Mohon tunggu...
Iwan Kurniawan
Iwan Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Keluarga Petualang

Keluarga Petualang. Pengajar di perbatasan Kabupaten Cianjur-Kabupaten Bandung. PRAMUKA. Hiking, camping and climbing

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Keikhlasan Menduniakan Curug Ngebul

2 November 2022   06:38 Diperbarui: 2 November 2022   07:03 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Air terjunnya sangat bagus. Sayang lokasinya ada di ujung dunia. Masih berada di wilayah satu desa saja, dari rumah ke sana menghabiskan waktu sekitar 2 jam kendaraan. Bisa lebih kalau cuaca buruk.


Masyarakat setempat bukan tidak kreatif, bukan pula tidak melek teknologi. Tapi untuk membangkitkan semangat kreativitasnya ibarat mencari jarum dalam tumpukan jerami. Susah.


Masyarakat setempat mayoritas lebih memilih menjadi tenaga kerja merantau ke Timur Tengah. Nyata hasilnya bisa membeli sawah dan rumah, daripada mengelola desa sendiri menjadi desa wisata meskipun ekosistem wisatanya sudah terpampang nyata.


Masyarakat yang sudah merantau malah enggan pulang, mengingat infrastruktur masih susah dijangkau. Dana desa yang disalurkan untuk perbaikan jalan hanya bertahan untuk sekian bulan. Entah sengaja atau memang kekuatannya hanya musiman.


Alih-alih bisa menciptakan desa wisata yang ramah berkendara, yang ada masyarakat justru enggan meski untuk meliriknya saja. Padahal, selain bisa membantu memulihkan ekonomi, desa wisata juga dapat menjaga kelestarian kearifan lokal, serta memicu gen kreatif masyarakat Indonesia khususnya penduduk desa wisata untuk bisa terus berkembang dan membawa desa wisata semakin dikenal wisatawan lokal dan mancanegara.

Namun bagaimana bisa jika kesadaran itu memang belum ada? Masyarakat setempat seolah tidak mau tahu, apa itu kearifan lokal, jika tidak bisa menjamin kelangsungan hidup mereka dan keturunannya.

Jalan menuju Curug Ngebul, bikin jera kembali. Dok pribadi
Jalan menuju Curug Ngebul, bikin jera kembali. Dok pribadi


Mungkin inilah tantangannya. Sumber daya manusianya lebih dahulu yang harus direvisi sedikit demi sedikit sehingga ekosistem pariwisata lainnya bisa mengikuti.


Beberapa tahun lalu kami penuh perjuangan mengunjungi Curug Ngebul yang berada di Desa Bunijaya Kecamatan Pagelaran Cianjur. Kendaraan roda dua tidak bisa menjajal tanjakan terpaksa kami rodi mendorongnya. Perhatian perum perhutani yang membawahi dimana lokasi air terjun berada sedikit memberikan perubahan. Jalan setapak dibenahi, kubangan air terjun ditembok meminimalisir terpeleset saat menginjakkan kaki di bebatuan yang berlumut.


Seharusnya ketika kail itu ada, ikan bisa dipancing berkali-kali. Saat pihak terkait turun tangan memberikan dukungan, masyarakat tinggal melanjutkan, memelihara dan meningkatkannya. Meski tentu saja itu tidak mudah.


Pekerjaan rumah terberat bagi pemerintah daerah, manakala masyarakat setempat sudah angkat tangan, berani mau mengembangkan potensi desa atau justru melepaskan dan membiarkannya?


Satu sama lain memiliki risiko. Mengembangkan dalam arti harus merogoh kocek yang tidak sedikit demi bisa memoles dan menarik hati yang sudah tidak menengok, atau melepaskan dan membiarkannya, dengan umpan balik berupa hujatan dan anggapan netizen yang datang ke Curug Ngebul, yang bisa saja menganggap pihak-pihak terkait dari jajaran terendah sampai di atasnya dengan ungkapan begitu bodohnya menelantarkan aset daerah yang tidak ternilai keagungannya ini menjadi lokasi yang sia-sia?

Jangankan menciptakan Festival Kreatif Lokal, meningkatkan pelayanan untuk lokasi yang sudah cantik saja masih keteteran.

Tidak mudah memikirkan bagaimana supaya masyarakat dapat mengembangkan potensinya menjadi Desa Wisata Ramah Berkendara. Meski sudah terindentifikasi potensi dan daya tarik wisatanya, tapi jika pemetaan oleh pemangku kepentingan/stakeholder sendiri jalan di tempat, peningkatan sadar wisata atau Sapta Pesona bagi warga sekitar tetap tidak akan sampai seperti harapan. Jauh dari program yang Adira Finance luncurkan mengenai desa wisata ramah berkendara.

Pekerjaan rumah semua pihak mengangkat potensi wisata Cutug Ngebul di tingkat dunia. Dok pribadi 
Pekerjaan rumah semua pihak mengangkat potensi wisata Cutug Ngebul di tingkat dunia. Dok pribadi 


Meskipun ada pemilihan kelompok kerja, koordinator, dan penunjang setidaknya pahit-pahitnya katakan saja harus mau bekerja dan berbuat dengan modal keikhlasan. Hingga ketika potensi wisata yang diperjuangkan tidak membalikkan modal, hati tidak begitu kecewa. Karena hanya sikap ikhlas itulah yang bisa melunaskan imbalan apapun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun