Perjalanan menuju pos 5 memakan waktu sekitar 1 jam dengan kondisi jalan yang serupa dengan sebelumnya, dengan tanjakan yang curam dan batuan yang menantang. Namun, kali ini kami juga dihadapkan pada beberapa kayu pohon tumbang yang tersebar di sepanjang jalur, menambah kesulitan bagi kami para pendaki untuk melewati rute tersebut dengan lancar. Tumbangnya pohon-pohon ini mungkin disebabkan oleh cuaca ekstrem atau aktivitas alam lainnya, dan hal ini menuntut kami untuk lebih berhati-hati dan berhati-hati saat melangkah. Kami harus mencari jalur alternatif atau melewati rintangan dengan hati-hati, menjaga keselamatan dan menghindari risiko cedera selama perjalanan. Meskipun tantangan itu nyata, semangat kami untuk mencapai puncak Gunung Slamet tetap berkobar-kobar, mendorong kami untuk terus maju melalui segala rintangan yang kami hadapi.
Saat di perjalan, rintik hujan sedikit demi sedikit mulai turun, kabut tebal pun mulai menyelimuti sekeliling. Kami berhenti sejenak untuk memakai jaz hujan guna menjaga pakaian kami tetap dalam kondisi kering.
Tak lama setelah itu, kami tiba di pos 5, banyak para pendaki yang mendirikan tenda disana, terdapat banyak gazebo serta terdapat sebuah warung. Warung ini menjadi tempat berkumpul dan berbagi cerita di antara para pendaki, menciptakan atmosfer hangat dan ramah di tengah kesibukan pendakian.
Disini kami beristirahat sembari menunggu kabut tipis yang menyelimuti sekeliling perlahan-lahan menyatu dengan embun pagi. Menunggu dan terus menunggu hingga hujan yang awalnya hanya gerimis kini mulai deras dan kabut pun tampak lebih tebal.
Ambisi kami mulai hilang karena melihat kondisi alam sekitar yang tidak sepenuhnya mendukung. Saya pun sempat tertidur di warung karena saking lamanya menunggu.
Setelah saya bangun dari tidur dan melihat jam, ternyata hujan dan kabut belum juga reda. Saya pun sudah hilang semangat karena waktu itu sudah menunjukkan pukul 10.00 WIB yang mana kami sudah tidak bisa melanjutkan perjalanan ke puncak karena cuaca yang tidak mendukung serta melihat waktu yang sudah tidak efisien. Rasanya seperti sebuah pukulan bagi semangat dan rencana kami. Meskipun begitu, kami menyadari bahwa keselamatan adalah prioritas utama dalam setiap petualangan, dan melanjutkan perjalanan di tengah cuaca yang buruk bisa membahayakan kami semua.
Dengan berat hati, kami memutuskan untuk mengambil keputusan yang bijaksana dengan membatalkan pendakian kami ke puncak Gunung Slamet. Meskipun itu adalah pilihan yang sulit, namun itu adalah keputusan yang tepat untuk keselamatan kami. Kami memilih untuk kembali ke basecamp dengan hati yang berat, namun dengan rasa syukur karena selamat dan sampai di pos yang aman.
Meskipun pendakian kami tidak mencapai puncak yang kami dambakan, namun pengalaman ini tetap menjadi bagian yang berharga dalam perjalanan kami. Kami belajar tentang pentingnya keselamatan dan ketegasan dalam menghadapi kondisi alam yang tidak terduga. Dan meskipun kami harus menyerah pada kekuatan alam, semangat untuk mencoba lagi di lain waktu tetap menyala dalam hati kami, membara dengan harapan untuk petualangan mendatang yang lebih sukses.