkan dengan masyarakat pada umumnya yang memiliki kebebasan dalam mengembangkan potensi yang dimiliki. Karena perbandigan tersebut mengakibatkan pengembangan potensi diri bagi para difabel memang kurang optimal.
Dibutuhkan perhatian yang lebih dari pemerintah maupun masyarakat untuk mewadahi potensi diri yang dimiliki oleh para difabel, misalnya dengan diadakannya Pekan Paralympic Pelajar Daerah.
Pekan Paralympic Pelajar Daerah merupakan ajang perlombaan olahraga bagi para pelajar difabel. Terdapat banyak cabang olahraga yang diperlombakan salah satunya adalah badminton.
Seperti narasumber kami yang bernama Adam dan Amel. Mereka berdua adalah atlet badminton NPCI yang saat ini sedang melaksanakan latihan rutin seminggu tiga kali di Gor Argopuro untuk persiapanan Pekan Paralympic Pelajar Daerah.
Adam seorang tuna daksa yang saat ini sedang duduk di bangku kelas XI SMK Baitul Hikmah Tempurejo. Dia sudah aktif mengikuti club badminton sejak kelas V SD.
Namun, dia baru bergabung menjadi atlet NPCI pada bulan Oktober 2022. Hal ini dikarenakan Adam baru divonis sebagai difabel setelah dia mengalami kecelakaan jatuh dari pagar pada saat dia kelas IX MTS.
Awal mula Adam bergabung menjadi atlet NPCI karena dia diajak oleh bapak dari temannya sesama pemain badminton. Pada mulanya Adam sebenarnya tidak ingin ikut Pekan Paralympic Pelajar Daerah karena bayangannya dia akan ditandingkan oleh para difabel tuna daksa yang memakai kursi roda misalnya.
Tetapi setelah diberi penjelasan bahwa dia akan ditandingkan dengan lawan yang sesuai dengan kapasitasnya dalam artian kategori difabel (kategori upper) kemudian dia bersedia.
Setelah itu dia langsung melakukan pemeriksaan di RS Soebandi dan hasilnya Adam memenuhi kriteria untuk mendaftar di Pekan Paralympic Pelajar Daerah.
Sejak itu dia langsung melakukan latihan rutin setiap minggunya dengan harapan dia bisa menjadi juara dalam ajang tersebut. “Orang tua saya marah-marah saat saya dinyatakan cacat setelah jatuh dari pagar, sampai sekarang juga masih marah-marah menekan saya agar bisa menjadi juara di Paralympic bulan depan" tutur Adam saat wawancara.
Selain Adam, narasumber yang kami wawancarai adalah Amel. Amel merupakan siswi tuna wicara dan tuli di SLB Negeri Jember kelas VIII SMP. Tidak sedikit prestasi yang telah dia torehkan antara lain Juara 1 Tata Boga tingkat Kabupaten Jember, Juara 1 Tata Boga tingkat Provinsi Jawa Timur, dan Juara 1 dalam ajang Kejurkab 2 kategori badminton.
Amel rutin berlatih badminton di GOR Argopuro setiap minggunya di hari senin, selasa, dan kamis bersama Adam. Mereka dilatih oleh Bapak Fathur Rozy yang berasal dari PBSI.
Dia sangat bersamangat dalam persiapan Pekan Paralympic Pelajar Daerah karena dia ingin membuat bangga kedua orang tuanya. “Amel seneng kalau latihan semua orangnya baik, tapi suka capek kalau selesai latihan tangan sama kakinya sakit, tapi Amel tetep semangat biar orang tua amel bangga. Amel juga pengen dapet piala sama uang nanti uangnya Amel kasih ke orangtua” tutupnya.
Persiapan-persiapan yang dilakukan oleh Adam dan Amel seperti latihan mingguan mengindikasikan adanya tingkah laku yang terjadi di masa sekarang akan menimbulkan akibat di masa yang akan datang seperti yang telah dinarasikan oleh George Ritzer.
Menurut George Ritzer, dalam bukunya yang berjudul Sosiologi Ilmu Pengetahuan dan Berparadigma Ganda mengatakan bahwa pada paradigma perilaku sosial yakni Teori Behavioral Sosiologi dijelaskan konsep dasar dari teori ini adalah “reinforcement” yang diartikan sebagai reward. Bahwa tingkah laku yang dilakukan oleh subjek saat ini akan menimbulkan perulangan tingkah laku karena adanya reward setelah terjadinya tingkah laku tersebut.
Dalam hal ini, perulangan tingkah laku yang dimaksudkan dapat dilihat pada Amel yang memiliki potensi dalam bidang tata boga. Setelah Amel berusaha dan berhasil mendapatkan juara 1 tingkat kabupaten maka kemudian dia akan mencoba untuk mengikuti lomba-lomba lainnya karena dia ingin mendapatkan reward berupa pengakuan dari masyarakat bahwa meskipun dia seorang difabel dia mampu berprestasi dan mengembangkan potensi yang dia miliki.
Tidak jauh berbeda dengan Adam, meskipun dia belum pernah mendapatkan juara tetapi dia tidak pernah berhenti untuk terus mencoba dan berlatih agar mendapatkan juara dan pengakuan dari masyarakat.
Penulis:
Gecinda Jellyanitricia 200910302149
Anisa Wulandari 200910302154
Ahmad Fauzi Abdillah 200910302070
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H