Selembar surat kusam,
kutemukan di bawah bantal.
Coba ku eja lagi menjelang senja, sembari mengukur jarak dan resah.
Tiada kusangkakan,
aku terperangkap di tengah lautan rindu yang kau sebut dalam suratmu.
Isi suratmu terlalu dalam, tenggelamkan aku ke dasar samudera rindu.
Dan kutemukan bentangan waktu yang indah.
Waktu melambat berlalu untuk menunggu kapan.
"Terlalu lama"
itu dua kata yang sering kujumpa dalam isi suratmu.
Sebab tiada waktu yang cepat untuk menghitung dan mengukur sebuah rindu.
Bentangan jarak dan rindu adalah semoga.
Kutemukan juga tanya yang masih,
tentang mimpi-mimpi kecilmu.
Dibagian akhir surat
ada sepi dan rindu.
Kausebut dengan tinta biru,
sebiru rindu itu_
Malang, 8/9/2017
14:56
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H