Mohon tunggu...
Elma Georgiana
Elma Georgiana Mohon Tunggu... Freelancer - Mahasiswa

Selamat membaca teman-teman:)

Selanjutnya

Tutup

Film

PK dan 3 Idiots: Film Komedi Garapan Rajkumar Hirani yang Penuh Satir

15 Desember 2020   14:26 Diperbarui: 15 Desember 2020   15:24 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Komunikasi merupakan sebuah proses menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan. Pesan yang ada dapat disampaikan melalui berbagai macam media. Salah satunya adalah film. Film merupakan media yang paling efektif untuk menyampaikan dan menyebarkan pesan. Film mengemas pesan dengan daya tarik tersendiri, memberikan sajian pesan yang berbeda dengan media lain sehingga membuat pesan dapat menyentuh masyarakat secara dekat. Seringkali pesan-pesan yang disampaikan melalui film memiliki kaitan yang erat dalam lingkungan masyarakat sosial, seperti isu ekonomi, politik, sosial, budaya, hingga SARA.

Pada kali ini, kita akan membahas dua film bollywood hasil garapan sutradara Rajkumsr Hirani, yaitu PK (2014) dan 3 Idiots (2009). Kesamaan pada film ini terletak pada genrenya yang mengusung genre drama komedi. Film PK (2014) adalah film drama komedi satir yang mengangkat isu mengenai SARA yang penuh dengan kontroversi. Sedangkan film 3 Idiots (2014) adalah film yang mengangkat isu realitas mengenai sistem pendidikan saat ini yang dinilai kacau. Hampir sebagian karya film milik Rajkumar Hirani mengandung pesan yang kuat serta memberikan kritik pedas terhadap realitas lingkungan sosial yang ada. Kali ini, kita akan menganalisis kedua film ini melalui paradigm kritis dan melihat bentuk hegemoni yang terjadi dalam film yang berjudul PK.

Paradigma kritis adalah sebuah paradigm yang berusaha untuk mengungkap struktur yang sebenarnya dibalik struktur yang tampak dengan tujuan membentuk suatu kesadaran sosial dan merubah keadaan sosial, cara berpikir, dan perilaku masyarakat kearah yang lebih baik. Paradigm ini berfokus untuk mengungkap aspek-aspek yang selama ini tersembunyi dibalik kenyataan yang selama ini kita lihat kemudian mengkritik aspek tersebut dengan harapan adanya perubahan dalam tatanan masyarakat.

Gramsci pertama kali mencetuskan teori hegemoni, ia mengatakan bahwa hegemoni merupakan suatu sikap dominan atau sebuah kekuasaan yang didapatkan tidak melalui sebuah penindasan tetapi dengan cara menyebarkan sebuah ideologi secara "damai". Ideologi tersebut disebarkan kepada masyarakat baik indidivu, maupun kelompok. Yang dipengaruhi adalah cara hidup, prinsip, serta religiusitas dalam masyarakat. Suatu kelompok kelas sosial akan menghegemoni kelompok kelas sosial lainnya dengan menyebarkan suatu ideologi melalui beberapa perantara seperti lembaga sosial, institusi pendidikan, dan sebagainya. Ideologi tersebut bekerja sebagai alat yang disebarkan melalui lembaga-lembaga tadi dengan bantuan kaum-kaum intelektual. Ideologi adalah sebagai keseluruhan sistem berpikir individu maupun kelompok. Ideologi yang dianut pada akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang berpikir, memandang sebuah persoalan dan menyikapinya. Ideologi secara umum didefinisikan sebagai sebuah sistem nilai, ide, gagasan, dan moralitas yang mendasari perjuangan kelompok atau individu tertentu.

Melalui film 3 Idiots, kita akan membedah pandangan kritis yang dilakukan oleh Rajkumar Hirani. 3 Idiots adalah sebuah film yang mengkritisi sistem pendidikan didunia yang dinilai terlalu kompetitif sehingga setiap individu dalam mengenyam pendidikan tidak lagi berdasarkan pada pendidikan yang inovatif tetapi justru lebih berlomba-lomba untuk menjadi yang terbaik. Dalam beberapa adegan pada film ini juga dapat kita temukan bagian-bagian yang sangat jelas mengkritik sistem pendidikan, adegan-adegan tersebut dapat kita lihat sebagai berikut:

Pada adegan ini, tokoh utama yaitu Rancho memprotes kepada dosennya mengapa ia lebih menerima penjelasan definisi yang meniru buku dibandingkan penjelasan sederhana yang mudah dimengerti. Adegan ini begitu dekat dengan realita yang ada, bagaimana dalam sebuah sistem pendidikan, pengajar lebih menerima kata definisi yang lebih terdengar sains daripada penjelasan sederhana menggunakan kata atau bahasa sehari-hari

sumber: tangkapan layar pribadi
sumber: tangkapan layar pribadi
sumber: tangkapan layar pribadi
sumber: tangkapan layar pribadi

            Dalam adegan ini, tokoh Rancho menjelaskan didepan dosen dan teman-temannya bahwa selama ini yang mereka lakukan dalam belajar adalah hanya semata-mata untuk berlomba yang kemudian perlombaan tersebut hanya menciptakan tekanan pada diri kita, bukannya meningkatkan pengetahuan diri kita. Dalam kehidupan realita, kita seringkali dituntut oleh orang-orang disekitar kita untuk menjadi yang nomor satu. Disekolah harus juara satu, dalam dunia pekerjaan harus mendapatkan pekerjaan yang prestisius dengan gaji yang besar, tentu niat dibalik itu semua baik, tetapi apakah kita sadar bahwa tuntutan-tuntutan tersebut hanya menciptakan tekanan batin yang justru membuatk kita depresi, padahal seharusnya yang kita dapatkan dari sebuah sistem pendidikan adalah sebuah pengetahuan, inovasi dalam bidang ilmu pengetahuan.

sumber: tangkapan layar pribadi
sumber: tangkapan layar pribadi

Adegan ini pasti sering dialami oleh kita sebagai seorang pelajar. Kita kebanyakan menghapal sesuatu dari buku, tetapi tidak memahami betul makna dari kata tersebut sehingga yang kita lakukan hanya menghapal tanpa memahami yang mungkin akan membantu kita selama kita mengenyam pendidikan tetapi akan mempersulit kita dalam kehidupan kita dikemudian hari

sumber: tangkapan layar pribadi
sumber: tangkapan layar pribadi
Dalam adegan ini juga tokoh utama Rancho mengkritisi sistem pendidikan dimana semua dilihat hanya berdasarkan peringkat yang dinilai justru hanya akan memecah relasi antar pelajar, bukannya memicu pelajar untuk semangat meningkatkan pembelajaran mereka.

sumber: tangkapan layar pribadi
sumber: tangkapan layar pribadi

Adegan yang paling erat kaitannya dengan realita kehidupan kita adalah adegan ini. Setiap orang tua tentu mengingingkan yang terbaik untuk anaknya seringkali mereka menuntut kita untuk melakukan ini itu dengan dalih bahwa keputusan itu adalah yang terbaik untuk masa depan anaknya kelak. Akan tetapi terkadang orang tua juga tidak sadar bahwa apa yang mereka yakini terbaik untuk anak mereka belum tentu adalah yang anak mereka inginkan. Oleh karena itu, peran orang tua dalam hal pendidikan juga penting. Bukan untuk mendikte anak tetapi membimbing anak untuk melakukan apa yang mereka sukai dan minati, karena itulah yang paling penting.

            Pada film PK, kita akan menganalisis bentuk hegemoni yang dilakukan. Film ini mengungkap isu agama di India, dimana India merupakan negara yang penuh dengan pluralitas. Terdapat beberapa agama yang diyakini disana, seperti Hindu, Islam, Kristen, Sikh, dan Jain. Nah, kita akan membedah beberapa adegan yang mengandung unsur hegemoni dalam film ini

sumber: tangkapan layar pribadi
sumber: tangkapan layar pribadi

sumber: tangkapan layar pribadi
sumber: tangkapan layar pribadi
Adegan ini merupakan salah satu bentuk hegemoni dalam hal agama yang digambarkan dalam film ini. Bentuk hegemoni ini dilakukan oleh pemuka agama, yang membentuk sebuah gagasan ketakutan kepada pengikutnya sehingga pengikutnya membentuk suatu pemahaman yang selaras dan kemudian tunduk pada kuasa pemuka agama tersebut. Dalam realita, hal tersebut dapat kita temukan dalam kehidupan sehari-hari kita. Terutama dalam urusan agama, dimana selalu saja ada pihak yang dengan kuasanya membentuk suatu gagasan yang kemudian disebarkan kepada kelompok masyarakat, sehingga pada akhirnya masyarakat tunduk pada kuasa pihak tersebut

sumber: tangkapan layar pribadi
sumber: tangkapan layar pribadi

Dalam film ini, seorang tokoh pemuka agama Hindu yaitu Tapaswi melakukan sebuah penipuan dengan menyebarkan sebuah gagasan yang menguntungkan pihaknya. Gagasan tersebut dibentuk sedemikian rupa dengan dalih bahwa ia mendapatkan perintah dari "Tuhan". Tapaswi tanpa disadari telah melakukan bentuk hegemoni dengan menyebarkan ideologi pada kelompok sosial masyarakat, sehingga baik kelompok masupun individu masyarakat pun tanpa mereka sadari tunduk pada hegemoni yang dilakukan oleh Tapaswi. Masyarakat lebih memilih untuk datang kepada Tapaswi untuk mendapatkan pencerahan dari "Tuhan", kelompok masyarakat tersebut akhirnya hanya percaya pada Tapaswi dibandingkan Tuhan sendiri. Pemahaman inilah yang sang sutradara coba munculkan dalam film ini. Melihat realita masyarakat sekarang yang jauh lebih percaya pada pemuka agama dibandingkan Tuhan-nya sendiri.

Daftar Pustaka:

Purba, Veny., Retnasary, Maya., dkk. (2020). Melacak Pluralisme Agama Dalam Film "PEEKAY". Tutorlogi: Journal of Southeast Asian Communication. Vol 1. Hal. 108-121.

Falah, Fajrul. (2018). Hegemoni Ideologi Dalam Novel Ayat-Ayat Cinta Karya Habiburrahman El Shirazy. NUSA. Vol 13. 351-360. Diakses 14 Desember 2020 (https://ejournal.undip.ac.id/index.php/nusa/article/viewFile/20497/13909)

Toni, Ahmad. (2017). Ideologi Film Garin Nurgroho. Jurnal Ilmiah Seni Budaya. Vol 2. Hal 11-30.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun