Mohon tunggu...
Hamid El Gazel Saefulloh
Hamid El Gazel Saefulloh Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta 23107030133

Cogito Ergo Sum

Selanjutnya

Tutup

Trip Pilihan

Pendakian Tektok Gunung Slamet

18 April 2024   07:52 Diperbarui: 18 April 2024   08:04 4621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pos 3 Pondok Cemara Gunung Slamet via Bambangan - DocPri

Halo kompasianer!

Setelah sekian lama pendakian gunung slamet ditutup karena aktivitas gunung yang meningkat drastis, kini para pendaki dapat kembali menikmati semua yang ada di gunung ini termasuk usaha-usaha mereka dalam menggapai puncak tertinggi di Jawa Tengah.

"Kami sangat bersyukur bahwa Gunung Slamet telah dibuka kembali untuk pendakian setelah penutupan yang panjang. Ini adalah kesempatan bagi kami untuk merasakan keajaiban alam yang luar biasa dan mengambil bagian dalam petualangan mendebarkan menuju puncak tertinggi Jawa Tengah." Kata Yudy, salah satu pendaki Gunung Slamet yang antusias.

Kemudian, apakah Kompasianer tahu apa itu istilahTektok dalam pendakian?

Tektok adalah salah satu istilah dalam pendakian yang mempunyai arti mendaki gunung yang tidak bermalam atau tidak berkemah di gunung. Pendaki Tektok hanya membawa perlengkapan yang minimal, seperti makanan ringan dan minuman, tanpa membawa perlengkapan seperti carrier, tenda, sleeping bag, flysheet, dan lain sebagainya.

Sekilas tentang Gunung Slamet

Gunung Slamet, dengan ketinggian mencapai 3432 meter di atas permukaan laut, merupakan gunung tertinggi di Jawa Tengah dan gunung tertinggi kedua di Pulau Jawa setelah Gunung Semeru. Selain itu, Gunung Slamet juga dikenal sebagai salah satu "gunung tunggal" terbesar atau terluas di Indonesia, sebagaimana halnya Gunung Tambora di Nusa Tenggara Barat. Keistimewaan ini terletak pada fakta bahwa Gunung Slamet memiliki diameter tunggal gunung terluas di Indonesia, tanpa adanya gunung lain dalam area tersebut. Luas vegetasi Gunung Slamet mencapai sekitar 312 km (31.200 ha), sementara luas total area gunung mencapai 560 km (56.000 ha). Wilayah Gunung Slamet meliputi 5 kabupaten, yakni Banyumas, Purbalingga, Pemalang, Tegal, dan Brebes.

Untuk mencapai puncak tertinggi di Jawa Tengah ini ada beberapa jalur yang bisa dipilih diantaranya yaitu jalur Bambangan (Purbalingga), Gunung Malang (Purbalingga), Baturraden (Banyumas), Kaliwadas (Brebes), Dipajaya (Pemalang), dan Guci (Tegal). Pada pendakian kali ini, saya memutuskan untuk melewati jalur Bambangan jalur ini cukup po[puler dan memiliki aksebilitas yang baik.

Saya, ditemani satu orang teman saya, memutuskan untuk melakukan pendakian tektok Gunung Slamet. Awalnya kami akan melakukan pendakian ini seperti biasanya, 2 hari 1 malam, tetapi melihat kondisi sekarang ini yang mana pendakian baru dibuka, kami sedikit mencari info kondisi di lapangan seperti apa. Dan benar saja ketika kami sudah sampai di basecamp pendakian dan sedikit berbincang dengan salah satu pengurus yang ada disana dan ia menyampaikan sedikit seputar pendakian setelah sekian lama ditutup.

"Dengan dibukanya Gunung Slamet setelah penutupan yang cukup lama, kami melihat lonjakan peserta pendaki yang mengagumkan. Keterbatasan akses selama penutupan tampaknya telah membangkitkan semangat baru di kalangan pendaki untuk menaklukkan Gunung Slamet. Kami menyambut dengan senang kedatangan mereka dan berharap mereka dapat menikmati pengalaman mendaki yang aman dan berkesan di gunung ini," jelas Bambang, pengurus basecamp Gunung Slamet.

Kami berangkat dari Kota Kebumen sekitar pukul 22.00 WIB dan tiba di basecamp sekitar pukul 00.30 WIB. Jarak tempuh ini biasanya memakan waktu sekitar 2 jam saja, tetapi mengingat sekarang ini sedang ramai arus balik mudik lebaran, perjalanan yang biasanya memakan waktu dua jam bisa menjadi lebih lama karena kepadatan lalu lintas yang meningkat. Hal ini dapat disebabkan oleh peningkatan volume kendaraan yang melakukan perjalanan jauh.

Sesampainya kami di basecamp, kami mempersiapkan berbagai logistik untuk dibawa selama pendakian. Kelebihan pendakian tektok yaitu tidak perlu membawa barang bawaan banyak seperti pendakian pada umumnya. Saya sendiri hanya membawa tas kapasitas 20L beberapa logistik, dopping, lampu senter, serta flysheet untuk perlindungan dari cuaca yang mungkin berubah-ubah di perjalanan. Dengan membawa barang bawaan yang ringan dan hanya perlengkapan yang benar-benar diperlukan, pendakian menjadi lebih efisien dan nyaman.

DocPri
DocPri

Mulai pendakian

Kami memulai pendakian pada pukul 03.00 WIB, berangkat dari basecamp menuju pos bayangan (pos ojek) dengan menggunakan ojek. Harga ojeknya sendiri terbilang cukup terjangkau, hanya 50.000 saja, sebenarnya untuk harga aslinya itu 30.000, tetapi karena saya memulai pendakian pukul 03.00 dan jalanan masih terlihat gelap, jadi pengemudi ojek menambahkan sedikit pada harga untuk kompensasi keberaniannya melakukan perjalanan pada jam-jam yang kurang nyaman seperti itu.

"Sebenarnya harga asli ojek disini hanya 30.000 mas, dengan tujuan akhir pos bayangan. Bisa juga para pendaki jika ingin trabas sampai pos 1 dengan menambah biaya sebesar 40.000. Namun kami para pengemudi ojek sepakat untuk menambahkan biaya ojek ketika malam atau dini hari karena melihat kondisi jalan yang gelap serta potensi risiko tambahan yang mungkin kami hadapi saat melakukan perjalanan pada jam-jam tersebut. Meskipun kami mengerti bahwa kenaikan harga bisa terasa sebagai beban tambahan bagi pendaki, namun kami juga berharap untuk mendapatkan penghargaan atas keberanian kami dalam menghadapi kondisi jalanan yang kurang nyaman seperti itu." Ujar Yanto, salah satu pengemudi ojek.

Saat tiba di pos ojek, kami sejenak duduk di bebatuan sambil melihat jalanan gelap yang nantinya akan kami lewati. 5 menit kemudian, kami pun memulai pendakian dari pos bayangan menuju pos 1 Pondok Gembirung.

Kondisi jalan dari pos bayangan menuju pos 1 masih terbilang landai. Tetapi perlu diingat bahwa meskipun jalur dari pos bayangan menuju pos 1 terbilang landai, tetaplah waspada dan hati-hati. Terutama pada malam hari atau di kondisi cuaca yang buruk, jalanan yang tampak landai pun bisa menjadi berbahaya jika tidak dihadapi dengan kehati-hatian. Selalu perhatikan jejak dan tanda-tanda jalur, hindari langkah-langkah yang tergesa-gesa, dan pastikan untuk selalu memperhatikan kondisi sekitar serta arah perjalanan. Jarak dari pos bayangan menuju pos 1 hanya memakan waktu sekitar 30 menit.

Sesampainya di pos 1, kami beristirahat sejenak. Disana kami bertemu dengan 3 orang pendaki, 1 laki-laki dan 2 perempuan, yang mana 1 diantara 2 perempuan itu sedang terkena musibah.

"Kami disini sudah cukup lama mas, ini teman saya tiba-tiba drop dan alhasil kami memutuskan untuk beristirahat disini." Ujar Dika, pendaki laki-laki.

Saya setuju dengan Dika keselamatan dan kesehatan harus menjadi prioritas utama dalam setiap pendakian. Beristirahat di tempat-tempat strategis seperti pos 1 ini juga memberikan kesempatan bagi para pendaki untuk memulihkan energi mereka, memperbarui semangat, dan mengevaluasi kondisi mereka sebelum melanjutkan perjalanan. Sebuah pengingat yang baik bahwa keselamatan selalu berada di atas segalanya saat menjelajahi alam bebas seperti ini. Di pos 1 ini tempatnya terbilang cukup nyaman karena terdapat gazebo dan kursi bambu yang disediakan untuk para pendaki istirahat.

Pos 1 Pondok Gembirung Gunung Slamet via Bambangan - DocPri
Pos 1 Pondok Gembirung Gunung Slamet via Bambangan - DocPri

Setelah melakukan istirahat sekitar 10 menit, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 2 Pondok Walang. Jarak dari pos 1 menuju pos 2 terbilang cukup jauh karena kami memakan waktu sekitar 1 jam untuk tiba di pos 2. Kondisi jalanya sudah mulai terjal. Jalan licin serta vegetasi yang mulai rapat membuat kami cepat lelah karena berebut oksigen dengan pepohonan disekitar.

Setelah tiba di pos 2, kami tidak terlalu banyak memakan waktu untuk beristirahat, mengingat kami sedang melakukan pendakian tektok yang membutuhkan efisiensi waktu. Sedikit mendokumentasikan beberapa plang yang ada disana, meminum air putih, memakan biskuit dan kami pun melanjutkan pendakian menuju pos 3 Pondok Cemara.

Pos 2 Pondok Walang Gunung Slamet via Bambangan - DocPri
Pos 2 Pondok Walang Gunung Slamet via Bambangan - DocPri

jarak dari pos 2 ke pos 3 memakan waktu sekitar 45 menit. Kondisi jalanya masih sama seperti sebelumnya dengan jalanan terjal dan vegetasi yang rapat.

Setibanya kami di pos 3 matahari sudah mulai terbit, udara segar dan kabut tipis menyelimuti sekeliling, menciptakan suasana yang begitu memesona dan menyejukkan hati. Disini kami beristirahat cukup lama yakni sekitar 15 menit.

Pos 3 Pondok Cemara Gunung Slamet via Bambangan - DocPri
Pos 3 Pondok Cemara Gunung Slamet via Bambangan - DocPri

Setelah beristirahat, kami melanjutkan perjalanan menuju pos 4 Samarantu.

Hanya memakan waktu 30 menit, kami pun tiba di pos 4 Samarantu, di pos ini hanya terdapat tanah kosong untuk para pendaki beristirahat, berbeda dengan pos sebelumnya yang terdapat gazebo disana. 

Dikutip dari liputan6.com, Nama Samarantu sendiri berasal dari kata samar dan hantu. Jika diartikan secara harfiah, Samarantu adalah hantu tersamar atau tidak terlihat jelas. Pos Samarantu ditandai dengan dua pohon besar yang sejajar layaknya pintu. Pintu itu dipercaya sebagai pintu masuk ke kerajaan gaib. Di pos ini pendaki harus menjaga perilaku, sopan santun serta terus meminta perlindungan dengan tuhan.

Di pos ini kami hanya melakukan sedikit dokumentasi dan langsung melanjutkan perjalanan menuju pos 5 Samyang Rangkah.

Pos 4 Samarantu Gunung Slamet via Bambangan - DocPri
Pos 4 Samarantu Gunung Slamet via Bambangan - DocPri

Perjalanan menuju pos 5 memakan waktu sekitar 1 jam dengan kondisi jalan yang serupa dengan sebelumnya, dengan tanjakan yang curam dan batuan yang menantang. Namun, kali ini kami juga dihadapkan pada beberapa kayu pohon tumbang yang tersebar di sepanjang jalur, menambah kesulitan bagi kami para pendaki untuk melewati rute tersebut dengan lancar. Tumbangnya pohon-pohon ini mungkin disebabkan oleh cuaca ekstrem atau aktivitas alam lainnya, dan hal ini menuntut kami untuk lebih berhati-hati dan berhati-hati saat melangkah. Kami harus mencari jalur alternatif atau melewati rintangan dengan hati-hati, menjaga keselamatan dan menghindari risiko cedera selama perjalanan. Meskipun tantangan itu nyata, semangat kami untuk mencapai puncak Gunung Slamet tetap berkobar-kobar, mendorong kami untuk terus maju melalui segala rintangan yang kami hadapi.

Saat di perjalan, rintik hujan sedikit demi sedikit mulai turun, kabut tebal pun mulai menyelimuti sekeliling. Kami berhenti sejenak untuk memakai jaz hujan guna menjaga pakaian kami tetap dalam kondisi kering.

Tak lama setelah itu, kami tiba di pos 5, banyak para pendaki yang mendirikan tenda disana, terdapat banyak gazebo serta terdapat sebuah warung. Warung ini menjadi tempat berkumpul dan berbagi cerita di antara para pendaki, menciptakan atmosfer hangat dan ramah di tengah kesibukan pendakian.

Pos 5 Samyang Rangkah Gunung Slamet via Bambangan - DocPri
Pos 5 Samyang Rangkah Gunung Slamet via Bambangan - DocPri

Disini kami beristirahat sembari menunggu kabut tipis yang menyelimuti sekeliling perlahan-lahan menyatu dengan embun pagi. Menunggu dan terus menunggu hingga hujan yang awalnya hanya gerimis kini mulai deras dan kabut pun tampak lebih tebal.

Ambisi kami mulai hilang karena melihat kondisi alam sekitar yang tidak sepenuhnya mendukung. Saya pun sempat tertidur di warung karena saking lamanya menunggu.

Setelah saya bangun dari tidur dan melihat jam, ternyata hujan dan kabut belum juga reda. Saya pun sudah hilang semangat karena waktu itu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB yang mana kami sudah tidak bisa melanjutkan perjalanan ke puncak karena cuaca yang tidak mendukung serta melihat waktu yang sudah tidak efisien. Rasanya seperti sebuah pukulan bagi semangat dan rencana kami. Meskipun begitu, kami menyadari bahwa keselamatan adalah prioritas utama dalam setiap petualangan, dan melanjutkan perjalanan di tengah cuaca yang buruk bisa membahayakan kami semua.

Dengan berat hati, kami memutuskan untuk mengambil keputusan yang bijaksana dengan membatalkan pendakian kami ke puncak Gunung Slamet. Meskipun itu adalah pilihan yang sulit, namun itu adalah keputusan yang tepat untuk keselamatan kami. Kami memilih untuk kembali ke basecamp dengan hati yang berat, namun dengan rasa syukur karena selamat dan sampai di pos yang aman.

Meskipun pendakian kami tidak mencapai puncak yang kami dambakan, namun pengalaman ini tetap menjadi bagian yang berharga dalam perjalanan kami. Kami belajar tentang pentingnya keselamatan dan ketegasan dalam menghadapi kondisi alam yang tidak terduga. Dan meskipun kami harus menyerah pada kekuatan alam, semangat untuk mencoba lagi di lain waktu tetap menyala dalam hati kami, membara dengan harapan untuk petualangan mendatang yang lebih sukses.

DocPri
DocPri

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun