Kau mematung disamping tiang
membentangkan pandang pada tanah lapang, hening dan lenggang
seketika otak mu terganggu oleh teriak kami yang bergurau riang
kau memandang, aku memandang, bertemu pandang, kau membuang pandang, hatiku terguncang
Aku senang kita sebidang
dalam ruang selalu mencuri pandang
sebaliknya kau tak pernah memandang
tak tergoda atau malu mengekang
Pada rabu siang hatiku riang
tapi sedikit bimbang
kita jalan berdua ketika pulang
entah kenapa kita ditinggal teman
katamu mungkin kebetulan
Mulutku sibuk banyak bercerita
kau tersenyum mendengar celoteh kata
tiba-tiba kau bertanya bagaimana aku menilai buku
Dalam dada penebang datang meski tak ku undang, merdu berdendang, tapi irama degupnya melenyapkan tenang, berontak di setiap sudut remang
Aku menilai bukan gaya tulisannya, bukan tinta penggoresnya, bukan pula jenis hurufnya, apalagi tebal dan sampulnya, bukan.
Aku menilai buku karna isinya.
Kau tersenyum, aku tegang meskipun senang. aku suka kau tersenyun, aku takut kau tak suka
Aku nekat bertanya, apakah kau suka penilai seperti ku? Kau tak mau menjawab, alasanmu butuh waktu menimbang. Aku menunggu. Mengandai penuh ragu
Dipertengahan September ini
melalui teman kau mengabari
Kalau kembang pujaan mau membagi wangi
aku tak henti mensyukuri, labuhan hatiku kini bertepi
Ternyata, kita sepasang yang sama
Menilai buku karna isinya
Aku suka, kau suka
Kita bersama
Berbahagia
Di dunia
karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti event romansa september RTC
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H