Mohon tunggu...
Iwan Kurniawan
Iwan Kurniawan Mohon Tunggu... Guru - Keluarga Petualang

Keluarga Petualang. Pengajar di perbatasan Kabupaten Cianjur-Kabupaten Bandung. PRAMUKA. Hiking, camping and climbing

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Workshop Menulis dan Tour Pulau Maju

6 Agustus 2019   15:14 Diperbarui: 10 Agustus 2019   07:02 75
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Materi dari Co founder Kompasiana Dok. Pribadi 

Workshop Menulis dan Tour Pulau Maju

Click Kompasiana (Komunitas Kompasiana Pengguna Commuter Line) bekerja sama dengan Persatuan Penulis Indonesia (PPI) mengadakan Workshop Menulis dan Tour Pulau Maju (Pulau Reklamasi) pasca kejadian gempa, pada 2-3 Agustus 2019 di Graha Wisata Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta.

Bagaimana perasaan saya sebagai peserta pelatihan menulis di TMII dan jalan-jalan ke Pulau Maju ini? Baiklah, berikut euforia dan curhat pengalaman selama dua hari yang saya lalui itu.

Kekuatan doa disertai usaha mengantarkan saya ke lokasi acara tepat sebelum jam 11 siang. Sempat galau karena H-1 paman, adik dari mama mertua meninggal dunia. Rencana ke kota terpaksa kami undur untuk lebih dahulu melayat dan silaturahmi bersama keluarga besar.

Akhirnya perjalanan menuju TMII pun nonstop dilalui dengan mengendarai sepeda motor membonceng anak dan istri. Bada subuh dari Pagelaran Kabupaten Cianjur ke Ciawi Bogor. Menebus kabut pagi yang sangat tebal itu sesuatu banget. Tangan bergelut dengan kebekuan. 

Gimana tidak, menghabiskan waktu 5 jam perjalanan untuk tiba di penitipan motor, diambil mampir sebentar untuk dua kali isi bensin saja. Demi bisa pukul 10 pagi sudah bisa duduk manis di bus jurusan Bogor -- Terminal Kampung Rambutan dan tidak sampai 40 menit kami sudah berganti kendaraan naik angkot no 40 menuju pintu gerbang utama TMII.

Kesampaian juga melaksanakan sholat Jumat di Masjid Dipenogo, TMII bersama Pak Sigit, Pak Dian Kelana, dan tentu saja putra tercinta, Fahmi. Sekembalinya ke Graha Wisata langsung disambut Ibu Muthiah yang mempersilahkan kami menikmati menu makan siang: nasi sayur asam Jakarta dan pernak-pernik nya. Nikmat.

Mencicipi menu khas Betawi Dok. Pribadi 
Mencicipi menu khas Betawi Dok. Pribadi 

Suasana ber-AC yang cukup nyaman menyemangati saya untuk menyimak lebih jauh terkait materi yang disampaikan pada setiap acara yang terbagi dalam 3 sesi itu. Saya menyimak betul, berharap dapat umpan untuk kembali saya munculkan terkait beberapa pihak yang selalu nyinyir jika saya mengikuti beberapa pelatihan seperti ini.

Belajar Fiksi
Tamparan keras buat para tenaga pendidik saat pembicara pertama Fanny Jonathan Poyk, seorang  sastrawan sekaligus mantan redaktur Fantasia menceritakan masih banyak ditemuinya para pengajar yang dalam menulis masih memiliki kesalahan dalam peletakan ejaan yang benar. Masih banyak yang keliru dalam meletakan imbuhan mana yang harus disambung atau dipisah.

Ya, saya akui, apalagi di daerah seperti tempat saya tinggal, jangankan orang awam, sarjana lulusan jurusan sastra Indonesia saja, masih suka keliru dalam menulis berdasarkan EYD. Jangankan menebarkan virus menulis, cara menulis dasar yang benar saja masih susah. Sementara pelatihan atau workshop seperti itu tidak ada. Kalaupun ada, banyak kendala seperti berat di biaya, waktu dll.

Ilmu ini yang ingin saya serap sampai kering dan siap dimuntahkan sekembalinya di kampung halaman. Supaya mereka yang nyinyir selama saya izin dari sekolah karena mengikuti pelatihan atau workshop bisa membuka mata. Ilmu itu harus dijemput dan dengan pengorbanan baru bisa diraih.

Bersama Ibu Fanny. Salam Literasi Dok. Pribadi
Bersama Ibu Fanny. Salam Literasi Dok. Pribadi

Fiksi yang didalamnya terbagi menjadi beberapa bentuk dan salah satunya adalah cerita pendek (cerpen) bisa dibilang paling banyak disukai banyak kalangan pembaca. Cerita yang singkat tidak bertele-tele, tak menghabiskan banyak waktu banyak dijadikan alasan kenapa cerpen begitu digandrungi. Namun meski demikian, membuat cerpen tidak semudah membuat status, kawan. Ada pakem dan aturan sehingga cerpen yang dibuat hasilnya akan menjadi unggulan.

Banyak ilmu dan tips yang bisa kita search terkait membuat cerpen. Begitu juga yang disampaikan Bu Fanny, pada umumnya cerpen yang baik harus memiliki unsur: tema atau gagasan, alur atau rangkaian peristiwa, adanya penokohan, memiliki latar (seting), memiliki sudut pandang, serta  terdapat amanat atau pesan yang bisa kita ambil setelah membaca cerpen tersebut.

Sama seperti rahasia ilmu menulis yang disampaikan para ahli lainnya, bahwa yang harus dilakukan untuk menjadi penulis (fiksi atau non fiksi) kuncinya ialah menulis itu sendiri. Jadi teruslah menulis. Karena dengan berlatih dengan sendirinya kualitas tulisan dan perbendaharaan kata akan terus terasah.

Literasi Digital
Tiba di sesi kedua setelah melaksanakan solat ashar, acara dilanjut oleh Iskandar Zulkarnaen alias Mas Isjet,  Co-founder Kompasiana yang kini aktif di berbagai kegiatan literasi digital.

Mas Isjet menekankan peluang dan branding sebagai penulis di era digital saat ini. Jika dahulu profesi sales yang mengetuk pintu ke pintu demi bisa menawarkan produk kepada konsumen, maka kini posisi sales sudah digantikan dengan konten yang bisa ditemui di setiap halaman dari setiap kolom pencarian yang kita masuki.

Materi dari Co founder Kompasiana Dok. Pribadi 
Materi dari Co founder Kompasiana Dok. Pribadi 

Konten yang sedang meraja ini bisa dijadikan peluang bisnis dan usaha. Tinggal konsekuensi yang dipilih si pembuat konten alias penulis mau memasuki dunia mana, apakah aliran soft seling atau justru hard seling? Keduanya tetap memiliki etika, aturan dan norma.

Bertepatan jelang waktu Maghrib, sesi workshop ke dua itu pun berakhir. Peserta berkumpul kembali di aula Graha Wisata setelah melaksanakan istirahat solat dan makan.

Tulisan Topik Ekonomi Tak Akan Mati
Makan malam yang sudah tersedia di ruangan makan langsung diserbu para peserta. Menu soto Betawi, goreng ayam dan sambal langsung mengisi setiap perut yang sudah keroncongan.

Sebagian peserta ada yang istirahat sambil menunggu waktu isya di kamar yang sudah dibagi kepada setiap peserta sejak siang. Satu kamar terdiri dari 6 orang. Setiap kamar berisi 3 ranjang susun dengan fasilitas lemari, meja, rak handuk, dan balkon yang menghadap langsung ke halaman parkir TMII dekat pintu gerbang utama. Kasur serta bantalnya wangi dan empuk. Sayang tidak disediakan selimut.

Kamar kami nomor 319 berisi keluarga saya dan keluarga Pak Sigit. Karena anak-anak tidur dengan ibunya maka satu ranjang kosong. Selepas acara masuk Ibu Rokhmah yang tidak kebagian tempat. Kebetulan, sehingga bisa satu kamar dengan kami. Meski seperti risih karena sekamar dengan "ganda campuran" namun beliau bersedia. Semoga bisa tidur nyenyak ya, Bu meski terganggu dengan dengkuran saya. Hehehe.

Sebelum memasuki sesi ketiga Kelas Menulis bidang Ekonomi bersama Isson Khaerul, Direktur Program PPI (Persatuan Penulis Indonesia) Pak Yon Bayu dan Pak Thamrin Sonata memberikan pengumuman terkait adanya menulis serentak di Kompasiana terkait kesan secara pribadi mengenai gelaran acara workshop hari itu. Beberapa yang beruntung akan mendapat hadiah uang.

Menulis serentak malam itu juga di Kompasiana Dok. Pribadi 
Menulis serentak malam itu juga di Kompasiana Dok. Pribadi 

Kembali kepada bahasan Menulis Ekonomi, ditekankan Pak Isson siapa saja bisa menulis bidang ekonomi asal jeli dengan kondisi yang sedang terjadi. Era digital semakin membuka banyak kesempatan untuk kita terus beropini dan mengedepankan fakta. Buzzer, reviewer, apapun profesinya yang pasti jangan sampai menghadirkan kabar tidak akurat.

Pak Isson pun tidak pelit memberikan informasi mengenai kesempatan apa saja yang bisa dilakukan para penulis, supaya bisa menulis bidang ekonomi dan penulis mendapatkan penghasilan. Sungguh sebuah celah dan peluang yang sangat menjanjikan.

Keseruan acara malam itu diakhiri dengan pengumuman para peserta yang beruntung mendapatkan uang dari panitia. Mereka diantaranya adalah Bu Maria, Pak Dian Kelana, Putri Bungsu, dan masih banyak lainnya.

Keluarga Petualang Dok. Pribadi
Keluarga Petualang Dok. Pribadi

Jika yang lain masih lanjut menghabiskan malam, saya dan keluarga juga teman satu kamar memilih langsung istirahat. Sejak dini hari keluar dari rumah di kampung sampai selesai acara workshop malam itu bisa dibilang kami belum istirahat sama sekali. Berharap bisa lebih fresh ketika keesokan harinya akan mengikuti tour ke Pulau Maju.

Dan betapa terkejutnya saya ketika keesokan harinya kami sampai di Pulau Maju, lahan yang awalnya dinamai Pulau G dari gugusan Pulau Reklamasi di penghujung Utara Jakarta itu.

Menengok kondisi terkini Pulau Reklamasi Dok. Pribadi 
Menengok kondisi terkini Pulau Reklamasi Dok. Pribadi 
Awan putih lebih mendekati warna kelabu memayungi kami disela terik matahari pagi yang sangat menyengat. Jalan lebar dua arah dengan pembatas bunga dan pohon menyambut kedatangan kami. Pulau Maju yang dahulunya lautan itu kini menjadi lahan bisnis yang sangat menjanjikan. Saya yakin tidak sembarang orang bisa punya aset atau usaha di lahan elit ini. Kecuali orang banyak uang...

Kami berhenti di lokasi wisata kuliner. Masih pada tutup karena mayoritas mereka mulai membuka kedai dari sore hingga malam. Lahan ruko dan pertokoan berjejer sepanjang jalan. Terbayang hiruk pikuk serta keramaian seperti di pasar malam saat aktivitas mereka sedang berlangsung. Pun kembali yang datang pasti orang berduit semua.

Lokasi wisata malam kuliner Pulau Maju Dok. Pribadi
Lokasi wisata malam kuliner Pulau Maju Dok. Pribadi
Penasaran, kami terus berjalan menuju ujung jalan. Sayang tidak diperbolehkan oleh satpam jaga. Karena katanya lahan proyek memang tertutup untuk umum. Proyek apa, satpam bilang tidak tahu pasti. Oh, masih rahasia mungkin ya. Tapi saya bisa mengintip beberapa perumahan elit setengah jadi sudah berderet di beberapa bagian sisi.

Wilayah bisnis dan pertokoan jalan utama Pulau Maju Dok. Pribadi 
Wilayah bisnis dan pertokoan jalan utama Pulau Maju Dok. Pribadi 
Diantar sopir travel yang disewa panitia, beberapa peserta workshop berhasil diantar ke pinggir pantai Pulau Reklamasi. Saya dan keluarga beruntung bisa melihat lebih jelas pengerjaan konstruksi yang ditutup untuk umum itu tadi dari "bibir pantai" yang saya pikir justru menyerupai tanggul karena dibuat lebih tinggi.

Joging trek, arena sepeda, bangku untuk santai dan sejenis gazebo modern disediakan di sepanjang pantai berbatu itu. Semua sudah tertata dengan rapi. Siap menyambut para penghuni perumahan elit yang saya yakin tidak sembarang orang bisa jadi penghuni Pulau Maju ini. Harga hunian yang ditawarkan milyaran, tidak mungkin terjangkau oleh pekerja dengan upah minimum atau ASN golongan tiga seperti saya.

Pantai Pulau Maju Dok. Pribadi
Pantai Pulau Maju Dok. Pribadi

Dari bibir pantai ini bisa melihat pembangunan di kawasan yang terlarang satpam Dok. Pribadi
Dari bibir pantai ini bisa melihat pembangunan di kawasan yang terlarang satpam Dok. Pribadi

Seperti disampaikan panitia dari CLIK Kompasiana maupun PPI, sebelum jam sepuluh kami meninggalkan lokasi karena terik matahari tidak bisa diajak kompromi lagi. Rombongan berpisah menuju tempat kepulangan masing-masing dengan membawa pengalaman selama dua hari yang tiada terkira harganya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun