Bagaimana tidak? Meskipun banyak orang yang mengatakan jika nilai bukanlah hal yang penting, lebih penting lagi softskillnya. Namun ada satu nasehat bapak yang saat itu aku lupakan, beliau pernah berkata seperti ini “Bapak memang tidak begitu paham dengan kegiatanmu di sekolah. Meamng nilai tidak penting untuk mereka, tapi untuk bapak dan ibu, nilai itu adalah salah satu cara kami mengetahui kalau kamu benar-benar belajar disana.
Kamu tidak main-main saja di sekolah”.Begitulah kira-kira kata beliau waktu itu ketika saat itu juga nilai rapor SMA-ku turun. Dari situ aku baru memahami jika memang nilai tidak penting untuk mereka yang mengatakan hal itu, tapi yang pasti untuk aku yang masih anak dari bapak dan ibu, nilai adalah salah satu bentuk tanggung jawabku pada mereka.
Setelah menjadi cincang, untuk menyatukan diriku lagi perlu waktu yang tidak sebentar. Usahaku untuk kembali membuat senyum mereka terkembang lagi lebih menggebu dari sebelumnya. Tidak hanya dalam bidang akademik, tetapi aku juga berusaha untuk mengasah softskillku dengan aktif di beberapa kegiatan di kampus. Hal ini lebih menyita waktu dan tenaga memang, tapi Tujuan yang spesial harus dilakukan dengan perjuangan yang lebih spesial.Alhamdulillah di tahun ketiga nilaiku bisa lebih baik dari sebelumnya. Tidak hanya karena segala usahaku saja, tetapi mereka (orang tuaku) juga ikut membantuku dengan do’anya. (Belum sampai aku memenuhi harapan mereka yang satu ini, tetapi mereka tetap setia untuk ada dimanapun aku ada).
Untuk satu rencana ini aku masih berjalan, terkadang berlari, tidak jarang pula melompat dan terpeleset, tapi begitulah aku. Untuk senyum mereka dan tidak adanya lagi rasa kecewa dari mereka, aku akan berusaha keras dan cerdas. Untuk senyum dan bahagia mereka, untuk suksesnya aku nantinya. Terimakasih untuk semuanya. (sangat bahagia bukan wajah mereka di foto?)
Aku juga bukan anak yang sangat bandel, aku hanya anak biasa yang pendiam dan acuh dengan keluarga. Namun baru-baru ini aku menyadari jika aku diam-diam memperhatikan mereka. Buktinya aku melakukan apa yang mereka harapkan padaku. Dan selalu seperti itu. Dan itu membuatku mendapatkan kebahagiaan tersendiri.
Namun sayang, sifat pendiamku pada mereka masih belum berubah. Satu sifat ini menghambatku untuk dekat dengan keluargaku. Saking diamnya, aku bahkan sangat jarang bercerita pada mereka tentang hari-hariku, apa yang aku lakukan hari ini, atau sekedar menanyakan kabar. Aku sangat jarang mengatakan hal itu. karenanya dari dua rencana sebelumnya, rencana ini yang paling sulit. Aku yang paling sulit berkomunikasi dengan keluargaku sendiri, tetapi cukup baik dalam berkomunikasi dengan orang lain, bagaimana ini bisa terjadi? Jangan tanya, aku sendiri tidak tau jawabannya. Akan tetapi rencana cadangan telah aku siapkan.
Untuk rencana katakan apa yang terjadi hari ini?aku melakukannya pelan-pelan dengan menulis surat harian untuk keluargaku pada sebuah buku yang mungkin suatu saat aku bisa menceritakan seluruh isinya kepada mereka. selain itu juga, aku mulai sedikit berani menanyakan kabar mereka. itu saja sampai sekarang. Do’akan saja jika aku bisa melewati tahap ini. Do’akan saja aku bisa mencapai semuanya ini. Untuk senyum dan bahagia bapak dan ibu, untuk tidak ada lagi kecewa di sana, untuk bakti yang bukan hanya abdi tetapi mencapai abadi.
Unlimt8 dream, mimpi tiada batas dan sangat luas. satu mimpi dari gabungan mimpi. seperti potongan puzzle yang pelan-pelan menyatu dan siap menunjukkan dirinya.
selamat melanjutkan mimpi!
Bogor, 25 Mei 2016