Selama di Bukit Jericho ini saya ingin sekali untuk memasak. Saya mulai bosan dengan menu yang disediakan. Saya rindu makan garam hehehe.Â
 Rasanya masakan disini selalu kurang garam, apa karena jauh dari laut ya hehehe. .
Tadi pagi saya minta untuk ikut ke kebun.Permintaan saya itupun dikabulkan oleh petugas kebunnya. Saya dan teman-teman pergi kekebun meski harus mendaki tapi tetap ngotot untuk pergi.Â
Setibanya di kebun saya melihat banyak tanaman yang bisa dipanen. Ada singkong, ubi rambat, talas dan sayur mayur, eh ada rimbang juga.Â
Maka saya pun minta ijin untuk mengambil aneka jenis ubi itu dan saya berencana untuk membuat kolak dan getuk untuk snack pagi dan sore. Selain itu saya panen sayur dan saya berencana untuk buat pecal meski saya sudah tau pasti bahan bumbunya kurang lengkap.Â
Sekitar pukul  09.00 saya pulang ke komunitas dan mulai memasak. Segala peralatan masak sudah disiapkan. Saya mulai memasak snack. Semua jenis ubi itu saya bersihkan dan dipotong dadu untuk dijadikan kolak. Masak kolak ala gunung, menggunakan bahan yang ada saja seperti gula merah dan garam, ada santan yee.Â
Setelah itu saya masak pecal meski hanya 3 jenis sayuran saja. Daun ubi, kangkung. . Dan kacang panjang. Kacang tanahnya dari kebun juga.Â
Pkl 10.00 tadi kami sama-sama menikmati kolak buatan saya itu. Kata mereka sih enak, enak karena masih hangat hehehe Â
Saya memang suka memasak, tapi karena situasi karantina saya juga menahan diri untuk itu. Mengurangi kontak dengan orang banyak adalah langkah yang bagus untuk saat ini.Â
Saya hanya ingin membahagiakan mereka dengan bakat yang saya miliki. Berbagi kemampuan dengan yang lain supaya saya lebih berkembang kearah yang lebih baik dan orang lain dapat menikmatinya.Â
Jangan sungkan untuk berbagi. ..
Salam dari bukit Jericho Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H