Dan hujan lagi
jatuh dari bibir cangkir
sebuah cangkir kopi
yang kian dingin
sepi juga masih.
Kudapati kau di selasar rumah maya
ketika senja beranjak
kau duduk di sana dengan sepi yang hampir menelanmu
Setelah sekian kutunggu
mengintipmu dari balik tirai jendela saban hari.
Kau telah tiada.
Dan kembali kudapati kau
pada dua hari lainnya
dalam selembar kabar
yang tertulis pada dinding rumah mayamu.
Belasungkawa meluruskan jalanmu dalam deras hujan air mata
serta banyak stiker duka terselip di sisi kanan rumah abadimu.
Kau telah gugur
pada usia subur.
Beristirahat dalam damai_
Malang, 22:32
8/1/2018
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H