Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Dongeng

Anak Bapak Orangnya!

15 April 2017   23:36 Diperbarui: 17 April 2017   19:26 483
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi: http://impian-blog.blogspot.co.id/

"Papir dan sebungkus rokok, kakak cantik." Anwar meminta pada empu kantin. Kantin Janda anak satu, berusia sekitar 30-an itu memang menjadi kantin primadona siswa semacam Anwar.

"Nih, Ganteng." Menyodorkan barang permintaan Anwar dengan suara menggoda. "Kalau dirazia Guru, jangan bilang dari sini. Ingat itu." Sambungnya seraya mencolek pipi Anwar.

"Biasa kak. Dari dulu begitu." Sambil memberi uang bayaran barang yang sudah digenggamnya.

Godad dan Anwar serta tiga orang lainnya pergi. Mereka menuju belakang kelas 3-IPA. Tak lama mereka menuruni bukit. Seragam putih abu-abu itu telah tertelan rerimbunan rumput. Ya, kebun kopi warga di bagian timur sekolah tempat pesta anak-anak badung. Mereka menuju ke situ dan hendak fly.

Sudah ada pendahulu mereka pagi itu. Ada beberapa anak. Lumayan banyak lah karena mereka anak sekolah. Yang seharusnya berada diruangan. Sudah ada yang menyerupai ayam flu burung. Mereka sudah tak sabar.

Anwar merogoh saku kiri celananya. Ia mengeluarkan rokok dan kertas papir. Dari saku celana sebelahnya ia mengeluarkan kotak pensil. Hah, mereka mau belajar di bawah kopi? Tidak.

Isi dari kotak pensil yang sudah terbuka itu adalah kamis pagi yang menyenangkan bagi Godad. Cimeng* kawan, fly, fly. Mata Godad membelalak seolah tak sabar membunuh angka-angka yang menghantuinya di kamis pagi.

"Ko gak ahli juga War. Lama." Desaknya. Kedua anak lainnya juga belum selesai menggulung papir yang berisi daun kering itu.

"Sabar. Ekor tupai* ni. Rugi kalau jatuh. Mahal."

Godad tetap tak sabar. Padahal ia tak bisa menggulung. Kalau bukan dia, Anwar jelas tidak mau, ia berposisi sebagai bos dalam dunia hitam itu. Ia baru beberapa bulan memang menjadi konsumer barang haram dalam kotak pensil. Ia pertama kali mau ditawari tepat di kamis pagi setelah ia benci mate matika.

"Ni," Anwar memberi gulungan yang dinanti Godad. "Nyantai aja. Biusnya kuat."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Dongeng Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun