"Terus?"
"Produksi kita, Bos?"
"Lanjutkan. Tau kan banyak pesanan?"
"IPAL kan gak berfungsi..."
"Lanjutkan!"
"Bagaimana kalau petugas datang, Bos?"
"Nanti saya telpon Bos Amdal nya."
"Baik, Bos."
Tit!
Kemudian Alif menatap nanar pada batang Kali yang mengalir syahdu, seolah meratapi siksa yang pedih, tempatnya barusan buang hajat. Airnya tidak bening. Kadang berwarna-warni. Persis pewarna yang digunakan bagian penyablonan dan pencelupan di Konveksi miliknya. Lokasinya tepat di Selatan Kali dihadapannya.
Tidak jelas apa perasaannya. Entah rindu pada masa kanak-kanak saat riang bermain di ujung utara Kali itu, mungkin perasaan itu ada. Tapi ia memilih memalingkan muka. Tanpa berkata-kata, melangkah meninggalkan tempat yang dulu memberinya Ikan. Karena ia tidak butuh Kali masa dulu, yang dibutuhkan sekarang kali-kali masa kini---yang tidak menghasilkan Ikan tapi Emas.