Mohon tunggu...
Gavin Reynara
Gavin Reynara Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

Don't worry about a thing, Cause every little thing gonna be all right.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Merenda Mimpi

30 Januari 2024   14:23 Diperbarui: 30 Januari 2024   14:51 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bab 1: Siapa, Dimana, Masalah
Lokasi: Ruang kelas sebuah sekolah menengah di sebuah kota kecil
Pemeran: Aulia, gadis muda berusia 17 tahun yang bercita-cita menjadi penulis terkena
- Bima, sahabat Aulia yang memiliki kelebihan dalam bidang teknologi
- Ibu Aulia, seorang ibu yang berprofesi sebagai guru
- Pak Yasir, guru bahasa Indonesia di sekolah Aulia
- Siswa-siswa lain di kelas
(Perkenalan)
Aulia duduk dengan tenang di pojok kelas, tatapan matanya meluncur jauh ke luar jendela, seolah sedang mencari jawaban atas pertanyaan yang mengganggunya. Di sebelahnya, Bima duduk, sibuk dengan gawai miliknya, terlena dalam dunianya sendiri tanpa menyadari kegelisahan yang tengah dirasakan Aulia.
Aulia: (menghela nafas) Aku bingung, Bima. Semua temanku sudah memiliki rencana untuk masa depan, tapi aku masih bingung dengan cita-citaku.
Bima: (mengalihkan perhatian dari gawainya) Tenang aja, Aul. Kamu pasti bisa meraih mimpimu.
Aulia: (menatap Bima) Tapi bagaimana, Bima? Aku tidak yakin kemampuanku.
(Datang satu-satu murid ke dalam kelas)
Pak Yasir: Selamat pagi, anak-anak. Hari ini kita akan membahas karya sastra, dan saya ingin setiap dari kalian menuliskan sebuah cerita pendek.

Bab 2: Konflik
Aulia: (berbicara dalam hati) aku merenung, tersedu, mencoba menemukan jalan keluar dari kebuntuan pikiran ini. Aku merasa kehilangan, seolah tersesat di padang gurun tanpa arah, mencari titik terang yang bisa menjadi sumber inspirasi bagi cerita pendekku yang belum juga terwujud.
(Aulia melangkah dengan langkah ringan pulang ke rumah, langit senja yang berwarna oranye keemasan memukau matanya saat dia menatap ke atas, merenung mendalam tentang kehidupan dan keberadaannya di dunia ini.)
Ibu Aulia: Memasuki ruang tengah, ibu Aulia dengan lembut berkata, "Aulia, aku punya sesuatu untukmu." Ia memberikan sebuah buku berbalut sarung kain, "Ini adalah buku perjalanan ayahmu. Dia sangat ingin kamu membacanya dan membagikan pengalamannya." Aulia meraih buku itu, merasa haru karena buku itu adalah bagian dari ayahnya yang telah lama tiada.

Aulia: (membuka halaman buku) Ada banyak sekali cerita menarik di sini. Aku tersentuh dengan semua tulisan yang dibuat ayahku.
(Dengan hati penuh semangat, Aulia tenggelam dalam setiap halaman buku itu, matanya bersinar dengan antusiasme ketika ia mulai menemukan inspirasi yang mengalir begitu saja, memenuhi pikirannya dengan warna-warna cerita pendek yang akan segera menghiasi laptop yang ada di depannya.)
Aulia: (memandangi laptopnya) Selesai. Aku sudah menyelesaikan cerita pendekku. Aku harap Pak Yasir suka. (pergi ke sekolah)
(Fajar sekolah. Pak Yasir memberikan hasil penilaian cerita pendek kelasnya.)
Pak Yasir: (melihat-lihat hasil penilaian) Dan pemenangnya adalah Aulia! Ini ceritanya sangat menarik dan menginspirasi.
(Aulia tersenyum bahagia. Bima memberikan tepuk tangan.)

Bab 3: Finishing
(Aulia duduk di pojok taman sekolah, menatap buku perjalanan ayahnya.)
Bima: (mendekati Aulia) Selamat, Aul! Aku bangga padamu.
Aulia: (memeluk Bima) Terima kasih, Bi. Aku tidak akan berhasil tanpa dukunganmu.
(Bima dan Aulia tersenyum bahagia, sambil menatap langit yang cerah.)
Ibu Aulia: (datang ke taman) Aulia, ayahmu pasti bangga denganmu.
(Aulia mengangguk, merasa haru.)
Pak Yasir: (menghampiri mereka) Aulia, saya kagum dengan cerita pendekmu. Kamu punya bakat besar.
(Aulia tersenyum senang.)
(Mereka semua duduk bersama di taman, merayakan keberhasilan Aulia.)
Aulia: (berbicara dalam hati) Ini baru awal dari perjalananku meraih mimpi. Saya akan terus menulis dan menginspirasi orang lain dengan karya-karya saya.
(Mereka semua tersenyum, sambil menatap matahari terbenam di ufuk barat.)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun