Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Keterbukaan adalah Awal dari Pemulihan, Benarkah?

26 Oktober 2022   14:17 Diperbarui: 26 Oktober 2022   23:49 895
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image by Engin Akyurt from Pixabay

Hidup yang kita jalani selama ini tentu tidak selalu bahagia atau sesuai dengan impian dan keinginan kita. Ada banyak pengalaman buruk, duka, air mata dan trauma yang membayangi langkah-langkah dalam kehidupan.

Semua itu, mau tidak mau, membentuk kepribadian kita saat ini.

Tidak heran apabila pada saat dimana kita akan bertemu kembali peristiwa-peristiwa yang bisa membangkitkan trauma di dalam alam bawah sadar, kita akan bertindak tidak seperti biasanya.

Entah tiba-tiba bisa menjadi histeris tidak terkendali, menutup diri dari dunia luar, merasa sedih luar biasa dan lain sebagainya.

Selain itu, cara pandang kita terhadap dunia sekitar juga bisa dipengaruhi oleh peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lalu kita.

Kita bisa menjadi orang yang lekas marah, gampang menghakimi, tidak mudah percaya, dan lain-lain.

Kejadian-kejadian di masa lalu tentu tidak dapat diubah karena memang sudah terjadi.

Namun kita tidak bisa selalu menjadikan alasan masa lalu sebagai akibat dari semua tindakan negatif yang kita lakukan.

Karena kita diberikan akal budi, kesempatan untuk memperbaiki diri, bertemu orang-orang yang bisa memberikan wawasan baru dalam kehidupan, yang seharusnya bisa mengubah pribadi kita menjadi lebih baik lagi.

Kita bisa berubah.

Masalahnya adalah, apa yang harus kita lakukan supaya bisa berubah, tidak lagi terjerat dampak buruk masa lalu.

Salah satunya adalah dengan keterbukaan.

Ada sebuah istilah yang sering dipergunakan untuk meyakinkan seseorang agar mau menceritakan semua masalahnya kepada orang lain yaitu keterbukaan adalah awal dari pemulihan.

Seakan dengan hanya menceritakan permasalahan dan luka-luka yang dialami pada masa lalu bisa langsung terbebas dari segala macam trauma dan akibat-akibatnya.

Padahal belum tentu seperti itu.

Sering sekali ketika kita mencoba terbuka terhadap orang lain tentang sesuatu hal, respon yang mereka tunjukkan justru kadang bukan membawa pemulihan tetapi luka baru.

Kita bisa dihakimi, dibicarakan di belakang alias digosipkan, ditertawakan, dan berbagai macam respon yang justru tidak akan terjadi ketika kita awalnya memilih untuk tidak terbuka.

Kalau sudah seperti ini tentu hanya akan menambah daftar pengalaman buruk dalam hidup kita yang sebenarnya bisa kita hindari.

Jadi yang benar bukan keterbukaannya yang akan membawa pemulihan tetapi respon terhadap keterbukaan itu yang akan menjadi langkah awal dalam pemulihan.

Oleh sebab itu, keterbukaan harus dilakukan pada orang yang tepat dengan respon yang tepat pula.

Keterbukaan juga merupakan sebuah kepercayaan.

Percaya bahwa orang yang kita ceritakan bisa bertanggung jawab untuk menyimpan dan tidak menceritakan kembali kepada orang lain atas dasar apapun.

Apabila ini sudah terjadi maka gerbang untuk pemulihan sudah terbuka lebar untuk kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun