Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Melihat Kembali Makanan dan Minuman Kita

2 April 2020   20:30 Diperbarui: 2 April 2020   20:33 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini setiap orang berlomba -- lomba menerapkan hidup sehat. Dari belajar caranya mencuci tangan yang baik , yang sebenarnya sudah sejak dulu kita tahu bahwa tangan yang kotor menyebabkan datangnya penyakit tapi seringkali diabaikan demi menyomot sepotong tahu goreng atau kerupuk, sampai berjemur di bawah teriknya matahari pagi, yang sebenarnya sudah sering kali dilakukan oleh anak-anak generasi 80an ketika dihukum tidak boleh masuk kelas dan berdiri di tanah lapang karena tidak mengerjakan pekerjaan rumah (PR) atau telat masuk sekolah.

Pernah juga ada slogan yang terkenal di masyarakat mengenai makanan yang jatuh ke lantai sebelum lima menit maka masih aman untuk disantap. Saking terkenal nya slogan tersebut sampai sampai sempat dipakai menjadi iklan sebuah produk pembersih lantai. Meskipun sama sekali tidak ada bukti ilmiah yang membenarkan hal tersebut tapi karena sudah menjadi 'budaya' di masyarakat akhirnya dianggap sebagai 'kebenaran'.

Kita juga sangat terbiasa dengan makan bakmi atau bakso di pinggir jalan yang penuh dengan terpaan debu atau makan rujak di sebelah tempat sampah dimana lalat lalat dengan riang gembira beterbangan dimana mana, dengan hanya berbekal kibasan tangan, makanan tetap disantap dengan nikmat.

Selain itu, terkadang kita juga tidak perduli dengan olahan makanan dan minuman yang kita makan atau minum. Yang penting enak, lezat dan murah sampai akhirnya, setelah digerebek pihak kepolisian baru ketahuan ternyata di balik kelezatan dan tampilan menggoda makanan dan minuman itu ada zat pewarna pakaian atau borak yang ikut andil di dalamnya.

Kurangnya pelatihan, monitoring dan informasi yang memadai dari Dinas Kesehatan terkait terhadap para pedagang makanan di pinggir jalan sampai restaurant ternama membuat setiap pedagang mempunyai versi sendiri sendiri mengenai kebersihan dan mutu makanan yang dijualnya.

Orang yang memang sudah belajar dan berpengalaman dalam meracik makanan dan minuman tentunya akan menyediakan makanan dan minuman yang memang layak disantap dari segi mutu dan kebersihan, namun bagaimana dengan pedagang yang hanya berbekal resep yang entah dari mana asalnya dengan bahan coba coba yang belinya saja di toko obat atau toko bahan kimia. 

Pedagang jenis inilah yang lebih banyak berkeliaran di tempat tempat umum dimana anak anak kecil yang menjadi targetnya. Mereka tidak terdeteksi dan bisa berjualan dimana saja karena tidak ada lokasi yang tidak dapat dijadikan tempat berjualan, bahkan di jalan tol sekalipun.

Menjadi seorang pembeli memang harus kritis. Pembeli harus tahu apakah makanan yang dimakan sehat dan layak dimakan dengan memperhatikan setiap detail yang ada, contoh kecilnya, mulai rajin melihat tanggal kadaluarsa setiap produk yang dibeli dan komposisinya. Menjadi kritis bukanlah sebuah pelanggaran hukum melainkan sebuah keharusan. 

Tanpa bersikap kritis, seorang pembeli akan dengan mudah membeli produk produk makanan yang bisa menjadi 'sampah' dalam dirinya atau bahkan bisa membahayakan kehidupannya.

Bagi seorang muslim hal pemilihan makanan dan minuman aspeknya lebih luas lagi,halal dan non halal. Saya mem follow sebuah akun di Instagram yang isinya mengulas tentang produk konsumsi yang halal dan non halal dengan begitu detail disertai petunjuk nama makanan dan tempat yang menjualnya, tentunya disertai dengan sertifikasi halal dari instansi yang berwenang.

Semua informasi itu awalnya bermula dari sikap kritis sang pemilik akun terhadap makanan dan minuman yang disantapnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun