Mohon tunggu...
Redaksi Buletin Gaulislam
Redaksi Buletin Gaulislam Mohon Tunggu... -

Buletin Remaja gaulislam, terbit setiap pekan. FREE. Distribusi ke sekolah-sekolah dan kampus. Terbit sejak 29 Oktober 2007 di Bogor. Website: http://gaulislam.com | e-mail: gaulislam@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Bisa Karena Biasa?

23 September 2012   18:50 Diperbarui: 24 Juni 2015   23:51 375
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gaulislamedisi 256/tahun ke-5 (1 Dzulqaidah 1433 H/ 17 September 2012) Ah, gue pengen cerita pengalaman training yang gue ikutin beberapa minggu yang lalu. Gue memang hobi ikutan training. Training apa aja, mulai nulis, jurnalistik, motivasi, bisnis, dll. Apalagi kalau pematerinya udah berpengalaman dalam praktek dari training yang diberikan. Wah, lebih nancep lagi itu! Intinya, gue memang hobi cari-cari pengalaman baru. Siapa pun pematerinya. Ilmu yang bagus diambil, yang jelek tinggalin. Filternya cukup akidah dan syariat Islam. Gue memang gitu. Nggak sektarian apalagi vegetarian hehehe.. Openmind. Oke, back to pengalaman gue… Jadi gini Bro en Sis sobat gaulislam, Mas Trainer (begitu aja ya nyebut nama beliau hehe..), nyuruh kami –peserta training- untuk nulis kalimat yang ia diktekan dengan tangan kanan sebanyak lima kali. Gue lupa kalimatnya. Tapi, ya namanya terbiasa dengan tangan kanan of course jadi pada cepet lah nulisnya. Lancar! Berikutnya, dengan kalimat yang sama, kami disuruh lagi nulis dengan tangan KIRI! Heboh deh. Udah pada nggak jelas dan mencong semua tulisannya. Mirip sandi morse nggak karuan. Berikutnya, kita disuruh lagi gambar pemandangan. Terus beliau tanya, “Kalian gambar apa tadi pemandangannya? Pada ngacung ya kalo saya sebut apa yang kalian gambar?” Maka pada ngacunglah sebagian besar para peserta yang ngegambar ‘gunungnya dua’, ‘ada matahari di tengahnya’, terus ‘ada jalan kecil di bawah dua gunung itu’ bla bla bla. Setelah itu kami semua diberi tepuk tangan dan diberi pujian sebagai pelajar yang SUKSES! Sukses dimindset oleh sistem pendidikan yang ada hingga saat ini. Nggak ‘out of box’. Nggak kreatif. Kalo dalam bahasa bisnisnya pak Ippho Santosa, nggak ada ‘Pembeda Abadi’-nya alias diferensiasi atau ciri khas. Set daaah.. kesian deh kamiii hikz… Apa itu mindset? Hikmah apa yang bisa diambil dari ‘game’ yang diberi oleh trainer yang gue ceritain tadi? Yup, pasti ada kesulitan bila kita melakukan hal-hal yang tidak biasa kita lakukan dan menjadi sangat mudah bila kita sudah terbiasa melakukan apa yang sering kita lakukan. Sambil merem pun bisa saking terbiasanya. Selain itu, akan sulit juga mengubah cara pandang/pemahaman diri kita sendiri demikian juga dalam mengubah cara pandang/pemahaman orang lain. You got it?Paham kan ya maksudnya? Nah, pas blogwalking nih, gue nemu blog cakep: www.mindset-portal.blogspot.com. Ada tulisan gede yang berisikan kalimat yang cakep en nendyaang! Woo, segitunya. Eh, tapi beneran. Nih: “Mindset adalah pola pikir yang mempengaruhi pola kerja. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh pola pikirnya. Seseorang melakukan sesuatu karena didorong dan digerakkan oleh pola pikirnya. Jadi, kalau kita mau mengubah perilaku seseorang maka pola pikirnya dulu yang harus diubah. Pola pikir berubah, perilaku pasti berubah!” Pendek kata: Pola Pikir mempengaruhi Pola Sikap. Bro en Sis, ngobrolin masalah mindset or pola pikir yang mempengaruhi pola sikap ini, jadi ngingetin gue ama pemikiran Islam yang gue pelajari. Masalah pemikiran ini pertama kali gue temui malah saat belajar Islam intensif. Loh? Kok? Iya. Saat gue pertama belajar Islam, mindset gue yang awalnya belajar Islam itu norak, nggak level, akhirnya jadi terbongkar habis. Iya, habis! Habis-habisan dipreteli. Kok bisa? Karena mindset gue berhasil diubah. Berubah begitu gue berhasil memahami apa itu definisi sekuler dan realitanya. Juga saat gue memahami jilbab dan khimar plus aplikasinya dalam kehidupan. Jadi untuk mengubah mindset memang kudu kerja keras. Di sini ada kinerja informasi, fakta-fakta, panca indera dan otak yang dikenal dengan ‘proses berpikir’ untuk bisa mengubah mindset gue. Awalnya yang gue ngeh kalo jilbab itu buat menutup kepala dan nggak harus selalu dipake. Begitu gue jalani bener-bener proses berpikir en berhasil membuat gue paham. Akhirnya gue ngeh kalo jilbab itu ternyata pakaian lebar tidak berpotongan, tidak tipis dan nggak menerawang.   BTW, kalo buat nutup rambut, kepala, sampe dada itu baru namanya khimar alias kerudung. Kudu dipake selama di luar rumah atau di dalam rumah saat ada nonmahram.  Walaupun awal-awalnya ribet dan harus sosialisasi dengan keluarga besar gue, alhamdulillah gue masih keukeuh berhijab syar’i. Dulunya gue ngehnya kalo udah lulus jadi sarjana kudu kerja. Kerja kantoran. Biar banyak duit hehehe. Eh, begitu gue program ulang mindset gue, ternyata seorang muslimah nggak ada kewajiban untuk mencari nafkah. Sebelum ia menikah, maka kewajiban ortunya untuk menafkahi atau wali atau sodara laki-laki, paman dan seterusnya yang masih terkait mahromnya. Kalo di antara mereka nggak mampu, maka tugas negara yang menjamin kesejahteraannya. Kalo dia udah nikah, maka kewajiban suaminya untuk menafkahi. Idealnya seperti itu di dalam Islam. Karena pada intinya mencari nafkah bagi muslimah itu adalah mubah selama aktivitas kerjanya juga halal. Alhamdulillah, dengan mindset yang udah berubah, atas ijin Allah akhirnya gue bisa membantu suami mencari nafkah tanpa harus ninggalin keluarga lama-lama. Buat kalian yang masih imut en jomblo? Pasti mindset-nya hidup akan bahagia kalo punya pacar. Hahaha… ayo, ngaku! “Kalo iya kenapa? Masalah buat elo?” … Ih, kok nyautnya gitu? Masalah dong. Itu namanya mendekati zina, memupuk syahwat hawa nafsu dan ujung-ujungnya pun gaul bebas. Gimana pun juga nikmatnya beginian tetep menjadi maksiat. Biarpun LDR-an (pekan kemarin dibahas di gaulislam edisi 255 ya. Coba cek lagi dah!). Nah, kudu bisa berubah tuh mindset-nya! Susah? Bisa! Pasti bisa! Susahnya aplikasi mindset Yup! Aplikasi dari berubahnya mindset memang susah. Untuk mengubah mindset-nya aja juga susah. Kenapa? Karena belum terbiasa. Itu aja jawabannya. Jadi kudu dibiasakan. Pas banget, kan ama yang disampekan ama si Mas Trainer. Peserta pada kalang-kabut disuruh nulis pake tangan kiri. Ya sebenernya karena nggak terbiasa aja. Jadi, kudu kerja keras, Sob! Kerja otak untuk mengubah mindset dan kerja fisik buat teraplikasikannya mindset kita ke dalam pola sikap. Buang jauh-jauh yang menjadi ‘mental block’ kita. Apa itu ‘mental block’? Perasaan yang menghalangi terlaksananya aktivitas kita. Yup! Kayak rasa su’udzon, pesimis, ketakutan yang mengada-ada plus godaan syaitan yang terkutuk. Berhubung, Islam adalah landasan paling mendasar dalam pembentukan mindset kita plus aplikasi ke pola sikap, maka kita harus yakin! Kita BISA! Let’s make it happen Nah, supaya energi dan pikiran positifmu semakin keren. Coba deh simak sekilas kultwit dari mas @seHARIADI, onliner marketing strategist yang ehem ini hehehe: #AnakMUDAituBiasanya suka menyebarkan Kebaikan, gak suka berkumpul utk hal krg baik… | KREATIF, membangun negerinya| setia akan cintanya, berusaha segera menikahi | menjauhi Narkoba, lebih senang berwirausaha utk membangun negeri lbh baik |selalu mengajak kebaikan, suka dzikir| lbh suka Nikah drpda pacaran. 

:)
:)
| menjadi pencetus Perubahan lbh baik #wiRABUsahA. Gimana, menurutmu, keren nggak kulrwitnya? So, bisa karena biasa. Ubah mindset-mu yang negatif menjadi positif agar potensimu melejit. Sekarang? Nggaaak, taon depan! Hadeuuh.. ya, sekarang lah! Mumpung masih muda. Masih hidup. Sehat lahir batin dan dikaruniai iman Islam. Hamasah! Bagaimana dengan bisa karena belajar? Nah, itu lebih bagus lagi Bro en Sis. Bisa karena biasa aja kamu jadi mahir, apalagi bisa karena belajar. Tetapi jelas ada bedanya. Kalo bisa karena biasa cenderung “feeling” yang jalan, tetapi kalo bisa karena belajar memang dia melihat dan membaca fakta, menganalisis, membandingkan, dan akhirnya menyimpulkannya untuk menjalankan hasil keputusan atas pilihanmu. Lebih ajeg cara pandangnya. Contohnya gimana? Gini deh. Kamu yang bisa baca al-Quran dengan terbiasa mendengarkan bacaan ayat al-Quran yang diperdengarkan di telingamu lewat MP3 (misalnya), akan berbeda kualitasnya jika kamu bisa baca al-Quran karena mempelajarinya langsung huruf per huruf lalu cara membacanya (dan mungkin ‘melagukannya’). Bahwa yang bisa baca al-Quran dari biasa mendengarkannya via CD atau MP3, memang bisa. Tetapi, dia belum tentu tahu hurufnya, hanya bisa ‘mengatakannya’ lagi dari apa yang dia dengar. Berbeda dengan yang belajar beneran, lebih keren hasilnya. Ok? Catet deh! Bro en Sis rahimakumullah, pembaca setia gaulislam. Sebenarnya urusan mindset dalam Islam jauh lebih keren dari sekadar yang kini marak disampaikan para motivator atau inspirator atau trainer. Bener. Nggak percaya? Baca saja al-Quran, baca hadits, baca pendapat-pendapat para ulama, atau ‘syair-syair’ para ulama (seperti dalam buku kumpulanKalam Hikmah Imam Syafi’i). Kok kita nggak tahu dan baru ngeh setelah dikasih tahu para motivator atau yang ngasih training? Itu karena kita sebagai muslim malas belajar Islam. Jadi nggak ngeh dengan ajaran agamanya sendiri. Sebagai bukti, dalam al-Quran misalnya, “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS al-Insyirah [94]: 5-8) Bro en Sis pembaca setia gaulislam, itu baru satu ayat lho yang bisa memberikan semangat, masih banyak ribuan ayat lain juga hadis dan perkataan para ulama. Lebih keren dari sekadar motivasi biasa yang disampaikan manusia. Misalnya nih, dalam hadis, Rasulullah saw. bersabda: “Orang yang berkata jujur akan mendapatkan 3 hal: kepercayaan, cinta, dan kehormatan” (HR Muslim) Hadis ini keren banget dalam ‘memotivasi’ kita. Cuma sayangnya kita lebih mudah terpukau dengan perkataan manusia biasa. BTW, Sebenarnya nih, yang gue tulis di awal tadi dalam sebuah situs tentang pengertian mindset, dalam Islam udah lama dikenal istilah kepribadian atau syakhsiyah. Kalo kepribadiannya Islam, namanya syakhsiyah islamiyah. Kepribadian itu terbentuk dari pola pikir dan pola sikap. Keduanya ini akan membentuk pemahaman dan nantinya akan melahirkan suluk alias perilaku yang tentu saja sesuai dengan kepribadiannya. Islam keren banget dah! Ayo belajar Islam dengan benar dan baik, karena segala problem hidupmu insya Allah ada jawabannya dalam Islam. Yakin itu! [Anindita | e-mail: thefaith_78@yahoo.com]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun