demi menulis catatan hidup dengannya
ia telah rela menjadi batu
yang rela ditempatkan diatas tanah basah pun sebaliknya, kering
tak apa walaupun seluruh tubuhnya dihantam martil sepanjang waktu
tak apa tubuhnya menua lebih awal
mengatup mulut dengan rapat, dan
menghempaskan hasrat yang ada dahulu sekenanya
ia juga harus pasrah dijadikan batu kubikan
yang dijual untuk bahan bendungan untuk menghalang air mata, atawa
bahan beton sebagai sandaran jiwa
karenanya ia telah rela menjadi batu
tanpa peduli klikikan elang sepanjang waktu
selama ini menendang telinga
ia hanya menatap hari esok--saat-saat mengeram diatas ranjang yang sama dengannya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H