"Benar atau salah
Benar atau salah adalah pilihan."
Kali ini aku melihatmu lagi bersama dengan permaisurimu. Dibelakangmu, masih seperti dulu, para pengawal itu berdiri mengiringi langkahmu, dengan kepala tertunduk. Namun, aku tidak pernah menyangka, kalau pengawal-pengawal itu ternyata akan menghianatimu. tapi memang bukan salah mereka, karena permasalahan-segala permasalahan itu kembali pada dirimu . Dan setelah masa sulit itu dimakan waktu, entahlah, aku tidak tahu bagaimana penyelesaian dari masalah itu tapi yang aku tahu, kau mengorbankan banyak domba disana. lalu kabut tebal mulai menutupi dirimu,wanitamu,juga pengawalmu. Lalu, sekarang kau muncul kembali . Entah apakah kau sudah melupakan masalah itu-masalalumu-aku tidak tahu. Tapi sekarang kau sudah bisa tersenyum lebar. kaliini kau sudah bisa mengangkat kepalamu seperti dulu sehingga semua yang melihatmu menundukkan kepala. namun tidak bagiku. Kukenakan topengku tanpa sepengetahuanmu. lalu aku mengangkat kepala, memberikan penghormatanku kepadamu, dan aku tetap mengenakan topengku untuk tersenyum kepadamu.Entah sampai kapan rasa ini akan ada dalam diriku. mungkin sampai dendam ini terbalaskan. Baik memanglah baik, tetapi kesabaran in tentu ada batasnya. jika kau tanya mengapa aku begini, jawabnya adalah karena aku salahsatu domba yang kau korbankan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H