Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pesona Lampu Buram

18 Desember 2016   09:09 Diperbarui: 18 Desember 2016   10:12 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di atas bukit kecil
Pada suatu malam
Di atas sebuah kursi bambu rapuh
Aku duduk bersimpuh

Angin bertiup menuju utara
Perlahan-lahan berirama
Menambah sendu suasana
Hingga jiwa berhenti berdangsa

Rembulan buram
Cahayanya terhalang awan hitam
Padahal masanya disebut purnama
Sifatnya sebagai pengusir merana entah kemana

Ke arah selatan aku memandang
Terlihat beribu lampu bersaing jadi terdepan
Sebuah kota kecil yang memiliki lampu termegah
Lampu-lampunya berwarna-warni
Sebuah ciri kota selain hening

Semua mata terpedaya
Tapi satu lampu membuat aku terpana
Cahayanya mengoda
Diantara sekian lampu seolah lampu itu paling menawan
Padahal mata normal mengaku cahayanya temaram

Malam pun berlalu
Aku semakin tertarik mencari tau
Melihat keluguanku semua pemilik retina membisu
Berjam-jam telah mengeja turunan berbatu
Rupanya sumber cahaya itu sebuah sekolah TK

Aku semakin tertarik mencari tau alasannya
Dan mencoba menepis yang tidak logis
Nyatanya setelah sekian lama coba menangkis tidak ada yang berubah:
Tetap saja menawan
Bahkan semakin menawan
Tetap saja tertarik
Bahkan semakin tertarik

Aku ingin memilikinya
Teman-teman yang sudah tau keinginanku berkata sadis:
"Apa? Loe sehat?""Loe salah minum obat?"
"Mau jadi anak TK?"

Bermacam argumen menghujam
Seakan mencegat langkahku
Tapi apa peduliku
Mau sakit atau salah minum obat sama sekali tidak membuat semangatku surut

Dan mungkin bisa jadi aku harus jadi anak TK lagi
Aku mau saja jika lampu itu ku miliki

Gayo Lues, 2016

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun