Mohon tunggu...
Kaka Geb
Kaka Geb Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Pencinta Kopi, Puisi dan Senja_

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

SMS Balasan untuk Mama

13 Juli 2017   20:54 Diperbarui: 14 Juli 2017   09:01 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Maaf mama, saya belum bisa pulang. Pada tanggal terakhir yang mama hitung dipenghujung tahun ini.

Saya tahu. Saya ingat. Semua yang mama tegaskan lewat sinyal telepon terburuk di kampung.

Saya tidak lupa, bahwa untuk melepas rindu via telepon, mama kan duduk di dipan buatan adik di serambi kanan rumah kita.

Dan tidak salah lagi, suara ribut-ribut itu pasti suara radio tua Bapak. Apa kabar Bapak? Sehat-sehat bukan? Saya tahu, Bapak pasti sedang asyik mendengarkan berita-berita yang sebenarnya bukan hal baru lagi di negara kita.

Mulai dari segala macam rencana membingungkan sampai kisah kematian seekor tikus yang mati diserang semut. Yang sebenarnya tidak Bapak pahami, tapi itu sebab Bapak tidak ingin membiarkan radio tuanya mengkarat di dalam ransel tua tahun 70-an itu.

Mama, di sini, saya masih berjuang untuk menuntaskan baris terakhir puisi saya. Terima kasih, Mama. Untuk doa-doa yang tak lupa mama sebutkan satu satu nama kami; kelima anakmu.


Malang, 13 Juli 2017|20:33

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun