Isu sampah makin hari makin memprihatinkan. Plastik-plastik sampah menumpuk, bahkan di beberapa tempat yang bukan tempat sampah.
Hal ini menunjukkan bukan hanya degradasi kebersihan, tetapi juga degradasi tata krama. Secara moral dan etika, membuang sampah di depan rumah orang atau di depan kantor adalah penghinaan terhadap penghuninya.
Namun, masyarakat tidak lagi ambil pusing sekarang. Mereka asyik saja menaruh sampah-sampah rumah tangga di sembarang tempat.
Alasan utamanya adalah tidak ada tempat pembuangan sampah dan mereka berharap pemerintah yang akan membersihkannya.
Lalu, bagaimana solusinya?
Perlu adanya kesadaran masyarakat untuk mengatasi hal ini. Dunia bisa berubah jika berawal dari individu. Kemudian, individu-individu yang memiliki visi-misi yang sama pada akhirnya akan berkumpul menjadi suatu komunitas. Individu dibentuk oleh keluarga.
Oleh karena itu, teladan orang tua menjadi kiblat utama tingkah laku anak di kemudian hari. Sebagai contoh, jika orang tua suka menaruh sampah kulit kacang di meja dan tidak segera membuangnya, bahkan sampai berhari-hari, si anak pasti akan menirunya.
Jika seorang anak membuang sampah sembarangan dan orang tua tidak menegurnya, si anak akan merasa bahwa apa yang dilakukannya benar dan itu akan menjadi pola hidupnya.
Oleh karena itu, orang tua perlu mengajari anaknya membuang sampah di tempat sampah. Orang tua juga perlu mengajari anak memungut sampah di pekarangan atau di jalan, lalu memasukkannya ke tempat sampah, meskipun bukan sampahnya.
Kesadaran kedua adalah pemilahan sampah. Ini menuntut kerja sama dari masyarakat, pemerintah, dan organisasi yang mengelola sampah. Perlu adanya kebijakan dari pemerintah untuk pemilahan sampah dan pengolahan sampah setelah dipilah. Kita bisa berkaca dari negeri-negeri lain yang telah sukses menangani sampah.