Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: " Datang Tak Dijemput, Pulang Tak Diantar"

1 Juni 2020   02:23 Diperbarui: 1 Juni 2020   02:39 2193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Pedro Figueras/Pixabay

"Sudah siap semua?"

Aku duduk di sebuah meja makan sambil menatap orang-orang yang ada di hadapanku dengan pandangan kaku. Suasana terasa tegang. Sebuah lampu emergency terletak di sudut sebuah lemari yang mempunyai kaca besar yang ada di pojok ruangan dan satu lagi di meja makan .

Bimo dan Rudi saling menatap dengan pandangan penuh keyakinan.

"Gue siap siap aja bro.", kata Rudi santai, tapi dari nada suaranya terdengar sedikit kekhawatiran.

"Gue juga siap.", Bimo menimpali sambil menegakkan posisi duduknya. Terlihat ia sedikit gelisah.

Aku juga sudah siap.

Arya mengangguk.

"Oke, sekali lagi gue jelasin cara permainannya. Ujung jari telunjuk lu berdua hanya boleh menyentuh koin uang limaratusan ini, bukan ditekan. Posisi nya mulai dari lingkaran yang ada gambar rumah disini. Gue yang baca mantranya. Nanti kalo jailangkung nya udah dateng koinnya gerak sendiri ke arah lingkaran yang ada tulisan Ya disini. Inget, jari lu berdua gak boleh gerakin koinnya."

Aku melihat sebuah kertas sudah tersedia di atas meja. Kertas tersebut penuh dengan gambar lingkaran-lingkaran berpola uang limaratusan bertuliskan huruf-huruf abjad yang ditulis tangan. Tiga lingkaran terakhir di bagian bawah bertuliskan Ya, Tidak dan bergambar rumah.

Arya tampak sibuk memasang handphone nya ke mini tripod untuk kemudian diletakkan di hadapannya. Tidak lupa ia memasang sebuah microphone kecil di bagian atas mini tripod nya itu.

"Oke,semua siap ya, kita mulai sekarang.", suara Arya memberi aba-aba.

Aku mengangguk, Bimo dan Rudi juga.

Arya segera menekan sebuah tombol .

"Hai guys, kembali bersama Arya Andalas di vlog gue The Explorer. Kali ini gue ditemani sahabat-sahabat gue yang akan memberikan something special buat kalian semuanya.", Arya berkata pelan dan berat sambil menatap dengan tatapan serius.

"Saat ini kita lagi ada di apartemen Merah Delima, daerah Jakarta Selatan. Kalian yang tinggal di sekitaran Jakarta Selatan pasti tahu dong apartemen ini dan cerita horror yang ada di salah satu unitnya.", Arya sengaja menghentikan kalimatnya dan memberikan jeda sedikit.

"Yup ,kita sedang ada di unit 606 dimana pernah terjadi peristiwa seorang wanita bunuh diri dengan menggunakan selendang nya yang berwarna merah.", suara Arya tambah berat seakan ingin menambah keseraman suasana.

"Dan sejak saat itu, unit 606 ini menjadi angker karena konon kata orang-orang yang tinggal di apartemen ini, hantu si wanita berselendang merah itu masih gentayangan di unit ini."

Selesai Arya berbicara tiba-tiba aku merasakan semilir angin dingin lewat di depan mukaku. Bimo dan Rudi terlihat menggosok-gosokkan kedua tangannya ke lengan.

Arya kembali melanjutkan perkataannya.

"Dan malam ini, tepat jam 12, kita akan mencoba memanggil arwah wanita itu dengan menggunakan jailangkung uang logam.", Arya kemudian menerangkan bagaimana memainkan jailangkung uang logam itu sama seperti ia tadi menerangkannya ke aku, Bimo dan Rudi.  

"Dan setelah arwah wanita itu datang, kita akan bertanya tentang kehidupannya dan kenapa dia sampai bunuh diri, menarik kan.....", Arya terlihat antusias.

Aku melihat ke arah jam dinding di ruangan itu. Tepat jam 12 malam.

Arya memberi isyarat tanda permainan akan segera dimulai.

Dua jari telunjuk segera menyentuh koin yang saat ini berada di lingkaran bergambar rumah.

Arya merapal mantra pemanggil jailangkung dengan penuh konsentrasi. Matanya memandangi koin uang limaratusan yang belum bergerak.

"Jailangkung, jailangkung, datang tak dijemput, pulang tak diantar, datanglah sekarang"

Tidak lama, koin perlahan mulai bergerak ke arah lingkaran bertuliskan Ya.

Hawa dingin terasa di seluruh ruangan ini. Suasana mencekam.

"Apakah kamu arwah wanita yang bunuh diri disini?", Arya mencoba berkomunikasi.

Koin itu mendadak bergerak maju sedikit kemudian kembali ke lingkaran yang bertuliskan Ya.

"Siapa namamu?"

Koin itu pelan tapi pasti bergerak ke arah huruf-huruf abjad yang tertulis di kertas itu.

D-A-R-A.

"Dara.", desis Arya.

"Kenapa kamu bunuh diri?", tanya Arya kembali.

P-U-T-U-S C-I-N-T-A.

"Guys, ternyata wanita yang bernama Dara ini bunuh diri karena putus cinta.", Arya kembali berbicara ke arah handphone nya.

Bimo mendadak bersuara.

"Arya, udahan yuk, suruh balik aja deh jailangkungnya, gak usah nanya-nanya lagi, perasaan gue gak enak nih."

"Iya, iya, ini gue mau suruh balik kok, perasaan gue juga gak enak Mo."

Arya kembali merapal mantra jailangkung.

"Jailangkung, jailangkung, datang tak dijemput, pulang tak diantar, kembali ke alammu sekarang."

Koin kembali bergerak perlahan ke bagian bawah, ke arah lingkaran yang bertuliskan huruf Tidak.

Aku melihat Arya, Bimo dan Rudi terkejut.

"Dara, kenapa kamu gak mau balik? Kamu mau apa sekarang?", tanya Arya panik, suaranya gemetar.

R-U-M-A-H

Tiba-tiba terdengar Rudi menjerit ketakutan sambil memandang ke arah kaca besar yang ada di lemari di pojok ruangan.

Arya dan Bimo juga histeris memandang kaca itu.

Aku segera menarik jari telunjukku dari koin sambil memandangi kaca itu. Ternyata bayangankulah yang terpantul dari kaca itu. Bayangan seorang wanita berlilit selendang merah di lehernya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun