Dengan filosofi itu masyarakat adat Cireundeu sangat menjaga alam khususnya Leuweung (hutan) Salam yang menjadi bagian dari tanah adat. Dalam tradisi mereka, hutan terbagi menjadi tiga bagian yaitu hutan baladahan tempat di mana mereka bercocok tanam, hutan tutupan yang mulai dijaga ketat kelestariannya dan hutan larangan dimana di sana biasa diadakan upacara adat atau ritual sesuai kepercayaan masyarakat setempat.
Aturan lainnya adalah tidak mengenakan pakaian berwarna merah secara keseluruhan. Kalau merah campur warna lain masih diperkenankan. Hal ini terkait kepercayaan masyarakat Cireundeu bahwa alam yang kita tempati ditunjang oleh beberapa unsur seperti air (warna putih), angin (warna kuning) tanah (warna hitam) dan api (warna merah).
Mengenakan warna merah dominan di Puncak Salam (hutan larangan) sebaiknya dihindari dengan tujuan menghindari unsur api yang dipercaya berupa amarah, nafsu dan sifat tidak baik lainnya.
Di Puncak Salam terdapat sumber mata air yang dikeramatkan oleh masyarakat setempat. Wanita sedang datang bulan dilarang mendekat ke lokasi mata air yang diberi nama mata air Nyimas Ende tersebut guna menjaga kesucian lokasi mata air yang menurut kepercayaan masyarakat Cirendeu mata air adalah kabuyutan atau sesuatu yang sangat dihormati.
Puncak Salam berada di ketinggian sekitar 900 MDPL. Berjalan dengan telanjang kaki menghabiskan waktu sekitar satu jam dalam kondisi jalan licin karena musim hujan. Meski penuh perjuangan supaya bisa sampai di tujuan namun semua akan terbayar manakala kita sudah sampai di puncak.Â
Pemandangan yang indah dengan hamparan wilayah kota Bandung dan sekitarnya sangat memanjakan mata. Jika cuaca bagus, selain kelap kelip lampu kota kita juga bisa menyaksikan matahari terbit dan matahari terbenam.
Untuk mengusir rasa dingin ketika malam tiba, kita bisa membuat api unggun namun untuk menyalakan api harus dimulai dengan upacara adat yang disebut ngarajah dengan diiringi petikan kacapi dan kakawihan (nyanyian tradisional) sebagai bentuk penghormatan kepada alam.
Setelah api menyala baru pengunjung bisa berkumpul berbagi cerita di temani bakar jagung atau ubi khas Cireundeu dengan minuman khas  bandrek atau bajigur. Kantuk hilang tidak bosan melihat indahnya pemandangan kota Bandung dari ketinggian.