Maka, 'Pesantrenisasi' di lingkungan keluarga merupakan langkah yang tepat. Selain karena mendidik anak untuk lebih Islami, jelas orang tua dulu yang harus jadi Islami. Tidak mungkin lah, seorang nahkoda yang akan membawa berlayar tidak paham tentang laut.
Kedua, Gayo Lues yang Mandiri.
Tentu saja dalam waktu satu jam lebih itu akan sangat banyak manfaat yang bisa diserap. Yang mana pada saat ini, khusus di Kampung saya, dalam waktu itu jarang sekali anak-anak menghabiskan waktu untuk belajar. Kalau tidak main-main diluar rumah, ya itu tadi, nonton Sinetron sama Emaknya.
Selain masalah pendidikan Agama, yang mungkin bisa membuat bosan jika terlalu lama, dan karena tidak boleh berkeliaran dan nonton Tv, bisa pula diarahkan ke pendidikan yang lain, misal pendidikan sekolah.
Dalam hal ini, Orang tua atau anggota keluarga memang harus rela menunda istirahat dari lelah nya seharian mengais reziki. Terus berproses dan selanjutnya akan tercipta sifat disiplin. Bukankah disiplin bagian dari Mandiri?
Menurut saya, untuk menjalankan Perbub ini sebaiknya adakan dulu pencerahan pada orang tua. Sebab, sedianya orang tua saat ini masih menyelam dalam 'kegelapan' ilmu, dan jika tidak nantinya akan ada kekagetan.
Ketiga, Gayo Lues yang Sejahtera
Walau pun ada juga orang yang divonis sejahtera, tidak kurang dari segala sesuatu apa pun, tidak melalui 'pendidikan' pada umumnya. Tapi nyatanya, kebanyakan orang sejahtera itu melalui pendidikan formal.
Dan lagi-lagi orang yang sejahtera tidak terlepas dari sifat disiplin, yang melahirkan kata mandiri tadi. Tidak bisa disangkal, kelak sebagai garansi orang yang mandiri adalah kehidupan yang sejahtera. Sebab ia akan disiplin mencari peluang dan bisa mandiri memecahkan segala gangguan menuju sejahtera, dan sudah akan terbiasa sejak dini menanggapi masukan dari orang lain.
Selanjutnya, adakah yang lebih nikmat dari sejahtera?
Tapi, tunggu dulu. Untuk pencapaiannya, sebenarnya saya sedikit pesimis. Sebab Gayo Lues itu luas dan menderita 'penyakit' yang parah.