Mohon tunggu...
NewK Oewien
NewK Oewien Mohon Tunggu... Petani - Sapa-sapa Maya

email : anakgayo91@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sedikit untuk Kita dan Remaja

15 Juli 2016   20:48 Diperbarui: 16 Juli 2016   10:46 171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : gumilar69.blogspot.com

Remaja adalah pondasi yang paling penting untuk kehidupan. Tanpa remaja, keberlangsungan kehidupan akan fana, putus atau tidak ada generasi selanjutnya. Kehidupan akan tamat sampai disini saja. Oleh sebab itu, persiapan remaja untuk meneruskan kehidupan harus diutamakan agar proses ‘estapet’ kehidupan berjalan dengan baik. Lebih baik dari sebelumnya, terus lebih baik dan seterusnya lebih baik.

Maka dari itu, persiapan harus dirancang dan dipraktekkan sedini mungkin, guna mengantisipasi penyelewengan harapan yang kita inginkan. Mulai dari proses reproduksi dan pengaturan gizi (orang tua) hingga pendidikan remaja tersebut. Kesalahan reproduksi dan gizi bisa menyebakan terinfeksi penyakit serta ‘rasa sakit’ dan gangguan pertumbuhannya, sedangkan kesalahan pendidikan dapat menyebabkan terganggunya proses dalam menjalankan kehidupannya (mental dan sebagian karir).

Pertama,masalah reproduksi. Masalah reproduksi merupakan masalah yang sangat ‘rumit dan sangat penting’. Reproduksi adalah kebutuhan biologis dari setiap kita (manusia), yang mana terkadang pemenuhannya dilakukakan oleh sebagian kita, didorong oleh nafsu. Nafsu yang terlalu besar, menyebababkan akal kita terkendalikannya sehingga ‘membutakan’ pikiran positif. Oleh karena nafsu yang sudah berkuasa, benar atau tidak itu harus dipenuhi. Pemerkosaan dan reproduksi diluar jalur yang sebenarnya (freesex) menjadi jalan keluarnya. Pemenuhan yang terlarang, bukan?. Kacau kawan.

Pemerkosaan terhadap remaja dan freesex sesama remaja di negara kita Indonesia sudah cukup, tidak perlu ditambah lagi. Diberbagai tempat kejadiannya dan bermacam jenisnya. Dan yang paling akut, korbannya anak laki (sodomi). Walaupun semuanya memang tidak baik. Salah satu kejadian yang ‘aneh’ menurut saya, terjadi didaerah saya. Yang mana Pengantin baru diperkosa oleh suaminya sendiri bersama 3 orang lainnya, salah satunya adalah adik kandung si suami yang masih berusia 16 tahun (masih remaja). Alasan suami korban melakukan itu, karena korban tidak mau lagi digauli setelah 3 minggu menikah (kurang pendidikan tentang reproduksi). Rencana itu dirancang untuk memenuhi nafsu si suami, akan tetapi nafsu 3 temannya juga dilampiaskan setelah si suami. Nafsu kembali menjadi dasar kejadian ini. Lihat disini.

Untuk mencengah kesalahan yang fatal dalam proses reproduksi, ‘kesehatan’ reproduksi sangat penting dijaga. Baik itu kesehatan organ reproduksi (pria dan wanita), maupun kesahatan jalannya (melalui jalan nikah misalnya). Nikah adalah jalan satu – satunya yang baik untuk memenuhi proses reproduksi, kita semua tau bahwa hubungan tanpa nikah sejauh ini masih dilarang di Indonesia.

Untuk organ reproduksi, kesehatannya sangat penting untuk kelancaran proses reproduksi dan keyamanannya, yang nantinya sesudah halal tentunya. Menjaga kebersihan pada organ agar tidak terinfeksi penyakit. Penggunaan obat – obatan, perlu ditelusuri dengan jelas. Apakah obat tersebut mempunyai efek yang negatif pada organ yang bisa menimbulkan kesalahan pada proses reproduksi? Kemana kita konsultasi? Tentu pada ahlinya yaitu dokter, tidak cukup hanya meminta pendapat pada teman. Beda orang tentu beda kondisi, relatif.

Untuk jalannya sehingga mencapai pada tujuan yang kita inginkan (reproduksi), harus dengan benar. Benar disini adalah tidak ada pihak yang memaksa dan dipaksa, tidak ada yang melukai dan dilukai, tidak ada menyakiti dan tersakiti, bukan pemerkosaan dan penipuan didalamnya. Untuk memuluskan hasrat dan keinginan sehingga menghipnotis, ‘meracuni’, membohongi dengan imbalan sesuatu setelahnya atau membohongi masalah keyakinan pada salah satu pihak. Dan tentu, jalan yang benar itu adalah suatu proses yang bernama nikah. Bukan ‘kumpul kebo’ alias pergaulan bebas (freesex), yang merupakan hobi remaja sekarang. Kita semua mengetahuinya, bukan?

Selain dari itu, tujuan utama dari reproduksi menjadi salah satu penting untuk diperhatikan yaitu berkembang biak. Menentukan jumlah keturunan yang tepat akan menentukan kualitas keturunan, dari aspek perawatan dan pendidikan.

Zaman sekarang adalah zaman uang, semua perlu dan tergantung uang sekecil apapun itu. Kepercayaan “banyak anak banyak rezeki” dizaman yang serba mahal ini perlu diteliti ulang. Perlu penggalian potensi diri untuk ‘memakan’ mentah – mentah kepercayaan tersebut. Kita bisa melihat kondisi negeri kita kini, dari media misalnya, tidak jarang juga disuguhi tentang kekurangan gizi dan putus sekolah pada anak. Apa penyebabnya? Uang. Tentukan dulu, berapa anak yang tepat berdasarkan kondisi ekonomi kita, sehingga kita mampu menjaga pertumbuhan buah hati dengan baik dan memberikan pendidikan dengan layak.

Satulagi, khusus didaerah saya ada sebagian masyarakat menerapkan paham ‘rakus’ terhadap gender keturunan. Inginnya mempunyai anak dengan jenis kelamin berbeda. Contohnya : seorang pasutri memiliki 4 anak, semua perempuan. Padahal dia menginginkan anak laki – laki, karena kepercayaannya anak laki –laki akan meneruskan keturunan. Jadi, pasutri tersebut terus bereproduksi sampai dianugrahi anak laki – laki. Akhirnya, setelah memiliki 9 anak baru dikaruniai anak laki. Tetapi yang terjadi, anak tidak terawat. Tidak terawat dari segi pertumbuhan dan melarat menyekolahkan anak. Ya, karena dari faktor ekonomi kondisinya memang melarat. Menuruti ambisi dengan kondisi yang sekarat, bukan jalan yang tepat. Apakah ini nyata? Ia kawan, di lingkungan ku tidak sulit mendapatkan tipe ini. Memperihatinkan.

Bagaimana peran orang tua terhadap kesehatan reproduksi? Mmenurut saya besar kawan. Saya 4 orang bersaudara. Selisih umur kami tidak terlalu jauh, sekitar 2 tahunan. Apa yang diajarkan orang tua kami tentang sex kepada kami, begitu bermanfaat. Besar sekali manfaatnya, sejauh ini kami berempat dipandang baik oleh masyarakat, bila dibanding teman – teman yang lain. Kedua orang tua kami sangat protektif, sampai saya berumur 23 tahun masih dianggap seperti anak sekolahan. Jika mau keluar malam saja ditanyain begini “mau kemana? Ngapain? Dengan siapa?..... dll, tetapi bukan dilarang. Biasanya bapak dengan gaya yang agak mengancam dan ibu dengan gaya ngomel, selalu memberi pesan pada saya, inti dari pesannya “jangan memalukan keluarga dengan berbuat masalah, awas!”. Termasuk dalam masalah disini adalah mengganggu anak perempuan orang dan menggunakan narkoba (ganja ditempat saya terkenal banyak). Resikonya ya cuma dibilang teman jomlo dan gak keren, apalah itu. Teman saya yang keren – keren itu sekarang sudah banyak terlibat freesex sehingga belum tamat SMA harus nikah dan dipenjara karena mengisap ganja. Itulah ujungnya yang mereka anggap keren itu kawan. Wadohh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun