Mohon tunggu...
Gea Laksita
Gea Laksita Mohon Tunggu... -

Alumni mahasiwa Komunikasi angakatan 2010, pemerhati Media, mengikuti dan mengamati pemberitan olahraga di media massa. Mahasiswa desain grafis 2015-2016

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Kembali ke Yogyakarta, Kembali ke Amongrogo

21 Februari 2016   17:43 Diperbarui: 21 Februari 2016   18:43 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini gelaran IBL seri III (kembali) bertanding di GOR Amongrogo setelah selama 4 tahun berturut-turut selalu di GOR UNY. (Sebelum diguncang gempa tahun 2006, penyelenggaraan yang kala itu masih bernama IBL, dilaksanakan di GOR Amongrogo. Namun sejak gempa di Jogja tahun 2006, GOR Amongrogo rusak cukup parah bahkan hampir rata dengan tanah. Seiring berjalannya waktu, liga basket pun berganti nama NBL di tahun 2010. Praktis sejak itu, seri Jogja selalu dilaksanakan di GOR UNY).

Jika dilihat dari kapasitas GOR, tentu GOR UNY jauh lebih besar dibanding GOR Amongrogo. Sampai tulisan ini dibuat, saya masih tidak mengerti mengapa justru (balik) lagi ke GOR Amongrogo. Bukan hanya saya, namun sepertinya fans yang lain yang terbiasa datang ke GOR UNY pun bertanya-tanya. Ya mungkin ini hanya masalah teknis, karena toh mau tanding di mana saja sama :).

Meskipun begitu animo masyakarat yang datang menonton di hari pertama ini tetap tinggi. Hal ini terlihat dari fans yang yang datang ke GOR cukup ramai. Meski tidak seramai jika dibandingkan dengan waktu diselenggarang di GOR UNY yang selalu penuh, bahkan kadang kesulitan mencari tempat duduk.

GOR Amongrong, dengan kapasitas 5000[1] hari ini bahkan hanya terisi setangahnya saat pertandingan big match Pelita Jaya vs CLS Knights. Padahal saat di UNY dengan kapasitas 7000- 9000 saat Championship Series 3 tahun lalu, GOR UNY sanggup terisi hingga tidak menyisakan tempat duduk. Bahkan beberapa penonton terpaksa berdiri. Mungkin karena saat itu babak final jadi memang memberikan atusiasme luar biasa.

Atau mungkin IBL sengaja memang hanya memperbolehkan diisi setengahnya lebih dahulu? Jika kemungkinan banyak orang yang datang, lalu baru akan membuka setengah tribun lagi? Hal ini memang jadi terkesan “kosong” karena memang masih banyak tempat duduk yang kosong.

Jika saya boleh memberikan saran, alangkah baiknya jika bisa melakukan promosi lebih gencar lagi, siaran ke radio-radio yang ada di Jogja atau promosi ke sekolah-sekolah sehingga lebih menarik minat siswa-siswa untuk datang. Yang saya perhatikan malah belum terlihat adanya anak sekolah yang datang ke GOR. Padahal biasanya justru saat weekend seperti ini akan lebih banyak didatangi oleh siswa-siswa sekolah.

Dari segi pertandingan nampaknya tahun ini akan menjadi tahun yg paling ketat. Tim papan bawah maupun papan atas memiliki kekuatan yang sama. Garuda yang cukup kerepotan saat melawan Satya Wacana Salatiga atau Aspac Jakarta yang nyaris keteteran saat melawan Stadium Jakarta. Belum lagi tim-tim lain. Pertandingan Seri III sayang sekali jika terlewatkan.

Saya berharap, semoga hari kedua, ketiga dan keempat dan seterusnya GOR Amongrogo akan semakin ramai, riuh dan bising.

[1] http://bpo-diy.or.id/

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun