Mohon tunggu...
PEMULA27
PEMULA27 Mohon Tunggu... Petani - Terima kasih

Petani Berdasi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kodrat Manusia (Baik) dalam Perspektif Mencius

16 November 2021   11:25 Diperbarui: 17 November 2021   21:07 848
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: https://www.worldhistory.org/Mencius/

ABSTRAK                                                                                                                                                                                                                                                                  Penulisan ini memfokuskan pada tema: KODRAT MANUSIA (BAIK) DALAM PERSPEKTIF MENCIUS. Yang dimaksudkan dengan pemikiran Mencius tentang sifat manusia yang pada dasarnya baik adalah pertumbuhan empat macam kebajikan yang tetap, sebagaimana ke-empat permulaan ini merupakan predisposisi moral yang ada dalam setiap diri manusia. Pertama-tama: Rasa simpati, permulaan rasa kemanusiaan (REN), Rasa malu permulaan kebenaran (YI), Rasa hormat, permulaan rasa etika atau kesopanan (LI), Rasa benar dan salah, permulaan kebijasanaan. Dalam tulisan ini saya menggunakan studi kepustakaan terhadap isi buku pemikiran politik Konfusius, Mencius dan xunzi oleh: Kristan, S. E. M. A. Ada pun argumen tulisan saya adalah hidup manusia selalu mengejar kebaikan. siapa pun yang hidup pasti mengejar hidup baik. singkat kata, tujuan hidup manusia adalah kebaikan dan hidup baik maka manusia memiliki kewajiban untuk mengembangkan ke-empat poin ini karena dengan demikian akan memperoleh nilai positif yang dapat melindungi diri sendiri atau banyak orang dalam tatanan hidupnya.

KATA KUNCI : Rasa Simpati (Ren), Rasa Malu (Yi), Rasa Hormat (Li), Rasa Benar (Zhi).

PENGANTAR

Menurut perspektif Mencius sifat asli manusia sejak lahir adalah baik. hal inilah selalu dimuncukan oleh cendikiawan pada akhir zaman Konfusius yang berkata bahwa lingkungan memberi pengaruh besar bagi sifat manusia. Dalam kitab Mencius [6A]: 2 yang tertulis: “Mencius berkata, air memang tidak dapat membedakan antara Timur dan Barat. Tetapi adapt membedakan atas dan bawah. Sifat asli manusia cendrung baik, laksana air yang mengalir ke bawah. Sifat manusia tidak ada yang tidak cendrung kepada baik seperti air tidak ada yang tidak mengalir ke bawah”[1].Dengan pemikiran Mencius di atas mau mengemukan bahwa kebaikan merupakan sifat asli pada menusia. Namun, Mencius juga mengakui pada menusia terdapat juga unsur-unsur lain yang dalam hal ini mengacu pada baik dan buruk. Tetapi perlu digaris bawahi yaitu: jika manusia tidak bisa dikontrol dan dididik dengan baik maka akan menimbulkan sifat jahat. Hal ini disebut juga naluri seperti hewan dalam diri manusia dan karennya jika ditinjau secara ketat tidak dapat dikategorikan sebagai sifat dasar manusia. 

POKOK-POKOK PEMIKIRAN MENCIUS

Mencius dalam pemikirannya menekan beberapa poin-poin penting terutama yang berkaitan lansung dengan sifat baik dari manusia yang tercantum dalam kata kunci di atas sebagai penerusan ajaran konfusiusme seperti: Rasa simpati atau cinta kasih sebagai permulaan rasa kemnusiaan (REN). Rasa malu dan segan permulaan kebenaran (Yi). Rasa hormat dan kerelaan adalh permulaan etiket atau kesopanan tau rendah hati dan susila (LI). Rasa benar dan salah jika mampu dekembangakan merupakan permulaan kebijksanaan (ZHI)[2].

Ke-empat poin inilah yang menjadi dasar Mencius mengatakan manusia memiliki sifat dasar ini. Maka berikutlah penjelasan lebih lanjut dan pendalaman empat poin yang menjadi “kebajikan yang tetap” yang tumbuh dari dalam diri manusia sendiri.

1. RASA SIMPATI ATAU CINTA KASIH SEBAGAI PERMULAAN RASA KEMANUSIAAN (REN).

Ren diartikan sebagai rasa belas kasihan yang bermaksud rasa dan hasrat yang cenderung guna memberi dan menerima kasih sayang manusia. Kamudian Ren juga mengartikan perasaan simpati dan empati dalam diri manusia yang murni dan tulus ikhlas dan selaras dalam kemanusiaan. Ren juga sering diterjemahkan sebagai kebajikan dan moral.[3]

 Ada juga unsur pendukung dari pemikiran mencius ini terutama dalam intisari ajaran confusius dalam buku-bukunya adalah manusia bisa menjadi agung dalam hidup pribadi dan hidup bermasyarakat (tingkah lakunya dalam hidup bersama) bila ia mengemabangkan inti kemanusiaannya. Bila setiap orang bisa menghayati demikian maka kebaikan dan kebahagiaan akan diperolehnya[4]. Yang dimaksudkan dari unsur pendukung ini menekan pentingnya keutamamaan-keutamaan manusiawi, kejujuran, belas kasih seorang anak pada orang tua demi menjaga tetap tumbuhnya kebaikan manusia. 

 

2. RASA MALU DAN SEGAN PERMULAAN KEBENARAN (YI).

Yi, dapat diartikan sebagai paduan yang selaras dalam unsur YIN, yang menembusi tritunggal Tian (Tuhan), yang wajib dijunjung oleh tiap peribadi manusia. Yi, bermaksud sebagai rasa kewajiban moral dasar manusia. Yi, juga berarti rasa malu dan tidak suka yaitu rasa untuk ingkar dari kewajiban moral dan tidak bisa menerima apabila tidak begitu ada panggilan naluri dan tidak amu melanggar. Yi, merupakan dasar acuan dan hukum hubungan antara manusia. Kewajibana akan sesuatu dan sebagian jalan utama dalam menempuh kehidupan. Yi, harus dijunjung tinggi dan menjadi pegangan hidup manusia dalam bermasyaratkat denagn sesama[5].

3. RASA HORMAT DAN KERELAAN ADALH PERMULAAN ETIKET ATAU KESOPANAN TAU RENDAH HATI DAN SUSILA (LI).

Li, dapat diartikan hal yang berkenan dengan peribadahan, doa dan harapan serta yang bersifat spiritual. Li, bertarti tatanan peribahan yang melingupi pengenapan kodrati kemanusiaan dalam seluruh aspek kehidupan manusia sebagai insan Tuhan. Li, juga merupakan rasa hormat untuk membedakan dalam bertingkahlaku dalam mengacu pada tatanan peringkat guna mewujudkan hubungan manusia dengan pencipta. Li, juga berarti tata karma, sopan santun yang menjadi kepatutan manusia sebagai mahluk sosial yang berbudaya dan peradaban manusia. Li, bisa menjadi upacara untuk bersembayang kehadirat Tuhan, leluhur sebagai perwujudtan iman dan taqwa dalam seluruh kehidupan manusia[6].  

4. RASA BENAR DAN SALAH JIKA MAMPU DEKEMBANGAKAN MERUPAKAN PERMULAAN KEBIJKSANAAN (ZHI).

 Zhi diartikan sebagai pengetahuan akan pola kebenaran konsep Tuhan dan alam semesta. Zhi, sebabagai perwujudan tingkah harmonis dengan Tuhan yang menjadikan perbuatan, perbincangan dalam kehidupan sehari-hari manusia menjadi lebih tepat dan tidak keliru sehingga menjadi manusia yang benar. Zhi, merupakan rasa nurani membedakan mana yang benar dan salah untuk kemudian memegang yang benar. Zhi juga merupakan naluri belajar dan berlatih untuk mencapai kebenaran hakiki menjadi kebijaksanaan. Zhi menjadi kearifan dan kepandiaan sebagai bekal manusia untuk sinergi antara jasmani dan rohani sesuai dengan hukum Tuhan[7].  

Demikianlah penjelasan ke-empat poin permulaan yang ditegakan oleh Mencius teutamapenembangan dari ajaran konfusius yang tentu saja merupakan sifat-sifat dasar yang dimiliki manusia. Di lain pihak: Banyak orang kemudian menganggap bahwa Mencius percaya bahwa kualitas-kualitas permulaan di atas merupakan takdir secara genetika[8] Selanjutnya agar terjaga kebaikannya maka manusia perlu dididik, dilatih dan dikembangkan agar menjadi manusia berbudi JUNZI atau dalam artian manusia yang dalam kehidupan selalu berbuat kebajikan. 

 KESIMPULAN

 Sanagat menarik dan kompleks bahwa dari ke-empat pandangan baik dari: Ren, Yi, Li, Zhi, menurut Mencius bukalah didapatkan dari luar diri manusia tetapi sudah dimilikinya sejak ia lahir artinya bahwa manusia di dalam dirinya memiliki kecendrungan menjadi baik dan memiliki kemampuan untuk menjadi lebih baik. 

Di sisi lain dalam tataran batin semua manusia memiliki perasaan yang tidak tega ketika melihat penderitaan orang lain, dan ini menunjukan bahwa manusia dilahirkan dengan sifat yang baik. kemudian Mencius berpendapat walaupun sifat asli manusia itu baik, tidak menutup kemungkinan semua manusia akan selalu menjadi baik. 

Dalam hal ini Mencius mengenalkan prinsip yang optimis bahwa semua manusia dapat menjdi arif dan bijaksana seperti raja Yao dan Shun agar mampu menjadi pemimpin yang maju menuju kebaikan. Seperti yang sudah dibahas dan dalami dari ke-empat poin di atas maka yang dibutuhkan adalah manusia perlu dididik, dilatih dan dikembang agar menjadi kebajikan. karena manusia pada dasarnya sama maka bisa menjadi Junzi bila mengola dirinya melalui keempat permulaan.

DAFTAR PUSTAKA

Diktat, Filsafat Cita: Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana Malang: (Tidak Dipublikasih).

Kristan, Pemikiran Politik Konfusius, Mencius Dan Xunzi, Jl. Raya Merak Q 16 Rewwin Waru Sidoarjo: Study Park Of Confucius, 2015.

Majelis Tinggi Agama Khonghucu Indonesi. Kitab Sishu (Kitab Yang Empat). Jakarta: Matakin, 2012.

Sutrisno Mudji, Zen Buddhis: Ketimuran dan Paradoks S  piritualitas, Jakarta: P. Obor 2004.

Wei-Ming Tu, Etika Confusianisme Modern tantangan Singapura, Jakarta Selatan: P. Teraju, 2005.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun