Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kapan Anak Bisa Bermain Lagi, Ya?

4 Juli 2020   21:10 Diperbarui: 4 Juli 2020   21:24 115
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tempat bermain anak di mal (Foto : Gideon Budiyanto)

Keduanya memang sama-sama menawarkan mainan atau permainan, bedanya yang satu menawarkan aktivitas bermain langsung di tempatnya, satu lagi menawarkan barang untuk dibawa pulang.

Ketika anak bisa bermain di ruang publik yang memang khusus disediakan untuknya, anak bisa belajar bersosialisasi dalam dunia mereka, anak bisa belajar berimajinasi dalam dunia mereka dan anak bisa melakukan kesenangan-kesenangan dalam dunia mereka.

Tentunya kita masih ingat betapa senangnya anak kita ketika naik mainan pesawat-pesawatan dan menganggap bahwa ia lah yang mengendalikan pesawat itu.

Atau melakukan permainan memadamkan api di sebuah gedung yang terbakar, dalam benak anak kita tentunya ia merasa bahwa ia telah menjadi seorang pemadam kebakaran betulan.

Masih terbayang juga di ingatan kita bangganya anak kita mendapatkan kupon hasil permainan lebih banyak dari teman-temannya sehingga bisa ditukar dengan mainan atau makanan ringan kesukaannya.

Kita pun sebagai orang dewasa masih bisa sangat menikmati permainan-permainan anak tersebut dengan hanya melihatnya saja. Membuat kenangan kita akan masa kanak-kanak kita kembali muncul. Masa dimana beban kehidupan belum senyata sekarang dan masa dimana belum ada trik dan intrik dalam mempertahankan kehidupan.

Dengan kata lain, dengan membiarkan anak juga bertumbuh di dalam ruang publik untuk mereka, anak bisa belajar mengasah kecerdasan emosinya terutama hal yang berkaitan dengan menumbuhkan empati, mengenal emosi dan mengelola konflik. Hal-hal yang tidak dapat diberikan secara online.

Mudah-mudahan kelak akan ada juga new normal untuk ruang publik anak sehingga bukan saja kecerdasan secara intelektual yang terus dikembangkan dan dipikirkan, kecerdasan emosional pun juga harus terus diasah dan ditajamkan.

Tentu kita tidak akan mau di generasi anak cucu kita kelak, mereka bisa pintar secara pikiran tapi buta secara perasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun