Mohon tunggu...
Kaka Geb
Kaka Geb Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pencinta Kopi, Puisi dan Senja_

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Cangkir Terakhir yang Terluka

16 April 2018   17:05 Diperbarui: 16 April 2018   17:14 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://lichtyears.com

Di tempat kau janjikan

Aku menanti

Dengan beberapa cangkir kopi

Telah mencapai dasarnya masing-masing.

Tinggal cangkir terakhir penuh harap

Yang mencoba untuk bertahan dengan malam

Yang kian larut dan pekat.

--

Berbatang-batang kretek kusulut

 Namun janjimu mungkin kini tinggal puntung dan debu.

Satu-satu orang-orang pergi dan datang

Lalu ke mana entah

Dikau yang kau janjikan.

--

Aroma asap kretek dan kopi yang menanti

Telah menjadi resah.

Musik yang menggema sedari tadi

Kini berubah suara paling lesu.

--

Disaat cangkir terakhir mencapai dasarnya

Kau muncul menggandeng sebuah tangan lain.

Ah, betapa sialnya diriku ini

Betapa bodohnya aku

Menantimu hanya untuk melukai hatiku.

--

Aku mengambil langkah keluar dari semua luka

Pergi meninggalkan harapan yang kau janjikan.

Dan melupakan semua luka.

Malang, 16:13

15 April 2018

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun