Foto 9 sangat disayangkan sebagian pondoknya rusak.
Buah-buahan yang kami bawa untuk dirujak. Yang saya kira akan mubasir. Tapi karena cuaca panas, ya, jadi ludes. Kenyang makan, sebagian sampai berkeringat, dan cuaca cerah membuat Rujak jadi cuci mulut yang begitu istimewa meski ngeremasnya tak berkira.
Foto 8 abaikan cara membuatnya. Tutup mata. Hajar.
Santai sejenak sehabis makan. Raiakan Sungai cukup menjadi alasan bagi siapa pun untuk mandi, selain karena cuaca pun mendukung juga mandi merupakan objek wisata utama yang ada di kampung Inggris. Airnya yang sejuk dan arusnya cocok menjadi lintasan arung jeram bagi yang hobi olah raga yang cukup ngeri itu. Kalau kami pakai ban dalam juga sudah asyik banget.
Foto 10 serunya mandi pakai ban
Sudah saya katakan kalau arusnya deras. Meski pakai ban sebagai bantuan, tapi kalau tidak ahli, ya bisa kacau balau jadinya.
Foto 11 nah, lo. Kejebak ditengah kan.
Hujan yang masih belum sepenuhnya surut di Negeri Seribu Bukit. Membuat sejumlah sungai merubah warna airnya dari jernih menjadi keruh. Begitu pula Sungai Agusen di Kampung Inggris. Saat kami berkunjung, Sungai yang sampai ke Kuta Cane itu tidakseperti biasanya, tidak terlalu bening. Hal itu mungkin karena adanya tebing-tebing yang curang longsor.
Foto 13 Longsor
Ternyata sifat manusia sebagai konsumen yang paling serakah belum juga terhenti di sekitaran Kampung Inggris. Tepatnya di hulu Sungai. Meski Dinas Pariwisata, melalui Lingkungan Hidup telah melakukan Kampanye. Seperti pamplet yang terdapat di Kampung Inggris, yang bertuliskan “MANAT NI JEMA TUE. ARA UTEN ARA AIH. JEGE UTEN KEN PEMURIPEN.” Singkatnya tulisan itu berarti: Petuah Orang Tua. Ada Hutan ada Air. Jaga hutan untuk kehidupan.
Foto 13 kampanye agar jangan menebangi hutan.