Mohon tunggu...
GayGuy HappyGuy
GayGuy HappyGuy Mohon Tunggu... -

Hanya ingin menjadi jembatan bagi kedua kaum

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Untuk Para Homoseksual...

27 September 2010   02:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:56 1171
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Senang? Merasa ada yang memperhatikanmu? Merasa kasih sayang yang kau cari itu terpenuhi? Merasa dahaga itu akhirnya terpuaskan?

Berhentilah bermimpi, kawan. Bangunlah, kau sudah merusak dirimu terlampau jauh.

"Lho, kenapa? Aku kan senang - senang tidak merugikan orang lain! Dia mau - aku mau, yah makanya kita lakukan hal itu."

Hanya mau sajakah yang menyebabkan semuanya itu terjadi dengan begitu mudah. Hanya karena keinginan sajakah? Hasrat? Itu saja sudah cukup untuk membuat dirimu yang berharga itu menjadi sosok murahan yang memberikan hasrat kepada sembarangan lelaki yang kau temui?

Tidak merugikan orang lain? Pikirkan ini, kawanku tersayang. Penyakit menular seksual membutuhkan sebuah penghubung agar bisa menular. Jika kau menjadi bagian dari penghubung itu, tidakkah kau merasa berdosa dan bersalah kepada dirimu sendiri dan orang lain? Dan jangan bilang bahwa perilakumu itu bisa diterima oleh masyarakat kebanyakan sehingga nama komunitas kaum gay ini akan baik - baik saja meskipun hanya kau yang mengetahui seberapa liarnya dirimu.

"Hey, aku melakukannya atas nama cinta kok. Aku ketemu dia, terus aku jatuh cinta sama dia. Beberapa jam kemudian, aku bertemu lagi dengan seseorang dan merasakan betapa dia sesungguhnya tercipta untukku. Beberapa bulan kemudian, aku melihat betapa tampannya seseorang yang membuatku merasa oh pasti dia belahan jiwaku!"

Cinta memang bertransformasi, cinta memang bisa muncul terhadap siapa saja dalam hidup kita. Tapi, tolong, hanya ketertarikan fisik betapa tampannya dan atletisnya dia, kau segera mengatakan bahwa itu cinta? Jangan biarkan mata hatimu buta hingga tak bisa membedakan apa yang disebut cinta dan hasrat hanya karena mata fisikmu yang akan membusuk di dalam kubur itu mendapatkan apa yang diinginkannya. Jangan membenarkan dirimu atas nama cinta. Kamuflase hasrat dalam nama cinta adalah hal yang menyebabkan dirimu tidak bisa menemukan cinta sejatimu. Kau terus berganti - ganti, berharap bahwa itulah cinta setiap kali kau bertemu dengan sosok yang memancing hasrat, berharap bahwa itu adalah orang yang mencintaimu, padahal sesungguhnya itu semua hanyalah teriakan dari egomu yang dipenuhi oleh hasrat.

"Aku ingin mencari cinta sejatiku, karena itulah aku melakukan semua ini."

Kawan, stoplah berpikir seperti itu. Orang yang mencintaimu apa adanya akan menerima keseluruhan dirimu, bukan sekedar mencicipi kelamin ataupun anusmu! Berpikirlah dengan gunakan logikamu, seks bukanlah cinta. Berhubungan seks bukan berarti menunjukkan cinta dan menunjukkan cinta bukan berarti harus berhubungan seks. Ada bedanya antara "having sex" dengan "making love" dan jangan sampai hanya karena gejolak emosional dalam dadamu, kau jadi tidak bisa membedakan keduanya. Orang yang mencintaimu, yang sungguh - sungguh mencintaimu di luar sana, adalah orang yang cukup dewasa untuk memperlakukan kelaminnya dan kelaminmu dengan baik dan benar.

"Kita sudah sama - sama dewasa koq, jadi kamu gak perlu kasih tau aku lagi. Aku tau apa konsekuensinya dari perbuatanku ini!"

Kau tahu konsekuensi perbuatanmu ini? Sungguh? Kau pikir dirimu dewasa hanya karena tahu apa konsekuensinya dan bersiap - siap untuk menerimanya? Orang yang sungguh - sungguh dewasa adalah orang yang memegang ucapannya, kawan. Melakukan apa yang mereka tahu seharusnya mereka lakukan dan tidak melakukan apa yang mereka tahu seharusnya tidak mereka lakukan. Itu adalah orang dewasa! Selama kau hanya mengetahui dan tidak menerapkannya dalam hidupmu, tidak bertanggung jawab atas kebaikan dirimu sendiri, kau tidak lebih daripada anak kecil yang baru saja belajar membaca alfabet.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun