Akibat modernisasi yang juga meningkatkan persaingan global, situasi sosial ekonomi masyarakat Indonesia mengalami transformasi yang cepat. Kecepatan tersebut tentunya harus dapat kita pertahankan dengan tetap menjaga tujuan bangsa kita yang tertuang dalam kalimat pembuka alinea keempat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, tanpa menyimpang darinya. Mencapai pembangunan tanpa mengorbankan perasaan kita tentang siapa kita sebagai rakyat atau sebagai negara otonom yang luas.
Menurunnya rasa nasionalisme dan patriotisme generasi muda merupakan salah satu persoalan yang sedang dihadapi bangsa ini. Bersama-sama, kita menyadari bahwa generasi muda adalah
Sebagai identitas bangsa di tengah arus globalisasi atau masyarakat global, bangsa Indonesia juga telah mampu membedakan keimanan dan ketakwaannya. Posting ini saya buat dalam upaya untuk memahami dan mengklarifikasi hubungan antara Panca Sradha dan Pancasila.
Panca Sradha dirujuk dan menjadi dasar keyakinan agama Hindu. Panca Sradha berarti lima dasar kepercayaan atau keyakinan Agama Hindu yang harus dipegang teguh dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat demi mewujudkan dan mencapai tujuan hidupnya di dunia. Panca Sradha terdiri atas Brahma Tattwa, Atma Tattwa, Karma Phala Tattwa, Punarbhawa Tattwa, dan Moksa Tattwa. Hal ini dilaksanakan secara bhakti yang memiliki ketentuan baik mengenai bentuk dan wujud bhakti, tata cara pelaksanaan, doa, mantra, tempat maupun waktu pelaksanaan bhakti itu sendiri. Tujuan ini dicapai dengan bhakti, yang memiliki pedoman untuk cara pelaksanaannya, juga untuk doa, mantra, tempat, dan waktu sebenarnya dari bhakti. Melalui bhakti yang dilaksanakan dengan pemahaman dan pelaksanaannya yang baik dan benar, diharapkan dapat memperkuat sradha dan bhakti (Iman dan Takwa), kualitas beragama dan peningkatan mental spiritual dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Dalam Hindu terdapat keyakinan untuk mewujudkan hal ini yang disebut dengan Panca Sradha, sebagai suatu keyakinan dasar dalam umat Hindu.
Secara etimologis, Panca Sradha terdiri kata Panca yang berarti lima, dan Sradha yang diartikan keimanan atau kepercayaan. Dapat ditarik pengertian, bahwa Panca Sradha adalah lima dasar keyakinan atau kepercayaan agama Hindu yang harus dipegang teguh dalam kehidupan beragama, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara demi mencapai tujuan kehidupan di dunia. Bagian-bagian dari Panca Sradha antara lain sebagai berikut :
- Percaya adanya Brahman. Sebagai generasi Hindu, guna meningkatkan militansi beragama sudah sepatutnya percaya dan meyakini terhadap adanya Brahman. Bukan hanya sekedar percaya namun kita sebagai generasi muda sudah sepatutnya merealisasikan atau mengaplikasikan kepercayaan kita pada kehidupan sehari-hari.Implementasi ajaran ini adalah dengan selalu taat pada perintah beliau dan menjauhi setiap larangannya dalam menjalankan kehidupan ini agama Hindu mengenal adanya Panca Yadnya yaitu pengorbanan suci yang tulus ikhlas salah satunya adalah dewa Yadnya ialah pengorbanan suci yang ditunjukkan kepada para dewa dan segala manifestasinya Yadnya ini harus didasari oleh rasa ikhlas dan tanpa pemerintah dalam melakukan Dewa Yadnya. Dalam Pancasila dikaitkan dengan nilai-nilai dari Sila 1 (Ketuhanan Yang Maha Esa).
- Percaya adanya atma. Percaya adanya Atman. Percikan kecil dari Tuhan disebut dengan Atman. Atman memberikan hidup kepada setiap makhluk, jika Atman meninggalkan badan maka manusia itu akan meninggal, Atman yang menghidupi badan disebut Jiwatman. Jiwatman dapat terpengaruh oleh karma atau hasil perbuatan di dunia ini. Konsep ini mengajarkan perlunya memposisikan manusia sama satu dengan yang lainnya. Bagian Panca Sradha ini akan berkaitan dengan Sila 2 (Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab). Keyakinan terhadap keberadaan Atman dapat membimbing kita untuk berusaha mengurangi kegelapan atau awidya yang menyelimuti atman yang suci tersebut atau bahkan menghilangkan kegelapan tersebut hingga atman mampu bersatu dengan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau moksa salah satu contoh dari Atma Tattwa adalah upacara manusia yadnya yang dilakukan di kehidupan ini seperti mepandes atau potong gigi yang tujuannya menekan sad ripu (enam musuh dalam diri manusia) dan juga bertujuan untuk mengikis kegelapan
- Percaya adanya Karma Phala. Di dunia ini, setiap tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup pasti memiliki akibat. Sementara perbuatan jahat akan menimbulkan masalah, perbuatan baik akan membawa sukacita. Oleh karena itu, agama menuntut agar semua makhluk hidup selalu bertindak lurus secara moral untuk menemukan kedamaian dalam hidup. Keyakinan akan Karma Phala ini akan mengajarkan suatu konsep kesatuan hidup manusia satu dengan manusia lainnya dalam kehidupannya. Tidak ada yang mampu untuk hidup sendiri tanpa campur tangan dari orang lain di sekitarnya. Karma Karma dapat dibagi menjadi dua yaitu Karma baik (subakarma) dan karma tidak baik (asuba karma). Pengorbanan juga dapat berbentuk upacara Yadnya atau panca Yadnya Selain itu pengorbanan juga dapat berbentuk Tri Kaya Parisudha yaitu pengorbanan berbentuk pikiran seperti mau mengerti kebenaran orang lain bersikap toleran dan bisa menghargai pendapat orang lain pengorbanan berbentuk kata-kata yang selalu berkata baik dalam arti tidak menyakiti hati orang lain lemah lembut mengendalikan diri agar tidak sampai mengeluarkan kata kasar juga salah satu bentuk dari upacaranya dengan mengamalkan konsep-konsep tersebut maka Karma baik akan menuntun kita menuju jalan yang benar dan bermanfaat. Hal ini berkaitan dengan sila ke 3 (Persatuan Indonesia) yang didasari atas dasar cinta, kasih sayang manusia satu dengan lainnya. Dalam Hindu diajarkan suatu konsep Tat Twam Asi (aku adalah kamu, kamu adalah aku) sebagai dasar sikap toleransi dalam kehidupan kita bersama.
- Percaya adanya punarbawa. Kelahiran yang berulang-ulang ini membuat suka dan duka yang dialami didunia. Punarbahwa terjadi karena Jiwatman dipengaruhi oleh kenikmatan duniawi yang di ikuti oleh kelahiran kembali. Kelahiran kembali sebagai manusia adalah kesempatan yang diberikan oleh Tuhan untuk memperbaiki diri agar lebih baik lagi. Hal ini dapat dikaitkan dengan konsepsi Sila ke 4 (Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmah Kebijaksanaan Dalam Permusyawar-atan/ Perwakilan), sebagai acuan dalam hormat menghormati, membangun jiwa demokrasi antara pimpinan dan rakyatnya. Implementasi ajaran punarbawa tatwa dapat dilihat dari melahirkan anak sebagai tujuan agar dapat memberikan kesempatan kepada leluhurnya untuk berikarnasi atau lahir kembali di lingkungan keluarganya tujuan utamanya adalah memutus Karma atau mencoba untuk melepaskan ikatan keduniawian dari dalam diri kita juga merupakan implementasi keyakinan akan adanya kelahiran kembali
- Percaya adanya moksa. Moksa adalah tujuan akhir dari pada umat hindu khususnya umat yang beragama Hindu. Kata moksa berasal dari kata muc (bahasa Sanskerta) yang berarti membebaskan, mengeluarkan atau melepaskan. Dari urat kata ini kemudian menjadi mukta/moksa yang berarti kelepasan atau kebebasan. Hal ini dapat dikaitkan dengan Sila ke 5 (Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia). Keadilan atas dasar kemampuan dan kebutuhan setiap manusia dalam mencapai suatu tingkat kesejahteraan sesuai dengan amal ibadahnya selama hidup di dunia. Keyakinan adanya moksa dapat diimplementasikan dengan menjalankan sembahyang batin dengan Dharana (menetapkan cipta), Dhyana (memusatkan cipta), Samadhi (mengeheningkan cipta) manusia berangsur-angsur akan dapat mencapai tujuan hidupnya yang tertinggi yaitu bebas dari segala ikatan ke duniawian untuk bersatunya Atman dengan Brahman
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H