Mohon tunggu...
Gideon Budiyanto
Gideon Budiyanto Mohon Tunggu... Lainnya - Writer

Manusia pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ketahanan Keluarga

23 Maret 2020   16:33 Diperbarui: 23 Maret 2020   16:48 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Keluarga adalah : ibu dan bapak beserta anak anaknya,seisi rumah, orang seisi rumah yang menjadi tanggungan, sanak saudara dan kaum kerabat dan satuan kekerabatan yang sangat mendasar dalam masyarakat. Jadi jika mengacu kepada KBBI, keluarga mempunyai arti yang luas dan bisa tidak tinggal dalam satu rumah asalkan berkerabat.

Keluarga juga mencerminkan sifat dasar manusia yang adalah mahluk sosial. Entah keluarga dalam arti pernikahan atau kekerabatan, manusia menjadi nyaman dan merasa terlindungi ketika berada di dalamnya. Bagi sebagian besar orang, lingkaran keluarga adalah lingkaran yang kuat dalam struktur sosialnya.

Keluarga juga disebut suatu elemen negara yang terkecil karena disitu terdapat berbagai macam tipe manusia yang saling berbeda namun disatukan di dalamnya. Dalam keluarga juga seorang mengenal pertama kali nilai nilai yang akan dianutnya kelak. 

Tentunya nilai itu akan berubah ketika seorang manusia mengenal lingkungan sosial lain selain keluarga namun tak dapat dipungkiri, nilai yang ditanam dalam keluarga merupakan fondasi awal karakter sosial seseorang dalam bermasyarakat dan bernegara.

Pembentukan Keluarga

Pembentukan keluarga tentunya diawali oleh orang orang yang sudah dewasa baik secara jasmani maupun rohani yang saling bertanggung jawab sebagai suami dan istri. 

Tidak mungkin satu keluarga terbentuk tanpa adanya kesepakatan antara dua belah pihak, dalam hal ini pria dan wanita. Kesepakatan ini tentunya dibarengi dengan sikap yang mengerti kewajiban dan tanggung jawab masing masing.

Namun tidak ada yang tidak berubah dalam dunia ini, demikian dengan keluarga. Kalau dulu, hubungan keluarga disikapi dengan sangat sakral, dalam artian, sudah sekali memutuskan berkeluarga akan tetap berjuang sampai maut memisahkan. 

Sedangkan pada masa kini, kesakralan suatu keluarga seperti kehilangan identitasnya. Dari data yang diambil dari sebuah media online pada pertengahan tahun 2019, hampir setengah juta orang bercerai di Indonesia, lebih tepatnya sekitar 419.268 pasangan bercerai di sepanjang tahun 2018, itu belum termasuk pasangan non muslim yang melakukan perceraian di pengadilan umum. 

Banyak hal yang dijadikan alasan untuk bercerai melebihi alasan untuk menikah dulu, ketahanan keluarga seakan sudah menjadi cerita di masa lalu. Sungguh miris.

Belakangan ini, Pemerintah sedang gencar gencarnya menggalakkan program Bimbingan Pra Nikah bagi pasangan yang hendak menikah. Itu bagus. Setidaknya pasangan disiapkan terlebih dahulu secara mental dan spiritual sebelum memasuki dunia pernikahan sehingga ketika mereka memasuki dunia yang baru itu, mereka tidak 'terkaget kaget' karena dunia pernikahan itu berbeda tantangan dan perjuangannya dibanding dunia lajang.

Pernikahan juga seharusnya dilakukan atas dasar suka sama suka bukan karena tuntutan keluarga atau orang lain. Masyarakat Indonesia yang sistem kekeluargaannya sangat kental memang cenderung bersikap sinis terhadap orang orang terutama wanita yang pada umur sekian belum menikah. 

Beban secara sosial mengakibatkan orang terburu buru memutuskan menikah hanya karena malu dibicarakan tetangga atau keluarga, ini merupakan dasar yang sangat rapuh dalam pernikahan dan sangat rentan untuk peceraian.

Melihat situasi dan kondisi seperti ini, Bimbingan Pra Nikah saja belum cukup, dibutuhkan peran serta para pemuka agama dalam merubah pola pikir dan tindakan masyarakat yang salah sehingga terbentuk suatu pola pendampingan bagi masyarakat yang bahkan belum memutuskan untuk menikah.

Pendampingan Pemuka Agama

Ada pepatah yang berbunyi 'tidak ada asap kalau tidak ada api'. Setiap tindakan yang dilakukan oleh seseorang merupakan cerminan dari masa lalu orang. 

Penelitian menyebutkan bahwa sejak dari masa jabang bayi dalam kandungan, kepekaan pendengaran dan perasaan sudah terbentuk yang merupakan cikal bakal emosi seorang manusia dan ketika ia lahir , lingkungan dalam keluarga lah yang pertama kali menuliskan guratan pertama emosi dalam awal masa hidup ia sebagai manusia.

Keluarga merupakan strata sosial pertama seorang bayi berinteraksi. Teladan orang tua akan diikuti oleh anaknya. Tidak heran ada banyak anak anak yang nakal dan rusak bukan karena lingkungan sekolahnya melainkan karena keluarga nya yang tidak memberikan teladan yang baik kepada mereka, dan seperti efek domino, itu akan terus berlanjut sampai generasi berikutnya kalau tanpa adanya pendampingan yang tepat.

Pendampingan agama secara tepat dapat memutus efek domino yang buruk tersebut. Kekuatan spiritual dan moral dalam ajaran suatu agama dapat memberikan pencerahan dan kekuatan mental bagi seseorang ketika harus berurusan dengan masa lalunya yang berefek buruk bagi dia di masa kini. Segala penyimpangan seksual jika dapat ditelurusi lebih jauh biasanya akan berhubungan dengan masa lalu orang tersebut.

Sekolah-sekolah keagamaan dan pesantren-pesantren dapat menjadi wadah yang tepat dalam melakukan pemetaan untuk hal-hal seperti ini. Perbanyak program konseling dan turun langsung ke masyarakat, buatlah wacana yang dapat diimplementasikan bagi hajat hidup orang banyak. 

Para pemuka agama juga harus menjadi contoh dan teladan yang baik bagi masyarakat luas, dan ketika ada orang yang bermasalah jangan dimusuhi atau diintimidasi melainkan dirangkul dan diperbaiki.

Niscaya, jika mental dan spiritual seseorang sehat maka ketahanan keluarga akan otomatis terjadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun