Berikut beberapa contoh upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah korupsi berdasarkan teori hedonistic calculus:
Meningkatkan pendidikan masyarakat, Pendidikan dapat membantu masyarakat memahami bahwa korupsi adalah tindakan yang tidak etis dan merugikan. Pendidikan juga dapat membantu masyarakat mengembangkan nilai-nilai kejujuran dan integritas.
Penegakan hukum yang tegas, dapat memberikan efek jera bagi pelaku korupsi. Menghukum keras pelaku koruptor akan berpikir ulang sebelum melakukan korupsi lagi. Memperbaiki sistem politik dan ekonomi
Sistem politik dan ekonomi yang korup dapat menciptakan peluang terjadinya korupsi. Oleh karena itu, sistem politik dan perekonomian harus diperbaiki agar tidak memberikan peluang terjadinya korupsi.
Dengan melakukan upaya tersebut diharapkan dapat mengurangi insentif korupsi dan mengatasi permasalahan korupsi di Indonesia.Teori hedonistic calculus dapat menjelaskan fenomena korupsi di Indonesia dengan mempertimbangkan tiga faktor yaitu intensitas, durasi dan kedekatan.
Intensitas, intensitas mengacu pada seberapa besar kebahagiaan atau kesenangan yang dihasilkan suatu aktivitas. Korupsi dapat memberikan keuntungan yang besar bagi pelaku kejahatan berupa uang, kekuasaan, dan status sosial. Keuntungan tersebut bisa mendatangkan kesenangan yang besar bagi para pelaku korupsi.
Durasi, durasi adalah berapa lama kebahagiaan atau kesenangan itu berlangsung. Keuntungan dari korupsi bisa bertahan lama. Sebab, pelaku korupsi bisa menikmati keuntungan tersebut selama masih menjabat.
Kedekatan, kedekatan adalah seberapa cepat kebahagiaan atau kesenangan dapat dicapai. Korupsi dapat mendatangkan keuntungan cepat bagi para penjahat. Sebab, para pelaku korupsi mendapatkan keuntungan langsung dari korupsi yang dilakukannya.
Berdasarkan tiga faktor tersebut, teori Hedonistic Calculus berpendapat bahwa korupsi dapat terjadi karena adanya motivasi untuk mendapatkan keuntungan yang besar, berlangsung dalam jangka waktu yang lama, dan dapat dicapai dengan cepat.
Berikut adalah beberapa contoh korupsi di Indonesia yang dapat dianalisis menggunakan teori Hedonistic Calculus:
Pejabat pemerintah menerima suap dari pengusaha untuk memberikan proyek. Tindakan ini dapat memberikan keuntungan yang besar bagi pejabat tersebut, yaitu uang suap. Keuntungan ini dapat berlangsung dalam jangka waktu yang lama, yaitu selama pejabat tersebut memegang jabatannya. Tindakan ini juga dapat dicapai dengan cepat, yaitu setelah pejabat tersebut memberikan proyek tersebut kepada pengusaha. Anggota parlemen membuat undang-undang yang menguntungkan kelompoknya. Tindakan ini bisa membawa manfaat besar bagi pembentuk undang-undang, yakni dukungan fraksinya. Manfaat ini bisa bertahan lama, yakni. selama legislator masih menjabat. Langkah ini juga bisa dilaksanakan dengan cepat, yakni setelah disahkannya undang-undang tersebut. Teori perhitungan hedonistik dengan demikian dapat digunakan untuk menjelaskan bahwa korupsi timbul karena adanya motivasi untuk memperoleh keuntungan pribadi atau kelompok. Imbalan tersebut dapat berupa uang, kekuasaan atau status sosial.