Diare masih menjadi salah satu permasalahan utama yang tak kunjung teratasi di DKI Jakarta. Menurut data dari Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, pada tahun 2021 terdapat  123.904 kasus diare yang terjadi di DKI Jakarta.Â
Kejadian diare berkaitan erat dengan kondisi kualitas air sungai yang juga dipengaruhi oleh sanitasi lingkungan di sekitar pemukiman masyarakat. Nahasnya, kondisi sungai di DKI Jakarta masuk ke dalam kondisi "cemar berat" oleh cemaran bakteri fecal coliform dan total coliform.Â
Permasalahan Diare di DKI Jakarta
Diare merupakan kondisi saat seseorang mengalami peningkatan frekuensi Buang Air Besar (BAB) dengan feses yang cair atau encer. Diare biasanya disertai beberapa gejala lain, seperti mual, muntah, lemas, kram perut, hingga penurunan berat badan. Tidak ada kelompok umur yang luput dari risiko diare, terutama kelompok balita yang menjadi kelompok usia paling rentan terkena diare.Â
Pada tahun 2021, Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menyebutkan bahwa terdapat 39.196 kasus diare pada balita dan menyumbang 9,6% kematian balita di DKI Jakarta.Â
Diare sendiri dapat disebabkan oleh berbagai faktor, dan infeksi bakteri merupakan salah satu penyebab diare, terutama bakteri Escherichia coli. Bakteri ini seringkali ditemukan pada makanan maupun sumber air bersih yang sudah tercemar dan terkontaminasi.Â
Kondisi Sungai di Jakarta
Sungai dan masyarakat di sekitarnya memiliki hubungan yang timbal balik, yang berarti apa yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar sungai dapat mempengaruhi kondisi sungai tersebut, dan kondisi sungai pun akan kembali mempengaruhi kondisi masyarakat di sekitarnya.Â
Saat ini, masih banyak masyarakat DKI Jakarta yang bertempat tinggal di bantaran aliran sungai dan memberikan dampak langsung maupun tidak langsung terhadap kondisi dan kualitas air sungai. Hal ini juga akan memberikan pengaruh yang signifikan bagi tingkat kesehatan masyarakat yang bertempat tinggal di bantaran aliran sungai.
Sayangnya, kualitas air sungai yang ada di DKI Jakarta saat ini banyak yang berada pada tingkat yang memprihatinkan. Menurut Laporan Air Kualitas Air Sungai Tahun 2022 yang dikeluarkan oleh Dinas Lingkungan Hidup Provinsi DKI Jakarta, hampir 100% aliran sungai yang berada di DKI Jakarta berstatus "Cemar Berat" jika dilihat dari indikator cemaran bakteri fecal coliform dan total coliform! Hal tersebut dihasilkan berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan di 120 titik pemantauan, dan indikator keberadaan bakteri fecal coliform dan total coliform menjadi indikator pencemar yang paling buruk di antara indikator pencemar lainnya.
Permasalahan buruknya kualitas air sungai di DKI Jakarta tidak terlepas dengan banyaknya pemukiman kumuh yang berada di Daerah Aliran Sungai (DAS) dan tidak memiliki fasilitas sanitasi yang memadai, seperti septic tank.Â