Ketika rombongan Kompasianer datang, suasana di halaman masjid lengang bersih. Yang tampak unik ketika solat magrib di dalam ada empat pilar yang menopang masjid.
Di belakang lokasi masjid, sekaligus jalan menuju pantai Marunda terdapat makam para suhada pembela kemerdekaan dari bangsa Belanda.
Meski suasana dipinggir pantai, namun air yang dipakai untuk bersuci murni air tawar. Saya sampai heran di Stasiun Kota airnya kok air laut, sementara di pinggir laut airnya malah jernih dan bersih tawar. Di ibukota memang tidak ada yang tidak mungkin ya, hehehe.
Setelah puas menikmati suasana pantai, seluruh rombongan diajak Bu Muthiah makan ikan bakar di sekitar belakang masjid. Oya kami tidak bisa melihat matahari terbenam karena awan yang sangat tebal. Semakin gelap semakin jelas saja kelap kelip lampu kapal di lautan sana.
Selepas isya, selesai makan malam kami pulang kembali menaiki Transjakarta menuju Stasiun Kota. Mbak Siti dan Mbak Titis berpisah di Marunda karena mereka jarak ke rumahnya lebih dekat dan mudah menggunakan ojek.
Kami sendiri ke Cianjur sampai rumah hampir subuh. Tidak sia-sia melakukan perjalanan jauh karena kami pikir sebanding dengan wawasan serta pengalaman yang kami dapatkan. Terimakasih Komunitas Kompasiana pengguna Commuterline sudah memfasilitasi perjalanan menyenangkan ini.