Mohon tunggu...
gebrielastevanihelmyta
gebrielastevanihelmyta Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya memiliki hobi menari

Selanjutnya

Tutup

Trip

Panas ekstrem di Pekanbaru warga keluhkan terik yang tak biasa

22 Januari 2025   01:36 Diperbarui: 22 Januari 2025   01:36 20
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Travel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Jcomp

"Panas Ekstrem di Pekanbaru: Warga Keluhkan Terik yang Tak Biasa"
Oleh [Gebriela Stevani Helmyta]

Pekanbaru, Riau -- Terletak di dekat garis khatulistiwa, Pekanbaru memang terkenal sebagai kota dengan cuaca panas sepanjang tahun. Namun, belakangan ini, suhu di Pekanbaru terasa semakin ekstrem. Warga yang biasanya terbiasa dengan panasnya cuaca, kali ini harus menghadapi kondisi yang lebih menyengat dari biasanya. Terik matahari yang menggantung sejak pagi hingga malam menjadi keluhan yang dirasakan banyak orang. Fenomena ini memengaruhi aktivitas sehari-hari, dan tidak sedikit yang mulai merasakan dampaknya pada kesehatan. Untuk mengetahui pengalaman warga secara langsung, kami berbincang dengan Disti, seorang mahasiswi yang telah tinggal di Pekanbaru.
Panas yang Menyusup Hingga Malam
Disti membuka cerita dengan senyum lelah di wajahnya. "Biasanya cuaca panas di Pekanbaru memang sudah biasa dirasakan warga sini. Tapi kali ini berbeda, sejak pagi hari, udara sudah terasa lebih terik. Bahkan hingga malam, panasnya masih terasa. Tidak seperti biasanya yang sedikit lebih dingin di malam hari," ujar Disti, yang merupakan seorang mahasiswi. Menurutnya, panas kali ini begitu menyusup hingga membuatnya sulit beristirahat di rumah. Di ruang tamu rumahnya, Disti mengisahkan bagaimana perubahan cuaca ini berdampak besar pada aktivitas sehari-harinya. Ia menceritakan bahwa orang-orang di sekitarnya, termasuk mahasiswa lainnya, kini lebih banyak menghabiskan waktu di dalam ruangan. "Biasanya pagi dan sore hari orang-orang suka beraktivitas di luar rumah, tapi sekarang banyak yang mengeluh kepanasan dan memilih berada di dalam. Kalau terlalu lama di luar, ada risiko dehidrasi," jelasnya.

Menurut Disti, perubahan ini sangat terasa, tidak hanya pada dirinya, tetapi juga bagi keluarga dan para tetangga di sekitar tempat tinggalnya. Malam hari yang biasanya menjadi waktu beristirahat dengan udara lebih sejuk, kini terasa lebih gerah. "Biasanya kami jarang sekali menyalakan AC di malam hari, cukup kipas angin. Tapi sekarang, AC harus nyala terus, kalau tidak, sulit sekali tidur karena udara yang pengap dan gerah," ungkapnya sambil tersenyum pasrah.
Pengaruh pada Aktivitas Belajar dan Kesehatan
Sebagai seorang mahasiswi, Disti juga merasakan dampak cuaca panas ini dalam aktivitas belajarnya. Banyak mahasiswa, termasuk dirinya, merasa sulit berkonsentrasi saat belajar karena udara yang pengap. "Saat belajar di kampus, ruangan sering kali terasa panas meskipun sudah ada pendingin. Kami harus membawa minuman yang cukup agar tidak dehidrasi," katanya. Disti mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kesehatan mahasiswa lain yang juga mengalami gejala kelelahan atau bahkan pusing akibat cuaca yang ekstrem ini. "Beberapa teman sampai harus istirahat karena dehidrasi. Kami semua harus lebih perhatian dengan kesehatan dan memperhatikan asupan air," tambahnya.
Kondisi Ekstrem, Pengeluaran Membengkak
Selain kesehatan, Disti dan banyak mahasiswa lainnya juga merasakan dampak dari peningkatan suhu ini pada pengeluaran. Kenaikan suhu membuat kebutuhan akan pendingin ruangan meningkat, yang tentunya berdampak pada tagihan listrik bulanan mereka. "Tagihan listrik bulan ini naik hampir dua kali lipat. AC yang biasanya hanya dinyalakan sesekali, sekarang hampir sepanjang hari harus nyala, terutama saat belajar atau beristirahat di rumah. Kalau tidak begitu, rasanya tidak nyaman," ungkap Disti dengan raut wajah prihatin.
BMKG: Fenomena El Nino dan Pengaruhnya pada Cuaca Pekanbaru
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat telah mengeluarkan pernyataan bahwa cuaca ekstrem ini kemungkinan besar disebabkan oleh fenomena El Nino, yang menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia mengalami peningkatan suhu dan cuaca yang lebih kering. El Nino adalah fenomena pemanasan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, yang memengaruhi pola cuaca di banyak wilayah, termasuk Indonesia. Dampaknya, wilayah seperti Pekanbaru yang sudah panas, menjadi semakin ekstrem.
Harapan dan Solusi dari Masyarakat
Disti menutup wawancara dengan harapan sederhana. "Semoga panas ini bisa cepat berlalu. Kami ingin kembali merasakan cuaca yang lebih normal, walaupun panas khas Pekanbaru tetap ada, setidaknya masih bisa ditoleransi. Saya juga berharap pemerintah bisa mengambil langkah untuk menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak terjadi kenaikan suhu yang lebih ekstrem lagi di masa depan," tuturnya dengan penuh harap. Bagi banyak warga Pekanbaru, penanaman pohon dan perawatan taman kota dianggap sebagai solusi sederhana untuk mengurangi dampak panas ekstrem. Selain itu, kampanye kesadaran lingkungan dan peningkatan akses pada fasilitas kesehatan juga diharapkan dapat membantu warga yang merasakan dampak kesehatan dari cuaca ekstrem ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun