Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketika Pak Darma Berhadapan Dengan Virus Corona

14 April 2020   18:30 Diperbarui: 14 April 2020   23:21 156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjadi tukang cukur rambut pada saat mewabahnya virus corona memang tidak mudah. Padahal sebelum virus ini merajalela profesi ini cukup menjanjikan. Buktinya, banyak sekali bertebaran salon atau barbershop dimana mana, mulai dari mal di pusat kota sampai pemukiman padat penduduk di pinggiran kota.

Apalagi saat ini para pria mulai memperhatikan penampilannya. Tidak heran, kebutuhan akan barbershop atau salon khusus pria semakin besar.

Kalau dulu, sebelum menjamurnya barbershop dimana mana, para pria sepertinya enggan melakukan perawatan rambutnya di salon karena salon diidentikkan dengan wanita tapi kini anggapan itu sudah tidak berlaku lagi dengan tersedianya barbershop yang memang ditujukan untuk perawatan rambut pria.

Tetapi saat ini, salon dan barbershop sama sama mengalami masa yang sulit, seperti kegiatan perekonomian yang lain, imbas wabah corona juga mereka rasakan.

Turunnya para pemakai jasa salon atau barbershop bisa sampai 80-90 persen. Kalau di mal hitungannya beda lagi, bisa sampai 100 persen karena pengaruh tutupnya layanan mal yang hanya dikecualikan untuk supermarket dan perbankan.

Pak Darma, sebut saja namanya demikian, adalah seorang bapak dua anak yang berprofesi sebagai tukang cukur rambut di sebuah salon dalam mal di bilangan Jakarta Selatan.

Sudah sepuluh tahun lebih Pak Darma menekuni pekerjaan tersebut dan saat ini hampir 2 minggu salon tempat ia bekerja tutup dan itu berarti Pak Darma tidak berpenghasilan.

Suatu sore, teman saya mengusulkan untuk memanggil Pak Darma ke rumah untuk merapikan dan menggunting rambut, satu hal yang memang tidak kami lakukan saat ini mengingat kemungkinan terjadinya resiko penularan virus di dalam ruangan kecil ber AC dalam sebuah salon atau barbershop. Kamipun setuju dengan usul tersebut, rambut tetap harus tertata rapi meski dalam masa pendemi.

Setelah melakukan janji, Pak Darma akhirnya datang sambil membawa peralatan nya dan bermasker. Kami pun melakukan kegiatan pemotongan rambut tersebut di belakang halaman rumah yang terbuka. Dengan cekatan, Pak Darma mulai melakukan tugasnya.

"Baru hari ini saya mendapat pemasukan setelah dua minggu kosong," curhat Pak Darma sambil memotong rambut.

Seketika saya terbayang istri dan dua anak Pak Darma yang tetap harus diberi makan, belum lagi kebutuhan lain yang memang harus terus berjalan, sementara Pak Darma tidak ada usaha apapun selain menjadi tukang cukur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun