Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Bulan Kemanusiaan RTC] Ijah dan Nasibnya

26 Juli 2016   21:37 Diperbarui: 26 Juli 2016   21:43 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi ibu Ijah mengayam, tapi ibu Ijah lebih kurus. sumber : http://acehtourismagency.blogspot.co.uk

“ini uangnya” Minem menyerahkan 2 lembar pecahan 50ribuan dan 1 lembar pecahan 20ribuan.

“terima kasih, kak”

“sama – sama” kemudian Minem pamit membawa tikarnya.

Ya, sekarang pendapatan bulanan Ijah hanya sebesar itu. Tidak jarang juga lebih dari satu bulan. Ditambah sedekah yang terkadang diberikan masyarakat pada anaknya, biasanya penyedekah mengatakan untuk jajan sekolah. Seragam anak Ijah dibelikan oleh adiknya, memang adiknya yang memaksa Ijah menyekolahkan anaknya. Kehidupan adiknya juga pas – pasan, sehingga tidak bisa memberikan lebih pada Ijah.

Jika Kanker tidak menggerogoti pada bagian dada Ijah, mungkin kehidupannya akan lebih baik. Dia bisa bekerja penuh mengayam tikar, hingga 4 lembar perbulan dan bahkan bisa lebih jika dengan kemampuan extra.

Selain itu, sesekali dia bisa menjadi buruh tani, memanen cabe dan bawang merah, perharinya bisa 60ribuan. Tapi sekarang, apa? dengan tenaga yang tersisa, dia hanya bisa mengayam tikar pandan yang tidak bermutu. Memotong daun pandan dari semak juga tidak bisa. Beruntung dengan adanya adik ipar yang memiliki rasa iba yang tinggi, ikhlas memotong daun pandan untuknya.

----------------------

Beberapa saat Minem pergi, dia melagang (memulai tikar yang baru) anyamannya yang baru. Dengan lembut dan lemah dia berusaha, sambil memikirkan kenapa Minem hanya menghargai tikarnya murah. Ya, murah berdasarkan modelnya. Itupun Minem dengan alasan hanya untung angin saja mengambil tikarnya.

Mungkin Minem benar, dalam hatinya. Dia juga menyadari kalau tikarnya kurang baik, warnanya tidak cerah, anyamannya tidak rapat, teksturnya kasar dll. Untuk itu, tikar yang baru dilagang harus lebih baik. Bila mungkin sama seperti ketika dia sehat dulu, agar Minem memuji dan tentu mendapat rupiah lebih untuk keperluannya serta anaknya. Dengan semangat yang tinggi tapi tidak bertenaga, Ijah terus menganyam tikarnya . Tiba – tiba....

“debbuuukk” tubuh kerontangnya jatuh diatas tikar yang baru dilagang. Ketika itu anaknya masih sekolah.

Karya ini diikutsertakan dalam rangka mengikuti Event Bulan Kemanusiaan RTC.

rumpis-5794e4df0e9773593f22a965-57977478df22bdb4188b4567.jpg
rumpis-5794e4df0e9773593f22a965-57977478df22bdb4188b4567.jpg
* inspirasi: janda dengan anak satu yang menderita Kanker Payudara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun