"Straight saja juga banyak kok yang free seks, jadi kenapa kita harus ketinggalan? Mereka juga banyak cerai kok, jadi wajar juga lah kalo kita sering putus sama cowok kita."
Jika kau ingin diperlakukan sama seperti para straight maka ikuti teladan baik yang biasa dilakukan oleh para straight dalam berhubungan dengan pasangan mereka. Apakah kau tidak melihat bahwa para straight yang melakukan free seks itu juga merupakan objek yang dianggap sampah masyarakat? Sebegitu berhasratnya kah kau terhadap seks hingga kau rela dirimu disamakan dengan mereka? Yah, banyak straight yang bercerai memang, tapi itu bukan berarti kau bisa membenarkan dirimu untuk tidak mempertahankan hubungan dengan pasanganmu selama kau bisa mengusahakannya untuk dirimu dan pasanganmu. Memutuskan hubungan dengan pasangan hanya karena melihat daun hijau yang lebih segar tidak ada bedanya dengan anak kecil yang bosan akan mainannya dan merengek meminta untuk dibelikan mainan yang baru. Kapan kau akan bertumbuh dewasa dari fase tersebut? Kapan kau akan berhenti menangisi hidupmu yang kau buat - buat sendirinya deritanya?
"Para senior mengajarkanku seperti ini. Aku coba ternyata enak, yah sudah, aku ikuti lagi cara mereka. Aku ulang terus dan ku ajarkan lagi kepada generasi penerus."
Jangan salahkan para senior, salahkan dirimu sendiri. Jebakan memang manis, sangat menggoda. Seekor tikus juga tak akan mungkin mau masuk perangkap jika tidak ada keju yang bisa memenuhi rasa laparnya bukan? Sadarkah kau bahwa dengan melakukan semua hal itu kau akan merusak dirimu? Membuka kemungkinan akan dihinggapi oleh PMS semakin lebar? Membenarkan citra buruk yang secara sembarangan diberikan oleh masyarakat kepada SELURUH kaum gay? Sadarkah kau bahwa tindakanmu yang menyebarkan paham hedonisme itu juga mempersempit kemungkinan gay lainnya untuk bisa menemukan cinta sejatinya yang bisa menerima dirinya apa adanya dan mau hidup hingga hari tua? Bukan dirimu saja yang dirusak di sini, seluruh komunitas gay terkena dampaknya oleh satu tindakan salah dari satu kepala.
Kawan, tidakkah kau lelah dalam kenikmatan sementara yang sangat destruktif itu?
Kawan, tidakkah kau lelah mencari dan terus mencari sarana pemuasan nafsumu?
Kawan, tidakkah kau lelah membuat alasan dan pembenaran demi menutupi lubang yang kau ciptakan sendiri?
Kawan, tidakkah kau lelah menangisi hidupmu sendiri karena hal yang telah kau lakukan sendiri?
Jika kau sudah lelah, beristirahatlah. Tenangkan seluruh hasratmu yang selama ini membuatmu menderita. Setelah itu, bangkitlah. Bangkitlah sebagai sosok yang terlahir kembali yang cukup kuat untuk berdiri menentang arus. Tentanglah arus yang selama ini kau ikuti dan menghanyutkanmu dalam air mata. Sayangi dirimu yang hanya ada satu di dunia itu. Kau berharga apa adanya, jangan rusak dirimu lagi. Dia sudah terlampau sering berteriak kesakitan walaupun kau berusaha untuk tidak mempedulikannya, rasa sakit itu tetap ada di sana, menunggu saat yang tepat untuk menjerumuskanmu dalam jurang penderitaan tiada akhir.
Mungkin dunia akan terasa semakin sulit ketika kau telah terlahir kembali sebagai sosok baru itu. Homophobic tetap ada berteriak menuding bahwa dirimu adalah produk buangan alam semesta yang pantas untuk dimuntahkan ke neraka sedangkan kaum homoseks yang selama ini kamu gauli akan menganggapmu munafik karena tidak lagi mau mengumbar kelamin dan lubang anusmu kepada mereka. Tapi itulah dunia. Sedangkan dirimu adalah dirimu. Kau memang bagian dari dunia ini, tapi bukan kepada dunia, kau menyerahkan kebahagiaanmu. Kebahagiaanmu adalah hal yang sangat personal, menyangkut kepada dirimu sendiri saat menghadapi dunia. Kebahagiaanmu hanya ada di tanganmu, kawan, bukan di tangan mereka. Hanya kau yang bisa memutuskan untuk menjalani hidup lebih baik demi kebahagiaanmu.
Jadi, apakah pilihanmu, kawan?